Login
Section Education

Improving Reading Comprehension Through Cooperative Integrated Reading and Composition

Meningkatkan Pemahaman Membaca Melalui Pembelajaran Membaca dan Penulisan Terpadu Berbasis Kerja Sama
Vol. 10 No. 2 (2025): December:

Ilham Syaputra (1), Apdoludin Apdoludin (2), Reni Guswita (3)

(1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(2) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(3) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia

Abstract:

General background: Reading comprehension is a fundamental skill that significantly influences students’ academic success, yet many elementary learners still face challenges in developing it effectively. Specific background: In Indonesian primary schools, conventional teaching methods often limit students’ active engagement, thereby reducing opportunities for deeper comprehension. Knowledge gap: Limited empirical studies have examined the effectiveness of Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) in enhancing reading comprehension within this context. Aims: This study aimed to investigate the impact of the CIRC approach on improving reading comprehension among fourth-grade students at SDN 100/II Muara Bungo during the odd semester of 2025/2026. Results: Conducted as a two-cycle classroom action research with 28 participants, findings showed progressive improvement: teacher activity increased from 85% in cycle I to 95% in cycle II, student activity from 64% to 96%, and reading comprehension achievement from 75% to 92%. Novelty: The study highlights the adaptability of CIRC in Indonesian elementary settings, demonstrating its ability to foster both active participation and comprehension. Implications: These findings suggest that integrating CIRC into reading instruction can significantly enhance learning outcomes, offering educators an effective pedagogical model for strengthening literacy skills in primary education.


Highlights:




  • CIRC significantly improved students’ reading comprehension.




  • Teacher and student activity increased across cycles.




  • The approach is adaptable to Indonesian elementary schools.




Keywords: Cooperative Reading, Reading Comprehension, Action Research, Elementary Education, Student Engagement

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Pendidikan adalah upaya manusia untuk membentuk kepribadian mereka sesuai dengan norma budaya dan masyarakat. Oleh karena itu, proses pendidikan berlangsung di dalam masyarakat, terlepas dari betapa mendasarnya budaya mereka. Akibatnya, klaim bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia sering diajukan. Intinya, pendidikan adalah upaya manusia untuk melindungi kehidupan [1].

Pendidikan di indonesia berkaitan erat dengan kurikulum di Indonesia terus terjadi perubahan sesuai zaman maupun kebutuhan siswa. Kurikulum memiliki dampak besar terhadap hasil pendidikan karena ia juga berfungsi sebagai panduan tentang bagaimana pendidikan seharusnya dilaksanakan. Kurikulum selalu menjadi fokus utama dalam setiap perubahan yang dilakukan pada sistem pendidikan karena posisi dan fungsinya yang sentral. Pada satuan pendidikan saat ini, khususnya sekolah dengan kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2022. Kurikulum merdeka adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu [2]. Konsep merdeka bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir, belajar, dan berinovasi. Dalam kurikulum Merdeka, siswa tidak merasa terbebani dengan kegiatan belajar, dan siswa merasa senang dengan kegiatan belajar tersebut [3]

Dalam kurikulum merdeka terdapat mata pelajaran yang dapat secara langsung melibatkan siswa dalam perolehan pengetahuan dan merangsang rasa ingin tahu mereka adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Rasa ingin tahu ini kemudian terstimulasi. Penggunaan ponsel untuk membahas dongeng saat pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar relatif jarang. Buku, CD, dan materi tertulis lainnya terkadang menjadi satu-satunya sumber dongeng bagi siswa sekolah dasar. Hal ini menginspirasi terciptanya alat bantu baca dongeng interaktif untuk anak-anak sekolah dasar [4]. Setiap jenjang pendidikan di Indonesia mewajibkan siswa untuk mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, mata pelajaran ini meningkatkan kemampuan komunikasi, membaca, dan menulis siswa. Kualifikasi siswa yang menunjukkan penguasaan pengetahuan, kemahiran berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dikenal sebagai persyaratan kompetensi berbahasa Indonesia [5].

Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas empat harus menghibur dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, serta memperkuat kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan membaca pemahaman merupakan bagian keterampilan membaca. Membaca pemahaman melibatkan apresiasi penuh terhadap apa yang sedang dibaca untuk mengasimilasi pengetahuan yang seharusnya diperoleh pembaca dan siswa. Menurut sudut pandang yang berbeda, membaca pemahaman merupakan perluasan dari membaca dalam hati, yang diajarkan mulai kelas tiga. Kompleksitas pemahaman membaca anak meningkat seiring dengan jenjang kelasnya. Kemahiran membaca siswa memiliki dampak besar pada seberapa baik mereka mengikuti pelajaran dan memperluas pengetahuan mereka [6].

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa peserta didik yang paham membaca 16 orang, sedangkan peserta didik yang tidak paham membaca 12 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persentase peserta yang paham membaca mencapai 68%. Artinya mayoritas peserta didik sudah paham membaca dengan baik, tetapi masih ada beberapa yang mengalami kesulitan, mereka yang belum paham membaca perlu mendapat pelatihan lebih agar kemampuan mereka meningkat. Dengan latihan yang rutin, bimbingan yang tepat, serta model pembelajaran yang menarik. Faktor utama yang mempengaruhi rendahnya keterampilan membaca pemahaman adalah siswa kurang mendapatkan bimbingan dalam belajar secara bertahap, mulai dari teks cerpen hingga teks literasi. Faktor lainya adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang dibaca, kurang fokus dalam belajar, serta kejenuhan akibat proses pembelajaran yang monoton. Guru juga kurang memanfaatkan alat pembelajaran alternatif, sehingga banyak anak gagal mencapai kriteria pemahaman, terutama pemahaman bacaan. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, diperlukan sebuah model pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa model CIRC meningkatkan kemampuan membaca maupun menulis, terutama di kelas atas sekolah dasar. Hasil ini sangat meningkatkan pemahaman kita tentang dampak pendidikan dari praktik Cooperative integrated reading and composition. Data ini menjelaskan paradigma pembelajaran CIRC dapat membantu siswa menulis lebih baik [7]. Lebih lanjut, penggunaan model CIRC dapat memberikan siswa kesempatan untuk menyuarakan pendapat, berbicara, dan berkomunikasi selama proses pembelajaran. Selain itu, beri mereka kesempatan untuk memahami suatu topik dengan meminta mereka membacanya dan kemudian mendiskusikannya bersama [8].

Beberapa penelitian memperlihatkan pendekatan Cooperative integrated reading and composition berlaku pada mata kuliah dan jenjang bahasa Indonesia dalam kurikulum otonom serta disiplin ilmu lainnya. Penelitian yang secara spesifik menerapkan model CIRC untuk siswa kelas IV SD dalam konteks membaca pemahaman masih terbatas, sehingga belum ada data yang cukup mengenai efektivitas model ini di tingkat dasar. Banyak penelitian terdahulu hanya meneliti keterampilan membaca secara umum (misalnya kecepatan membaca, membaca nyaring), namun belum secara mendalam membahas keterampilan membaca pemahaman yang mencakup kemampuan memahami isi teks, menyimpulkan informasi, dan menjawab pertanyaan berdasarkan teks. Padahal, membaca pemahaman merupakan kemampuan esensial dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penerapan model Cooperative integrated reading and compositiondifokuskan secara khusus untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD. Selain itu, Sebagian besar penelitian terdahulu hanya menilai hasil belajar secara umum, bukan secara khusus pada keterampilan membaca pemahaman.dalam penelitian ini, peneliti menyesuaikan penggunaan model CIRC dengan karakteristik siswa serta mengaitkannya dengan pendekatan kurikulum merdeka yang menekankan pada pembelajaran aktif, kolaboratif, dan berpusat pada siswa.

