Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.1512

Literature Study: Cooperative Learning Model Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction (ARCS) According to John M. Keller


Studi Literatur: Model Pembelajaran Kooperatif Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS) Menurut John M. Keller

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Model Pembelajaran ARCS Pemahaman konsep

Abstract

Learning in elementary schools is still experiencing problems such as teachers who still have difficulty in choosing and implementing innovative learning models. This study aims to describe the concept of the ARCS type cooperative learning model (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) according to John M. Keller and to describe the relevance of the ARCS type cooperative learning model in understanding the concepts of elementary school students. This research uses a qualitative descriptive study approach with the type of library research. Sources of data in this study were obtained from books, research journals, and literature books. The analysis technique of this research uses descriptive analysis method. The results of this study indicate that the concept of cooperative learning model is a learning model that is carried out by forming small groups to learn. The ARCS type of cooperative learning model has relevance in improving students' conceptual understanding in all learning competencies in elementary schools, both in learning science or natural sciences (IPA), mathematics, and social sciences (IPS).

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sebagai sarana pembangunan bangsa. Suroto menyatakan pendidikan memiliki peran yang hakiki dalam upaya penyiapan sumber daya manusia (SDM).[1] Menurut Suroto pendidikan harus dilakukan secara efektif yaitu dimana pendidikan dilaksanakan guru dengan memberikan kemudahan dan menyenangkan bagi peserta didik dalam mempelajari suatu kompetensi. Pandangan tersebut menekankan bahwa guru diharapkan dapat menjadi fasilitator peserta didik yang mampu memotivasi dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran.

Guru memiliki peran penting dalam rangka mengembangkan berbagai kemampuan peserta didik dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, hal tersebut menuntut guru memiliki berbagai kompetensi guna mencapai tujuan pendidikan. Hasil penelitian Hamsar dan Yunus menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.[2] Artinya kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dengan menggunakan model pembelajaran berkontribusi pada tujuan yang dicapai siswa.

Menurut Sinabariba mengatakan guru harus mampu memilih model pembelajaran yang inovatif dalam rangka mencapai keberhasilan pendidikan.[3] Guru harus mampu menguasai dan menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif guna mencapai keberhasilan pembelajaran. Namun, pembelajaran di sekolah dasar masih mengalami permasalahan. Hasil studi Friani, Sulaiman dan Mislinawati menunjukan bahwa guru sekolah dasar masih kesulitan dalam memilih dan menerapkan model-model pembelajaran.[4] Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya penguasaan model pembelajaran yang inovatif bagi guru sekolah dasar, dan perlunya suatu pemahaman yang tekstual mengenai model pembelajaran bagi guru sekolah dasar sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang masih sesuai digunakan pada jenjang sekolah dasar yaitu model pembelajaran kooperatif tipe ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Model pembelajaran kooperatif tipe ARCS merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh John M. Keller seorang pakar pendidikan dari Amerika Serikat. Model pembelajaran ACRS merupakan model pembelajaran berorientasi pada pemecahan masalah, dimana siswa diorentasikan pada pemecahan masalah akan tetapi didasarkan pada pengembangan motivasi belajar siswa.

Menurut Li dan Keller mengatakan bahwa model ARCS merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.[5] Hasil penelitian Winaya, Lasmawan dan Dantes menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar.[6] Artinya model pembelajaran kooperatif tipe ARCS sangat relevan digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan atau studi literatur. Penelitian studi kepustakaan atau studi literatur ialah suatu serangkaian penelitian dengan metode mengumpulkan berbagai informasi atau data dan menelaah dari sumber seperti laporan, buku jurnal, dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal-jurnal hasil penelitian, atau berbagai artikel ilmiah.Langkah-langkah pada penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) mendaftar variabel yang diteliti, (2) Melakukan pencarian variabel, (3) melakukan kegiatan memilih bahan sesuai yang dibutuhkan dari sumber, (4) memeriksa indeks yang berkenaan dengan variabel atau topik penelitian, (5) melakukan review bahan pustaka, dan langkah terakhir yaitu pelaporan hasil studi atau proses penulisan penelitian.[7] Teknik analisis data mengunakan metode analisis deskriptif yaitu studi analisis dengan mendeskripsikan berbagai temuan dari fakta, menguraikannya, memberikan pemahaman dan penjelasan.

Hasil dan Pembahasan

Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS

Pembelajaran kooperatif masih dianggap sebagai model pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Slavin menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok kecil untuk belajar.[8] Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok 4 atau 5 siswa sebagai anggota tim dalam belajar.

Shohimin juga mengatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif pembentukan kelompok dilakukan dengan tingkat kemampuan yang berbeda siswa atau kemampuan yang heterogen.[9] Jacobs menjelaskan beberapa karakteristik model pembelajaran kooperatif diantaranya; (1) mencampur dari berbagai karakter siswa seperti jenis kelamin, suku, ras dan budaya, (2) mengkolaborasikan antara keterampilan berbahasa dengan keterampilan sains, (3) dilakukan aktifitas pembelajaran yang aktif dan interaktif.[10]

Slavin mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu tipe ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Model pembelajaran kooperatif tipe ARCS merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh John M. Keller. Keller mengembangakan model pembelajaran kooperatif tipe ARCS, dimana alasan dasar pengembangan model pembelajaran ARCS seperti bagaimana seorang pendidik dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Hal tersebut diperkuat pendapat Wongwiwatthananukit dan Popovich mengatakan model pembelajaran ARCS yang dikembangkan John M. Keller memiliki tujuan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dalam model pembelajaran ARCS merupakan salah satu strategi untuk memecahkan masalah belajar siswa.

