Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.1486

The Concept of Fitrah, Buya Hamka's Perspective and Its Relationship to the Family Environment


Konsep Fitrah Perspektif Buya Hamka Dan Hubungannya Terhadap Lingkungan Keluarga

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

konsep fitrah buya hamka keluarga

Abstract

This article aims to describe the concept of nature from Buya Hamka's perspective and its relationship to the family environment, so that we can find out what is inside of humans related to doing something, especially things that deviate from the norm. In this study using library research methods with the object of research is the Tafsir Al-Azhar by Buya Hamka and books that discuss the concept of fitrah. The findings in this study are that the role of the environment in the formation of the concept of nature in Buya Hamka's perspective is very important for digging, cleaning and beautifying nature, al-qalb, al-aql and al-jism.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah faktor terpenting dan utama yang akan terus diperhatikan oleh pemimpin negara dan pemerintah. Terutama untuk kemajuan dan kesejahteraan negara. Setiap negara memiliki sistem dan karakteristiknya masing-masing. Hal ini dipengaruhi oleh sejarah, kebudayaan dan letak geografis suatu negara. Seluruh negara berlomba-lomba untuk meningkatkan prestasi masyarakatnya untuk lebih unggul dan lebih maju dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.[1] Dalam hal ini, pendidikan juga menjadi bagian tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah karena menyangkut aset masa depan bersama.

Pendidikan nasional berfungsi meningkatkan skill dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar terciptanya peningkatan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, sehat, kreatif, berilmu, cakap, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. [2]

Semua agama pasti memiliki ajaran dan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Cukup beragam, sifat, bentuk dan jenjang yang ada dalam bentuk proses pendidikan. Tujuan dalam proses pendidikan di sana adalah pelatihan sebagai proses pemanusiaan di mana akal/logika dilatih untuk berfikir. Manusia dikaruniai akal dalam membedakan penciptaan manusia dengan makhluk-Nya yang lain. Melalui proses pendidikan, manusia akan bisa menjadi manusia seutuhnya yang disebut konsep fitrah. Dalam islam, fitrah adalah meyakini bahwa agama kita adalah tauhid. Dimana hanya Allah yang patut disembah. Tiada Tuhan selain Allah. Fitrah dalam pandangan akhlak yaitu naluri yang paling dalam dan mendasar ialah selalu menginginkan berperilaku baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. [3]

Peranan keluarga dalam pendidikan adalah sebagai pilar utama yang akan membangun baik buruknya nilai dan moral manusia untuk berkembang dengan baik di lingkungan luarnya. Dari pembentukan pendirian, pengambilan keputusan, teknis didikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga, kondisi ekonimo, suasana rumah, latar belakang dan pemahaman orang tua adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak.

METODE

Metode pada penelitian ini menggunakan library research atau penelitian kepustakaan. [3] Penelitian kepustakaan ini merupakan penelitian yang sumber data dan kancah penelitiannya berada pada perpustakaaan. Tetapi perpustakaan disini tidak harus diartikan formal perpustakaan, namun segala refrensi dan dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian. Berikut ini penjelasan secara rinci mengenai metode penelitian ini antara lain:

Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah TafsirAl-Azhar karya Buya Hamka dan buku-buku atau karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan konsep fitrah perspektif Buya Hamka dan hubungannya terhadap lingkungan keluarga yang kemudian buku atau karya tulis ilmiah tersebut akan digali dan dikaji mengenai konsep fitrah.

Jenis Sumber Data

Berdasarkan pada jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka jenis data dalam penelitian ini adalah berupa teks-teks yang berbentuk buku dan kitab-kitab yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun jenis sumber data sebagai berikut :

  1. Sumber data primer adalah sumber data utama yang memiliki hubungan lansgung dengan permasalahn yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, sumber data primernya adalah tafsir Al-Azhar karya HAMKA yang membahas tentang konsep fitrah.
  2. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang sifatnya penunjang dari sumber data primer. Sumber data sekunder adalah sumber data yang relevan dengan masalah yang akan penulis teliti.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data primer dalam suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan datanya.

Teknik Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka dalam teknik pengumpulan datanya peneliti menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi adalah suatu teknik untuk menganalisis sesuatu secara sistematis, objektif dan komunikatif terhadap pesan yang nampak.

Dalam Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, memaknai fitrah atau pendapat murni itu mengakui dengan tulus, bahwa Allah itu pasti hanya satu. Dari hati yang suci serta akal yang sehat, manusia akan mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Kemudian pendapat akal juga dikuatkan terhadap Al-Qur’an bahwa kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tersusun rapi tersebut adalah wahyu Allah yang di dalamnya terdapat bukti-bukti nyata terkait konsepsi fitrah.

Fitrah manusia ditegaskan juga oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar sebagai “rasa asli (murni) tempatnya di dalam ruhani tiap diri orang/manusia yang belum terpengaruh oleh faktor-faktor di luar diri. Selain mempercayai kekuatan dan kepemilikan paling agung adalah milik (Allah)”.[4] Bangunan inti dari Fitrah adalah mempercayai Allah melalui agama islam dan patuh kepada Allah melalui syariat islam. Fitrah merupakan anugrah dari Allah yang telah diberikan-Nya ke pada manusia sejak dalam alam kandungan. Di sini, fitrah manusia masih merupakan wujud ilmu, yaitu kita masih berupa janin dalam ilmu Allah, selanjutnya akan berkembang setelah manusia lahir dan melakukan serangkaian interaksi dengan lingkungannya.