Studi ini mengkaji bagaimana model pembelajaran Cooperative integrated reading and composition meningkatkan pemahaman membaca siswa sekolah dasar kelas empat, sebuah topik yang belum diteliti secara ekstensif pada tingkat keterampilan dan konteks ini. Penelitian ini mencakup studi tentang bagaimana interaksi sosial yang difasilitasi oleh model CIRC meningkatkan pemerataan keterlibatan dan pemahaman membaca siswa. Karya ini menambah literatur tentang model Cooperative integrated reading and composition memperluas pengetahuan teoretis terkait model ini dapat diterapkan pada situasi sosial yang kompleks.

Metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digunakan untuk penelitian ini. Strategi ini dipilih karena dapat memecahkan masalah kelas dan meningkatkan pembelajaran serta kemampuan membaca awal. Kedua siklus penelitian ini mencakup empat tahap: persiapan, pelaksanaan, observasi maupun refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menghasilkan materi pembelajaran dan menyelesaikan pelaksanaannya untuk memenuhi tujuan. Peneliti mengikuti tahapan tindakan model Cooperative Integrated Reading Composition [9]. Lembar observasi guru dan siswa digunakan selama kegiatan berlangsung. Setelah latihan pembelajaran, kekurangan diidentifikasi melalui refleksi. Refleksi ini meningkatkan pembelajaran pada putaran berikutnya.

Penelitian ini di SD Negeri 100/II Muara Bungo pada semester ganjil tahun pelajaran 2025/2026. Dua puluh delapan siswa kelas empat menjadi subjek penelitian, peneliti mengajar dan tiga rekan sejawat, dan guru wali kelas melakukan observasi. Observasi awal menunjukkan pengetahuan konten pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang, sehingga kelas-kelas tersebut dipilih. Dengan demikian, kelas-kelas tersebut merupakan subjek studi yang sesuai untuk mengevaluasi model pembelajaran yang diterapkan.

Penelitian ini mengumpulkan data menggunakan lembar observasi, ujian hasil belajar, dan dokumentasi. Lembar observasi mencatat pembelajaran guru dan siswa. Setelah setiap siklus, siswa mengerjakan ujian esai berisi 10 pertanyaan. Instrument berupa soal esai ini dipilih karena jenis soal ini dapat menggambarkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan secara lebih mendalam. Melalui soal esai, siswa tidak hanya memilih jawaban, tetapi juga diminta menguraikan jawaban berdasarkan pemahaman mereka terhadap teks bacaan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat peningkatan keterampilan membaca pemahaman secara menyeluruh. Butir soal tersebut telah melalui uji vailiditas untuk memastikan kualitas dan kesesuaiannya. Foto dan video pembelajaran juga digunakan [10]. Seperangkat instrumen ini dipilih untuk menjalankan model CIRC di sekolah dasar dengan beragam keadaan untuk menjamin penelitian ini secara akurat mewakili situasi tersebut.

Penelitian ini berhasil jika memenuhi 75%. Penelitian ini mengukur keberhasilan dengan peningkatan pembelajaran dan pemahaman membaca. Rumus berikut menghitung analisis data lembar observasi instruktur dan siswa. Interpretasi data dapat dilihat pada Tabel 1 :

Nilai = (total perolehan) / (total maksimal) x 100(1)

Rentang Pencapaian Kategori
81– 100 Sangat Baik
66 – 80 Baik
51 – 65 Cukup
< 50 Kurang
Table 1. Kriteria Penilaian Proses Guru dan Siswa

Temuan tersebut kemudian dicocokkan dengan Kriteria Pencapaian Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia sebesar 75. Hasil tes pembelajaran pemahaman bacaan individu kemudian dianalisis di tabel 2 :

Rentang Nilai Kategori
<75 Belum Mencapai
>75 Sudah Mencapai
Table 2. Kriteria Penilaian Hasil Belajar

Rumus berikut untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal. Kemudian diinterpretasikan di tabel 3:

