Celsy Okta Liski (1), Nurlev Avana (2), Dhini Mufthi (3)
Background: Low mathematics achievement among early-grade students is often linked to passive learning and limited use of interactive teaching media. Specific Background: Traditional approaches in SDN 109/II Dusun Mangis failed to engage students effectively in mathematical concept comprehension. Knowledge Gap: Few studies have examined the use of the Picture and Picture model in mathematics for first graders, despite its success in science and language subjects. Aim: This study aimed to improve students’ mathematics learning process and outcomes through the implementation of the Picture and Picture cooperative model. Results: Classroom Action Research was conducted in two cycles with planning, action, observation, and reflection phases. Results showed an increase in teacher performance (from sufficient to very good), higher student activeness (from low to highly active), and a significant rise in students meeting the minimum mastery criteria (from 64.29% in Cycle I to 92.86% in Cycle II). Novelty: This research provides empirical evidence for the use of Picture and Picture in mathematics at the early grade level, contributing to differentiated learning strategies. Implications: The findings encourage teachers to integrate visual and cooperative learning models to support active participation and improved learning outcomes in primary education.
Highlight:
Improved teacher performance and student activeness across cycles
Higher number of students achieving minimum mastery criteria
Visual-based learning supported conceptual understanding in early math learning
Keyword: Picture and Picture, Mathematics Learning, Cooperative Learning, Student Activeness, Primary Education
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan dan mempersiapkan diri di masa yang akan datang. Pendidikan diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang mandiri dan berkualitas. Menurut Dictionary of Education [1] pendidikan merupakan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terjadinya perubahan perilaku pada seseorang yang direncanakan dalam aktivitas belajar mengajar. Perubahan perilaku yang didapatkan seseorang dari sebuah aktivitas belajar mengajar disebut hasil belajar. Menurut Sudjana [2] hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari aktivitas belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui tercapainya tujuan pendidikan. Setiap proses belajar mempengaruhi beberapa perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sejalan dengan definisi belajar menurut Abdillah [3] yaitu suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku, baik melalui latihan maupun pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Individu dapat dikatakan belajar apabila telah memahami secara mendalam beberapa aspek tersebut yaitu pada aspek kognitif memberikan hasil belajar berupa perubahan kemampuan berpikir, pada aspek afektif memberikan hasil belajar berupa perubahan dalam merasakan, dan pada aspek psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dirinya yaitu faktor kondisi tubuh, kecerdasan IQ, minat, bakat, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar dirinya yaitu lingkungan sekitar peserta didik seperti kurikulum, keadaan sekolah, alat peraga yang digunakan saat proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta kualitas pembelajaran.
Model pembelajaran dapat meningkatkan kegairahan dan semangat belajar siswa karena mengandung unsur permainan dengan menggunakan media gambar dan mengarahkan siswa belajar secara berkelompok sehingga dapat melibatkan siswa secara aktif dan saling bekerja sama dalam proses pembelajaran. Menurut Agus [4] model pembelajaran kooperatif tipe Pendekatan pembelajaran aktif yang disebut "gambar dan gambar" memanfaatkan gambar yang dipasangkan atau disusun secara berurutanyang sistematis, seperti menyusun gambar berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar, dan menjelaskan gambar. Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture menuru [5] adalah 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, 2) guru menyajikan materi sebagai pengantar, 3) guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran, 4) siswa mengurutkan secara individu atau berkelompok, 5) guru menanyakan alasan urutan gambar tersebut, 6) guru menanamkan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 7) guru atau siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Model pembelajaran melibatkan siswa di dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Dengan adanya pemasangan dan pengurutan gambar yang dilakukan secara berkelompok akan meningkatkan interaksi antar siswa sehingga peserta didik akan saling membantu dan berdiskusi satu sama lain serta akan lebih memudahkan bagi siswa dalam memahami materi pelajaran karena menggunakan media visual seperti gambar. Media visual berfungsi membangkitkan minat, menarik perhatian, mengaktifkan siswa dalam belajar, memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar serta mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran [6] Model pembelajaran kooperatiftipe picture and picture yang memungkinkan siswa aktif dan saling membantu satu sama lainnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dengan menggunakan media gambar, siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan fokus dan dalam kondisi yang menyenangkan sehingga mudah baginya dalam mengikuti pembelajaran, meresapnya dengan baik, dan dapat mengingat kembali pembelajaran tersebut [7].