Dalam konteks pendidikan fitrah dimaknai dengan potensi (kemampuan) dasar yang menarik manusia untuk melakukan serangkaian aktivitas atau kegiatan sebagai alat penunjang pelaksanaan yang berfungsi memaknai kekhalifahannya di muka bumi. Alat tersebut adalah potensi jiwa (al-qalb), dan akal (al-aql), dan jasad (al-jism). Ketiga alat ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan guna menunjang keberadaan manusia.

Keluarga adalah pilar utama dalam tri pusat pendidikan. Pilar utama yang akan membangun baik buruknya nilai dan moral manusia untuk berkembang dengan baik di lingkungan luarnya. Keluarga adalah lingkungan paling kecil, namun sangat mendasar dan paling berpengaruh terhadap diri seseorang. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama.[5] Karena, sejauh apapun seseorang itu keluar, maka tempat kembalinya juga sesuai dengan asalnya, keluarga.[6] Peran keluarga sebagai pembentuk pola dan pribadi seseorang. Istilah keluarga dalam islam terdiri dari asrah, nasl, ‘ali dan nasb. Garis keturunan keluarga tidak akan pernah berubah. Maka, hal lingkungan keluarga ini sangatlah penting.

Pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga bagi seorang anak itu akan mempengaruhi keberhasilan anak. Cara mendidik, memotivasi, berkomunikasi antar anggota keluarga adalah sebuah pengaruh yang akan membawa anak tumbuh dan berkembang. Karena keluarga adalah tempat bersosialisasi dan pembentukan pribadi pertama seorang anak. Lingkungan keluarga harus bisa memberikan dan memenej pendidikan yang diperuntukkan untuk anak. Tujuannya adalah mencetak generasi penerus yang memiliki pribadi tangguh, beradab, berkarakter, berjiwa sosial dan terampil dalam mengelola skill yang ada pada dirinya.[7]

Anak yang tumbuh kembangnya berproses dengan baik, akan menggambarkan kondisi dan situasi keluarga yang harmonis, seimbang, serasi, koheren dan terpadu. Terkhusus kedua orang tuanya. Keluarga adalah masyarakat alamiah yang mana dalam pergaulannya terdiri dari anggota-anggota yang memiliki sifat khas dari garis keturunannya. Seorang ayah yang memiliki khas tegas dan disiplin akan mempengaruhi pendidikan perilaku imbangan dari sang ibu. Seorang ibu melalui intuisinya yang halus mengetahui alat-alat pendidikan yang harus dipersiapkan dan dimenej untuk membangun pondasi agama yang dianut.

Untuk menjadi beriman dan bertakwa kepada Allah, seorang anak sudah diberi bekal oleh Allah berupa tiga alat. Menurut Buya Hamka, alat tersebut adalah potensi jiwa (al-qalb), dan akal (al-aql), dan jasad (al-jism). Ketiga alat ini sudah ada pada diri seorang anak sejak lahir. Lingkungan yang pertama kali menerima keberadaan seorang anak adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling kecil di kanca sosial. Di dalam lingkungan keluarga terdapat bapak, ibu dan anak.

Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka pada ayat di atas adalah sebuah rujukan bagi orang tua di dalam lingkungan keluarga bahwa harta dan anak yang ada di dalam keluarga sebagaimana mestinya dua materi tersebut adalah sebuah sumber kebahagiaan (perhiasan) para orang tua.[8] Bahwa sebagai pengingat untuk orang tua untuk tidak terlena akan perhiasan yang dia punya berupa anak. Karena umur orang tua dan anak adalah rahasia Allah. Kematian akan menghampiri manusia (baik posisinya orang tau maupun anak), di saat kapan tiba waktunya, manusia tidak ada yang mengetahui. Kemudian, orang tua memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas amanah (berupa anak) dari Allah yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat.

Sejak anak dilahirkan, anak sudah membawa fitrah yang mana letaknya di dalam al-qalb (hati). Hal ini harus terus digali untuk menemukan dan membuatkan pondasi yang kokoh. Al-qalb menjadi pusat segala rasa dan tumpuan dari segala anggota tubuh. Penenaman nilai-nilai oleh orang tua yang sesuai dengan syariat islam adalah kunci. Karena fitrah adalah kecondongan yang tidak dibuat-buat dan sifatnya alamiah. Selalu mengarah kepada kebaikan dan keputusan yang benar. Sedangkan di dunia ini terdapat 2 elemen, yaitu kebaikan dan keburukan. Maka, hal ini peran lingkungan keluarga dibutuhkan oleh anak untuk menuntun dan mendorong dengan tenaga dari luar diri kepada kebaikan. [9]