Rentang Nilai Kategori
>80 Sangat Baik
70 – 79 Baik
60 – 69 Cukup
50 – 59 Kurang
< 50 Sangat Kurang
Table 3. Kriteria Ketuntasan Belajar

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Proses Belajar Guru dan Siswa

Peneliti bertindak sebagai praktisi, sementara Ibu Ngatmini, S.pd.SD, wali kelas IV, beserta rekan-rekan Halijah, Mukhamad Edi Santoso, dan Meggi melakukan observasi. Penelitian ini menggunakan siklus dua minggu. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus 1 hari Jumat, 8 Agustus 2025, dan Selasa, 12 Agustus 2025, sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Agustus, dan Kamis, 14 Agustus 2025.

Hasil lembar observasi pendidik didapat dari perhitungan kegiatan yang terlaksana oleh peneliti ketika proses penelitian berlangsung yang dinilai langsung oleh guru kelas atau observer, yang mana hasil dari kegiatan yang terlaksana dibagi dengan poin keseluruhan dari kegiatan yang ada dilembar observasi lalu dikalikan seratus, sesuai dengan rumus yang pada lembar observasi pendidik.

Data hasil lembar observasi proses guru siklus I maupun II di tabel 4:

Siklus Persentase
Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I 85% 95%
Siklus II 95% 95%
Table 4. Hasil Proses Mengajar Guru

Berdasarkan tabel di atas, siklus I pertemuan I yaitu 85%, siklus I pertemuan II yaitu 95%, dan siklus II pertemuan I yaitu 95%. Dari siklus I ke siklus II, penerapan pembelajaran pemahaman membaca memakai model Cooperative integrated reading and composition meningkat dari 85% menjadi 95%, yang menyebabkan pembelajaran menjadi lebih baik karena terbiasa mengikuti langkah-langkah yang diharapkan.

Di akhir proses pembelajaran, pengamat mengevaluasi hasil implementasi, yang kemudian dianalisis dan dipertimbangkan secara berkelanjutan oleh pendidik. Hal ini memudahkan untuk menemukan kekurangan dan kesalahan serupa agar tidak terulang di sesi selanjutnya. Peneliti dapat menunjukkan kemajuan antara siklus I dan II dengan mengurangi kesalahan dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya menggunakan lembar observasi pendidik.

Data hasil lembar observasi proses belajar siswa siklus I dan siklus II dapat dirincikan pada tabel 5:

Siklus Persentase
Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I 64% 82%
Siklus II 89% 96%
Table 5. Hasil Proses Belajar Siswa

Berdasarkan data di atas, 64% siswa berpartisipasi pada siklus I (pertemuan I) dan 82% pada siklus I (pertemuan II). Siklus I (pertemuan I) memiliki 89% siswa sedangkan siklus II memiliki 96%. Pendekatan pembelajaran Cooperative integrated reading and composition lebih banyak digunakan pada siklus II (64%–96%) daripada siklus I. Hasil belajar siswa meningkat karena mereka termotivasi dan antusias. Hal ini memperlihatkan pembelajaran yang meningkatkan pemahaman membaca siswa kelas IV di SDN 100/II Muara Bungo.

Siswa menjadi lebih terlibat dalam diskusi kelompok dan bersemangat untuk belajar. Estyawati [11] menjelaskan paradigma CIRCmeningkatkan motivasi pemahaman membaca. Biat dan Abdulah [12] menemukan bahwa model CIRC meningkatkan pemerolehan bahasa Indonesia, khususnya pemahaman membaca. Dalam setiap siklus pembelajaran, pemahaman membaca dan keberhasilan belajar siswa meningkat.