Guru harus menerapkan strategi pengajaran yang tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kerja sama tim, dan komunikasi mereka dalam menghadapi tuntutan implementasi Kurikulum Independen dan tantangan abad ke-21. Penggunaan media visual kontekstual dan pembelajaran terdiferensiasi didukung oleh pendekatan pembelajaran Picture and Picture. Penerapan pendekatan ini, dimulai di sekolah dasar, juga dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kualitas sumber daya manusia di era digital. Sebagai bagian dari inisiatif untuk meningkatkan standar pendidikan di negara ini, penting untuk mengevaluasi efektivitas model ini di kelas-kelas sekolah dasar.
Paradigma picture and picture telah terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar dalam berbagai penelitian sebelumnya, terutama dalam disiplin ilmu seperti sains dan Bahasa Indonesia [4], [5]. Namun, belum banyak penelitian yang secara eksplisit mengkaji pendekatan ini dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Meskipun keterlibatan dan keterlibatan afektif siswa dalam pembelajaran matematika sama pentingnya tetapi kurang dikenal, sebagian besar penelitian lebih berfokus pada komponen kognitif.
Karena siswa masih dalam tahap perkembangan pembelajaran konkret, terdapat kesenjangan penelitian karena belum banyak penelitian yang mengkaji penerapan model Gambar dan Gambar dalam konteks matematika di kelas satu sekolah dasar. Dengan menyelidiki bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran matematika secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk menutup kesenjangan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas satu di SDN 109/II Dusun Mangis melalui penerapan model Picture and Picture. Kebaruan penelitian ini terletak pada Penerapan model Picture and Picture pada matematika, bukan hanya sains atau bahasa Berfokus pada siswa kelas awal yang masih berada pada tahap berpikir konkret Upaya untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam kelompok serta hasil belajar individu Konteks lokal, yaitu SDN 109/II Dusun Mangis, memberikan data empiris baru dari lingkungan belajar yang mungkin belum banyak diteliti.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik di Kelas 1 SDN 109/II Dusun Mangis Dengan Model Picture And Picture”.
Desain penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelasyang terdiri dari empat tahap yaitu dimulai dari tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. [8], menyatakan bahwa "penelitian tindakan kelas merupakan suatu pecrmatan terhadap kegiatan belajar berupa yang sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama", penelitian inidipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika di kelas I SD Negeri 109 Dusun Mangis
[9] mengatakan bahwa PTK adalah kegiatan penelitian dalam bentuk siklus yang merupakan suatu tindakan sebagai hasil refleksi guru terhadap kelas yang dikelolanya, dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam rangka perbaikan dan peningkatkan kinerja siswa dalam bentuk prestasi belajar. PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat ia mengajar dengan tekanan pada penyempurnaan atau peningkatkan proses dan praksis pembelajaran [10].
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan siklus berulang dengan empat fase utama:
1. Pengorganisasian
Pada tahap ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar, ujian, dan alat observasi, serta mengidentifikasi metrik keberhasilan.
2. Perilaku
Mengikuti rencana yang telah disusun sebelumnya, peneliti menggunakan paradigma Gambar dan Gambar untuk melaksanakan proses pembelajaran.
3. Catatan
Sepanjang pembelajaran, peneliti mengamati apa yang dilakukan siswa. Keterlibatan siswa, kolaborasi kelompok, dan partisipasi dalam mengklasifikasikan dan mendeskripsikan gambar merupakan beberapa elemen yang dicatat.
4. Pertimbangan
Peneliti menilai efektivitas tindakan, memeriksa hasil tes dan observasi, dan, jika diperlukan, membuat penyempurnaan untuk siklus berikutnya.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua jenis alat:
1. Lembar observasi – Digunakan untuk mencatat seberapa aktif dan terlibatnya siswa selama pelajaran. Aspek-aspek yang diamati sudah disusun sesuai indikator keterlibatan siswa dalam belajar.