Adapun komponen dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) menurut John M. Keller sebagai berikut;

1. Attention (perhatian)

Attention atau perhatian merupakan salah satu aspek untuk memfokuskan siswa pada kegitan belajar. Pada kegiatan ini, guru harus mampu membuat siswa fokus dengan pembelajaran yang dilakukan. diharapkan guru memberikan suatu pengalaman belajar yang bermakna pada siswa, sehingga siswa memiliki perhatian khusus pada pengalaman belajarnya.

2. Relevance (kesesuaian pembelajaran)

Relevance atau kesesuaian pembelajaran berkenaan dengan aspek kompetensi, hal tersebut dapat berkenaan dengan materi yang dipelajari siswa dalam mencapai suatu kompetensi tertentu dalam pembelajaran yang akan mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan perilaku siswa dampak dari pembelajaran.

3. Confidence (percaya diri)

Pada pembelajaran di kelas guru harus mampu membuat pembelajaran dengan memahami kebutuhan siswa dan membuat pembelajaran yang menekankan pada peningkatan kepercayaan diri siswa.

4. Satisfaction (kepuasan)

Pada komponen statisfaction guru harus membantu siswa merasakan pengalaman belajar yang baik dan terus ingin belajar. Pada komponen tersebut guru harus mampu memberikan pengalaman berlajar yang berkesan pada siswa, seperti dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang inovatif.

Berdasarkan ke-empat komponen dan langkah-langkah pembelajaran ARCS, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Pada model pembelajaran ARCS menekankan pada pengembangan motivasi belajar siswa dengan harapan peningkatan prestasi belajar siswa.

Relevansi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS

Relevansi model pembelajaran kooperatif tipe ARCS dalam peningkatan pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian yang dilakukan Septiawan dan Agung pada pembelajaran IPA di sekolah dasar menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, satisfaction) berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah dasar, serta terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara model pembelajaran ARCS dengan model pembelajaran yang digunakan guru.[11] Berdasarkan penelitian tersebut model pembelajaran ARCS sangat sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA.

Sedangkan penelitian Aryawan dan Lasmawan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARCS dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa sekolah dasar, serta penelitian menemukan bahwa siswa dapat memahami konsep IPS dan melakukan generalisasi konsep IPS dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.[12] Hasil studi Sari dan Netriwati juga menunjukkan bahwa model pembelajaran ARCS dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis.[13] Penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran ARCS dapat menyelesaiakan permasalahan pendidikan diantaranya dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis pada siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data melalui studi literatur dengan berbagai sumber buku dan jurnal, maka dapat disimpulkan bahwa konsep model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Interest) merupakan model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan motivasi belajar siswa yang dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada suatu kompetensi yang dipelajari. Berdasarkan hasil analisis dari sumber jurnal membahas model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Interest) relevansinya terhadap pemahaman konsep siswa menunjukkan bahwa model pembelajaran ARCS dapat mengembangkan pemahaman konsep siswa sekolah dasar.

References

  1. Suroto. 2014. Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia dan Kendala yang di Hadapi Sebagai Upaya Perbaikan Dalam Rangka Mempersiapkan Warga Negar Muda Yang Baik dan Cerdas. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4 No. 7.
  2. Hamsar, H., Yunus, M., Davilla, R., dan Yahya, M. 2018. Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmiah Pena: Sains dan Ilmu Pendidikan, Vol. 10 No. 2.
  3. Sinabaraba, R. B. 2017. Peran Guru Memilih Model-Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi. Seminar Nasional Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Tahun 2017.
  4. Friani, I. F., Sulaiman dan Mislinawati. 2017. Kendala Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 di SD Negeri 2 Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 2 No. 1.
  5. Li, K. dan Keller, J. M. 2018. Us of The ARCS Model in Education: Literatur Review. Computer & Education, 122.
  6. Winaya, I. M. A., Lasmawan, W. dan Dantes, N. 2013. Pengaruh Model ARCS Terhadap Hasil Belajar di Tinjau dari Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD Chis Denpasar. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3 No. 2.
  7. Mestika, Z. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  8. Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice. 8 Edition. New York: Pearson Education Inc.
  9. Shohimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Arruz Media.
  10. Jacobs, G. 2004. Cooperative Learning, Theory, Principles and Techniques. JF New Paradigma Education.
  11. Septiawan, I. M. D. dan Agung, A. A. G. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Attention, Relevance, Convidence, Statisfaction (ARCS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Ilmu, Vol. 25 No. 2.
  12. Aryawan, K. B. M., Lasmawan, I. M. dan Yudana, I. M. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Attention, Relevance, Convidence, Statisfaction (ARCS) dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Pendidikan Dasar, Volume 4.
  13. Sari, R. Y., Netriwati, dan Sari, F. I. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Attention, Relevance, Convidence, dan Statisfaction (ARCS) terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Berdasarkan Taxonomi Bloom Revisi. Numerical: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1.