B. Hasil Tes Belajar Membaca Pemahaman Siswa

Pemahaman membaca siswa dinilai menggunakan soal esai 10 soal. Siswa kelas empat di SDN 100/II Muara Bungo diuji pemahaman membaca pada akhir setiap siklus. Hasil ujian digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran siswa dan merencanakan upaya peningkatan pada siklus berikutnya. Nilai ujian pemahaman membaca siswa Siklus I maupun II ditunjukkan pada grafik :

Figure 1. Hasil Tes Membaca Pemahaman

Seperti yang dapat dilihat dari grafik di atas, dapat dilihat dari pelaksanaan siklus I, pertemuan I maupun II dengan hasil tes memperlihatkan 21 siswa (75%) lulus dan 7 (25%) tidak lulus. Siklus II memiliki 26 peserta tes (92%), dan 2 (8%) tidak lulus. Antara Siklus I dan II, kemampuan pemahaman membaca siswa meningkat secara dramatis karena manajemen kelas guru, keterlibatan siswa, dan metodologi pembelajaran memperlihatkan banyak siswa termotivasi, fokus, dan terlibat dalam pembelajaran.

Studi ini menunjukkan bahwa pendekatan Cooperative integrated reading and composition meningkatkan pemahaman membaca kelas empat di SDN 100/II Muara Bungo. Dari Siklus I ke II, nilai ujian pemahaman meningkat. Menurut Said [13], model ini meningkatkan pemahaman membaca secara signifikan. Melati Putri dan Astuti [14] mengatakan bahwa pendekatan ini menambah pemahaman membaca, yang mendukung studi ini. Studi ini secara signifikan menambah pemahaman membaca siswa kelas empat di SDN 100/II Muara Bungo. Studi ini juga menunjukkan bahwa model cooperative integrated reading and composition meningkatkan pemahaman membaca siswa sekolah dasar. Temuan ini diperkuat oleh Hasibuan [15] yang mengatakan bahwa model Cooperative integrated reading and compositiondapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD. Dalam implementasi model ini, siswa memiliki antusias dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas sesuai dengan tahapan model Cooperative integrated reading and composition.Temuan ini lebih diperkuat oleh Sari dan Nababan [16], yang menyatakan bahwa model Cooperative integrated reading and compositionmampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa serta menjadi wadah untuk bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, berelasi, dan bekerja sama.

Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative integrated reading and compositiondapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa di kelas IV SD. Hal ini sejalan dengan tujuan kurikulum merdeka yang menekankan pada penguatan kompetensi literasi dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model ini mendorong siswa untuk bekerja sama, berdiskusi, dan memahami isi bacaan secara aktif, yang sangat sesuai dengan kurikulum merdeka yang menekankan pembelajaran kolaboratif.

Dalam implementasi model Cooperative integrated reading and composition, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi efektivitas model Cooperative integrated reading and compositiondiantaranya penelitian ini hanya dilakukan pada satu kelas IV di salah satu sekolah dasar, sehingga hasil yang diperoleh belum dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi siswa kelas IV di sekolah lain yang memiliki karakteristik berbeda. Waktu penelitian yang terbatas membuat pengamatan terhadap perkembangan keterampilan membaca pemahaman siswa hanya dilakukan dalam jangka pendek, sehingga dampak jangka anjang dari model Cooperative integrated reading and composition belum dapat diketahui secara menyeluruh. Faktor lainnya yaitu ketersediaan fasilitas, waktu pembelajaran, serta motivasi siswa dan guru dalam mengikuti pembelajaran dengan model Cooperative integrated reading and composition.

Simpulan

Strategi Cooperative integrated reading and composition meningkatkan pemahaman bacaan siswa secara signifikan. Peningkatan ini terlihat pada hasil belajar guru, siswa, dan pemahaman bacaan. Prestasi mengajar guru meningkat dari 85% menjadi 95% dari siklus I ke II. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran meningkat dari 73% menjadi 92,5% pada siklus II. Nilai tes pembelajaran pemahaman bacaan siswa meningkat 75% menjadi 92% dari siklus I ke II memeprlihatkan ujian pembelajaran pemahaman bacaan memenuhi kriteria keberhasilan.