2. Tes hasil belajar – Soal-soal ini disusun berdasarkan tujuan dan indikator pembelajaran matematika kelas I, mengikuti kurikulum yang berlaku.
Sebelum digunakan, semua instrumen ini diperiksa dulu oleh dua ahli di bidang pendidikan (satu ahli materi dan satu guru SD). Tujuannya agar pertanyaan dan indikator dalam instrumen memang benar-benar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif.Berikut langkah-langkahnya:
1. Data observasi – Dianalisis dengan cara menghitung persentase untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Hasilnya kemudian dikategorikan, misalnya: sangat aktif, aktif, cukup aktif, atau kurang aktif.
2. Data tes hasil belajar – Dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata siswa, melihat berapa persen siswa yang sudah tuntas belajarnya, lalu dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yaitu nilai minimal yang harus dicapai siswa. Dalam penelitian ini, KKM-nya adalah 70.
Kriteria keberhasilan dalam pembelajaran ini dianggap berhasil jika memenuhi dua hal berikut:
1. Minimal 75% siswa memperoleh nilai di atas KKM (70).
2. Tingkat keaktifan siswa meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas tempat ia mengajar, dengan bertujan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memperbaiki kinerja sebagai guru dalam bentuk prestasi belajar dan dapat Meningkat hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Model Picture and picture. Penelitian ini menggunakan instrument penelitian beruapa lembar observasi aktivitas pendidik, dan lembar observasi belajar peserta didik, serta hasil tes akhir belajar setiap akhir siklus.
1. Kegiatan Pembelajaran Aspek Pendidik
Keberhasilan peserta didik Secara umum pengelolaan pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan juga menunjukkan adanya pembelajaran pendidik. Dalam hal ini terlihat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Perkembangan ini menunjukkan bahwa guru menjadi lebih mahir dalam mengawasi proses model pembelajaran secara metodis, seperti menunjukkan gambar satu demi satu dan mendorong diskusi di antara siswa untuk membantu mereka memvisualisasikan topik.
Teori konstruktivisme, yang menyatakan bahwa guru berperan sebagai fasilitator, yang memungkinkan siswa membangun pengetahuan mereka sendiri [11], dapat digunakan untuk menjelaskan perkembangan ini. Guru mendukung pengalaman belajar yang lebih konkret dengan menggunakan gambar dalam pendekatan Gambar dan Gambar [12], [13], [14], yang konsisten dengan gagasan Vygotsky dan Piaget tentang pembelajaran yang bermakna. Siswa dapat mengungkapkan pemahamannya, membandingkan dengan orang lain, dan memperkuat pengetahuan yang dibangun secara sosial melalui percakapan yang terjadi selama proses pembelajaran Picture and picture
2. Proses Belajar Peserta didik
Berdasarkan hasil observasi peserta didik menjunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini . Dari siklus ke siklus, pengamatan aktivitas belajar siswa menunjukkan kemajuan yang signifikan. Data kemajuan ditampilkan di bawah ini pada Tabel 4.15:
Perkembangan hasil observasi peserta didik menunjukkan adanya perubahan positif dalam pencapaian mereka dari siklus ke siklus. Pada Pertemuan 1 Siklus I, persentase peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik adalah 0%, sedangkan pada Pertemuan 2 Siklus I, meningkat menjadi 42,85%. Pada Pertemuan 1 Siklus II, angka tersebu sedikit menurun di 21,43%, dan mencapai 50% pada Pertemuan 2 Siklus II, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kategori sangat baik. Teori pembelajaran visual, yang menyatakan bahwa visualisasi meningkatkan retensi dan pemahaman ide, terutama bagi pelajar muda, bertanggung jawab atas pergeseran ini. Melalui representasi konkret, penggunaan gambar dalam strategi Gambar dan Gambar dalam konteks ini memudahkan siswa dalam memproses informasi.