Lingkungan keluarga wajib mengarahkan anak untuk bertindak sesuai fitrahnya. Artinya, selalu condong kepada kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Apabila anak itu meninggalkan norma-norma yang sudah dianutnya, maka fitrahnya sudah memberikan sinyal untuk segera kembali kepada fitrahnya. Didikan orang tua yang harus mengingatkan pada al-jism-nya. Pengarahan dan penanaman aqidah yang benar dan kuat akan menjadikan akhlak yang sesuai dengan fitrahnya serta menjadikan anak memiliki implementasi etis dalam dirinya. [10]

Urgensi mempertahankan fitrah agar tetap jernih dan berkembang adalah usaha untuk menjadikan kehidupan lebih baik. Diri akan mendapat informasi, masukan, pengetahuan baik dari mencari sendiri atau diberi orang lain terkait Al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan fitrah pada kecenderungan untuk memilih baik atau buruk. Peran lingkungan keluarga di sini sangat dibutuhkan untuk membantu menyaring informasi yang diri anak dapatkan. Melalui komunikasi interaktif orang tua dengan anak, maka akan terjalin ikatan yang tersambung dengan baik. Masukan dan informasi yang dibutuhkan seorang anak dan orang tua akan terkumpul dari komunikasi tersebut. Apa yang dirasakan, apa yang dialami, apa yang menjadi sebuah keresahan pada diri anak dan orang tua akan terpenuhi. Sehingga, dapat bersama-sama mencari langkah dan jalan yang paling baik untuk dijadikan penyelesaian masalah.

Peran orang tua adalah membersamai dan memberikan dasar pengetahuan agama islam yang kokoh. Karena, orang tuanyalah yang akan menjadikan anak sebagai muslim, yahudi, nasrani atau majusi. Hal ini termasuk peran yang penting. Fitrah akan mengacu pada kebaikan. Semua agama pasti mengajarkan kebaikan. Maka, orang tua wajib untuk memberikan informasi yang tepat dan benar bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah bahwa agama yang lurus dan rahmatan lil ‘alamin adalah agama islam. Agama yang kebenaran dan masa berlakunya saat ini adalah agama islam. Agama yang lain adalah agama yang benar pada zamannya, yaitu zaman yang telah lampau serta kebenarannya sudah tidak murni.

Penanaman pendidikan islam yang didasarkan oleh orang tua pada lingkungan keluarga akan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam fitrah anak. Melalui pengalaman beragama, menggunakan akal, pengalaman jasmani maupun emosi, akhlak dan juga nilai-nilai masyarakat. Pendidikan islam adalah manifestasi makhluk terbaik (insan kamil) yang memiliki tujuan untuk mengembangkan fitrahnya secara seimbang (tawazun) antar seluruh potensi diri untuk tujuan dunia dan akhirat sesuai syariat al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kesimpulan

Peran lingkungan keluarga dalam penggunaan konsep fitrah perspektif Buya Hamka merupakan hal yang penting. Karena fitrah dan tiga alat dari Buya Hamka; al-qalb, al-aql, dan al-jism adalah saling keterkaitan dan masing-masing bisa bertumbuh menjadikan selalu berkecenderungan pada kebaikan. Lingkungan keluarga sebagi penggali, pembersih dan yang memperindah fitrah, al-qalb, al-aql dan al-jism. Dimana hal tersebut tercakup pada jasmani dan rohani.

References

  1. S. Rahayu, “Hubungan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Sosiologi di SMA Negeri 16 Padang,” J. Ilmu Sos. Mamangan, vol. 5, no. 1, pp. 50–59, 2016.
  2. T. Pransiska, “Konsepsi Fitrah Manusia Dalam Perspektif Islam Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam Kontemporer,” J. Ilm. Didakt., vol. 17, no. 1, p. 1, 2017, doi: 10.22373/jid.v17i1.1586.
  3. Sugiyono and Republik Indonesia, “Metode Penelitian Kuantitatif & kualitatif,” Journal of Experimental Psychology: General. 2010.
  4. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, “Tafsir Al-Azhar,” in 7, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
  5. H. Noor, “Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture),” vol. 59, no. 1, pp. 8–15, 2014.
  6. A. Hufad, “Keluarga dan Pendidikan anak,” Univ. Pendidik. Indones., vol. 3, no. 1, pp. 16–46, 2019.
  7. W. Hulukati, “Peran Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Anak,” Musawa, vol. 7, no. 2, pp. 265–282, 2015, [Online]. Available: https://media.neliti.com/media/publications/114008-ID-peran-lingkungan-keluarga-terhadap-perke.pdf.
  8. A. A. Amrullah, “Tafsir Al-Azhar,” in 6, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.
  9. S. Retnowati, “Peran Keberfungsian Keluarga Pada Pengungkapan Emosi,” J. Psikol., vol. 30, no. 2, pp. 91–104, 2003.
  10. I. Islam, D. A. Romadlon, D. Septi, and B. Haryanto, “Edukasi Pendidikan Islam Implementation of the REAP Strategy in the Aqidah Akhlak Course to Improve Student Literacy Ability Implementasi Strategi REAP Pada Mata Kuliah Aqidah Akhlak Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Mahasiswa Implementation Of The Re,” pp. 237–254, 2020.