Temuan ini memperkuat bukti bahwa model Cooperative integrated reading and composition efektif meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD 100/II Muara Bungo. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan model cooperative integrated reading and composition untuk meningkatkan pembelajaran dan pemahaman bacaan. Guru harus memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran guna memaksimalkan kualitas pengajaran.

Ucapan Terimakasih

Penulis ucpakan terima kasih untuk warga SD Negeri 100/II Muara Bungo yang memberikan kesempatan dan dukungan saat penelitian. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Apdoludin, S.Pd.I.,M.Pd.I dan Ibu Reni Guswita, M.Pd selaku dosen pembimbing atas segala arahan dan dampingan yang telah diberikan hingga terselesaikannya penyusunan artikel ini.

References

[1] F. Djaguna, S. Inayah, and Apdoludin, Pengantar Pendidikan. Majalengka, Indonesia: CV. Edupedia Publisher, 2021.

[2] R. Agustina, F. Ismail, and M. W. Afgani, “Implementasi Kurikulum Merdeka terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan dan Keguruan, vol. 1, no. 2, pp. 73–80, 2023.

[3] R. Vhalery, A. M. Setyastanto, and A. W. Leksono, “Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur,” Research and Development Journal of Education, vol. 8, no. 1, p. 185, 2022, doi: 10.30998/rdje.v8i1.11718.

[4] A. Farhan, S. Fizna, A. Vera, Syahrial, and N. Silvina, “Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013,” Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol. 4, no. 3, pp. 387–393, 2022.

[5] Y. Mailida and R. R. Wandini, “Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,” Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 5, no. 1, pp. 134–144, 2023, doi: 10.37985/murhum.v5i1.493.

[6] F. I. Nurkhofifah, “Penggunaan Media Smartboard dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman,” Jurnal Basicedu, vol. 6, no. 2, pp. 2701–2709, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i2.2489.

[7] S. H. Nur, A. Suriansyah, and W. R. Rafianti, “Analisis Penggunaan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas Tinggi Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 6, no. 1, pp. 55–65, 2025.

[8] D. R. Widianita, “Perbandingan Perencanaan Pembelajaran antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka Belajar pada PAI di Madrasah,” At-Tawassuth: Jurnal Ekonomi Islam, vol. 8, no. 1, pp. 1–19, 2023.

[9] H. Hidayah, “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Bahasa Indonesia,” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 8, no. 2, pp. 213–222, 2024.

[10] D. N. Afiqoh, “Perkembangan Dokumentasi di Indonesia,” Jurnal Dokumentasi dan Informasi, vol. 21, no. 1, pp. 1–8, 2020.

[11] N. Estyawati, K. Fajriyah, and A. Damayanti, “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 17 Semarang,” Majalah Lontar, vol. 34, no. 3, pp. 1–14, 2022, doi: 10.26877/ltr.v34i3.13738.

[12] I. T. Biat and M. M. Abdulah, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SD Negeri 1 Bira melalui Metode Cooperative Integrated Reading and Composition,” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, vol. 5, no. 5, pp. 742–753, 2024.

[13] E. Said, “Model Pembelajaran CIRC untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kerjasama Siswa Kelas III UPT SPF SD Negeri Timbuseng Kota Makassar,” Borneo Journal of Education, vol. 5, no. 1, pp. 43–49, 2024, doi: 10.35965/bje.v5i1.5301.

[14] M. L. M. Putri and S. Astuti, “Efektivitas Model Pembelajaran CIRC dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, vol. 12, no. 1, pp. 178–193, 2023, doi: 10.47668/pkwu.v12i1.1080.

[15] A. N. Hasibuan and R. N. Rambe, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) di Kelas IV SD Negeri 112331 Aek Kota Batu,” Eunoia: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, vol. 1, no. 1, pp. 19–28, 2022, doi: 10.30821/eunoia.v1i1.1000.

[16] M. C. Sari and E. B. Nababan, “Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Basataka, vol. 7, no. 1, pp. 290–302, 2024.