Dalam kategori baik, terdapat persentase peserta didik yang mencapai 35,72% pada Pertemuan 1 Siklus I, meningkat menjadi 21,43% pada Pertemuan 2 Siklus I. Namun, pada Pertemuan 1 Siklus II, persentasennya naik menjadi 57,14% sebelum menurun sedikit menjadi 42,86% pada Pertemuan 2 Siklus II. Sebaiknya, dalam kategori cukup, prenstasinya menujukkan penurunan dari 64, 28% pada Pertemuan 2 Siklus I, kemudian turun lebih jauh mendiadi 14,29% pada Pertemuan 1 Siklus II, dan hanya 7,14% pada Pertemuan 2 Siklus II. Kualitas interaksi siswa telah meningkat, terbukti dari modifikasi ini. Siswa tampak lebih perhatian dan bersemangat berpartisipasi, terutama pada Siklus II, dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
3. Hasil Belajar Peserta Didik
Figure 1.
Temuan ini konsisten dengan teori pembelajaran penemuan Bruner, yang menyatakan bahwa anak-anak memperoleh konsep melalui investigasi dengan bantuan media visual. Siswa dapat memperoleh pemahaman konsep matematika yang lebih konkret melalui penggunaan visual. Penelitian ini mendukung kesimpulan penelitian [15], yang menemukan bahwa strategi berbasis visual dapat meningkatkan hasil belajar matematika anak-anak kelas bawah. Dengan demikian, penelitian ini melengkapi kumpulan penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran visual cukup berhasil di sekolah dasar.
Berdasarkan diagram 4.2 terlihat bahwa Perbandingan hasil belajar peserta didik antara Siklus I dan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam pemahaman dan pencapaian akademik mereka. 64,29% siswa pada Siklus I masuk dalam kelompok "Lulus", sementara 37,50% masuk dalam kategori "Tidak Lulus". Namun, terjadi perubahan besar pada Siklus II. Persentase siswa yang dinilai "Tidak Lulus" turun menjadi 7,14%, sementara persentase siswa yang dinilai "Lulus" naik menjadi 92,86%. Peningkatan ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan, menunjukkan bahwa metode dan strategi yang digunakan pada Siklus II lebih berhasil membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Temuan ini memiliki implikasi praktis bagi guru sekolah dasar lainnya yang mempelajari materi di luar kelas. Disiplin ilmu lain, seperti sains atau Bahasa Indonesia, dapat memperoleh manfaat dari metodologi Gambar dan Gambar, terutama dalam hal-hal konkret yang perlu dipahami secara visual.
Selain mempertahankan perhatian siswa lebih lama, penggunaan gambar sebagai alat bantu mengajar mendorong percakapan aktif dan pengembangan makna serta koneksi konseptual. Oleh karena itu, guru didorong untuk bereksperimen dengan model ini secara fleksibel, menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa dan sifat materi pelajaran. Selain itu, temuan penelitian ini mendukung pengembangan pembelajaran terdiferensiasi, di mana guru menawarkan beragam metode berdasarkan preferensi belajar siswa, terutama gaya belajar visual yang dominan sejak usia dini.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model Picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas II, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture and picture dapat meningkatkan proses belajar pendidikan pancasila Pada Kelas 2 SD Negeri 109/II Dusun Manggis. Dimana pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan, hasil lembar obsevasi pendidik yaitu dari 75%, meningkat ke 87%. Maupun hasil lembar observasi peserta didik mengalami peningkatan dari 75% meningkat ke 87,5%.
2. Penerapan pembelajaran menggunakan model picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan pancasila Pada Kelas 2 SD Negeri 109/II Dusun Manggis. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik pada siklus I yaitu nilai 68,75% dan pada siklus II sebesar 87,5%.
3. Temuan penelitian ini tidak dapat diterapkan secara luas karena terbatas pada satu kelas dan dua siklus. Selain itu, cakupan penelitian ini terbatas pada mata pelajaran matematika di kelas satu.
4. Disarankan agar model Picture and Picture digunakan dalam penelitian selanjutnya dengan rentang mata pelajaran, jenjang kelas, dan periode waktu yang lebih luas. Hal ini penting untuk pemahaman yang lebih menyeluruh dan komprehensif tentang efikasi model ini
5. Model Picture and Picture diharapkan dapat digunakan dalam penelitian mendatang untuk berbagai mata pelajaran, jenjang kelas, dan periode waktu. Hasil yang lebih representatif juga dapat diperoleh dengan melibatkan beberapa kelas atau sekolah. Hal ini memungkinkan pengujian efikasi model ini secara lebih menyeluruh dan ekstensif.
Penelitian ini tidak hanya menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menciptakan prospek untuk penelitian di masa mendatang tentang teknik pembelajaran mutakhir lainnya. Peneliti mengakui bahwa penelitian ini memiliki sejumlah kekurangan. Generalisasi hasil penelitian masih terbatas karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu kelas dan berlangsung selama dua siklus. Lebih lanjut, keberhasilan metodologi ini pada mata pelajaran lain tidak dapat dipastikan secara konklusif karena fokus penelitian terbatas pada Pendidikan Pancasila. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Untuk mendapatkan temuan yang lebih representatif, libatkan beberapa kelas atau sekolah. Untuk mengamati kekonstanan hasil belajar dalam rentang waktu yang lebih lama, lakukan siklus-siklus selanjutnya. Hasilnya, penelitian ini tidak hanya menunjukkan efektivitas pendekatan pembelajaran yang dipilih tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan di masa mendatang.
Ucapan Terima Kasih
Artikel jurnal ini selesai berkat usaha, doa, semangat, dan bantuan dari banyak pihak. Dengan hormat dan tulus, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya atas semua saran, kritik yang bermanfaat, dan revisi yang mendalam yang sangat penting bagi keberhasilan penyelesaian karya ini.
Valin, “Pengaruh Model Pembelajaran Model Pembelajaran Picture And Picture Berbantu Media Ular Tangga Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 4 Sdn Krikil Pageruyung,” SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN (SENDIKA), 2018.
Nurdyansah and F. Toyiba, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap Hasil Belajar Madrasah Ibtiaiyah,” Jurnal Pendidikan Islam, vol. 3, no. 1, pp. 929–930, 2018. [Online]. Available: http://eprints.umsida.ac.id/1610
Murfiah, “Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar,” Pesona Dasar (Jurnal Pendidikan Dasar Dan Humaniora), pp. 57–69, 2017. doi: 10.24815/pear.v7i2.14753
Amelia and Nurmaily, “Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Storytelling Slide and Show,” Journal Of Social Sciences And Technology FFr Community Service (JSSTCS), pp. 22–26, 2021.
Boymau and Hasyda, Monograf Penerapan Model Picture And Picture Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa di Masa Pandemi Covid-19. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.
D. Rusmiati, “Perencanaan Pembelajaran IPS dengan Metode Demonstrasi dan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik,” Center for Open Science, Oct. 2020. [Online]. Available: http://dx.doi.org/10.35542/osf.io/937ys
S. Handayana, Z. Zuhairi, and N. Hakim, “Upaya Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Pekon Negeri Ratu 2 Pesisir Barat Melalui Lukisan Teknik Kolase,” DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 1, no. 1, pp. 56–63, 2019. doi: 10.32332/1601
Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revi). Bumi Aksara, 2021.
A. Fadillah, “Aktualisasi Kompetensi Guru dalam Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Mutu Proses dan Hasil Belajar Siswa melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMP Negeri 2 Bojongsoang Kabupaten Bandung,” JPG: Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, vol. 6, no. 1, pp. 125–138, Mar. 2023. [Online]. Available: http://dx.doi.org/10.35569/jpg.v6i1.1629
Z. Agib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung CV, 2008.
Octavia, Model-Model Pembelajaran. Deepublish, 2020.
N. H. Iswari, “Model pembelajaran picture and picture, media flashcard, hasil belajar matematika,” pp. 2–3, 2018.
Komara and Hermita, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVB SDN 136 Pekanbaru,” Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, pp. 149–150, 2020.
Habibi and Adnan, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap Partisipasi Dan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu, pp. 3399–3412, 2021.
N. F. Syifa, A. Suriansyah, and W. R. Rafianti, “Implementasi Media Pembelajaran Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Anak Tunalaras Kelas Tinggi di Sekolah Dasar,” MARAS: Jurnal Penelitian Multidisiplin, vol. 3, no. 1, pp. 84–93, Jan. 2025, doi: 10.60126/maras.v3i1.648.