Ali Raksan Yani (1), Tri Wera Agrita (2), Reni Guswita (3)
General Background: Motivation is a crucial factor in determining students’ success in language learning, particularly at the elementary level. Specific Background: Observations at MIS Assu’udiyah revealed that the integration of ice breaking activities in Indonesian language learning fostered enthusiasm and classroom engagement. Knowledge Gap: Although prior studies addressed motivation, limited research has examined how structured ice breaking activities sustain students’ motivation in elementary Indonesian language classes. Aim: This study explores the forms of motivation demonstrated by students and the strategies they adopt during lessons supported by ice breaking. Results: Using qualitative case study methods with interviews and thematic analysis, findings indicate that both internal factors (interest, persistence, curiosity) and external factors (teacher encouragement, positive class atmosphere, peer interaction) shape students’ motivation. Ice breaking helped reduce tension, increased participation, and promoted joyful learning experiences. Novelty: Unlike general motivational studies, this research emphasizes the role of interactive and playful activities as a consistent pedagogical strategy in early language acquisition. Implications: Integrating ice breaking into routine lesson planning may serve as a practical approach for teachers to sustain motivation, emotional readiness, and active participation in elementary classrooms.
Students showed high enthusiasm and focus during ice breaking activities.
Internal and external factors jointly shaped learning motivation.
Ice breaking created a positive and engaging classroom atmosphere.
Learning Motivation, Ice Breaking, Indonesian Language Learning, Elementary Students, Classroom Engagement
Pendidikan merupakan hal terpenting yang harus di tempuh untuk mendapatkan ilmu, karena pendidikan memliki peran utama dalam meningkatkan kecerdasan suatu bangsa [1]. Dalam upaya pengembangannya, pendidik perlu meningkatkan kompetensinya sejalan dengan perkembangan zaman yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan tidak jauh kaitannya dengan kurikulum, karena kurikulum merupakan salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam mengatur proses pembelajaran, materi yang diajarkan, serta kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik.
Kurikulum ini memberikan struktur dan arah yang jelas bagi pengajaran sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, serta memfasilitasi perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistic. Menurut [2] kurikulum merdeka adalah pembelajaran intrakurikuler, yang mengedepankan kompentensi pada setiap tujuan pembelajarannya. hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik mampu mendalami konsep, dan menguatkan kemampuannya sesuai bakat dan kemampuannya.
Kurikulum merdeka sangat mengedepankan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dengan memberikan kebebasan untuk mengembangkan potensinya secara optimal, kurikulum ini mendorong peserta didik untuk lebih bersemangat, dan mempunyai motivasi, yang tinggi dalam mendalami materi secara menyeluruh dan membangun kompetensi sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. perlu adanya keterlibatan langsung di dalam proses pembelajaran. karena ketika peserta didik merasa terlibat langsung dalam menentukan arah dan cara belajarnya, mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk mencapai tujuan belajar mereka [3]. lingkungan belajar yang mendukung pilihan dan kebutuhan individual peserta didk dapat membangkitkan dorongan motivasi internal, untuk terus belajar dan berkembang tanpa harus bergantung pada motivasi eksternal.
Namun, di sisi lain motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan proses peserta didik, dalam pembelajaran. lebih lanjut lagi pendapat [4] Mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, kedisplinan, dan ketekunan seseorang dalam upaya untukk mencapai tujuan. Sedangkan Menurut [1] motivasi adalah istilah yang paling sering di pakai untuk menjelaskan keberhasilan, atau kegagalan, hampir semua tugas yang rumit. motivasi belajar adalah dorongan internal dalam diri peserta didik, yang mendorong mereka untuk terlibat dalam aktivitas belajar, menetapkan tujuan, serta berupaya mencapai hasil yang diinginkan. motivasi dapat bersifat intrinsik, yang berasal dari dalam diri peserta didik seperti rasa ingin tahu atau kepuasan pribadi maupun ekstrinsik, yang muncul karena faktor luar seperti nilai, atau penghargaan [5]. Sedangkan Menurut [6]. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik . Seseorang akan mendapat hasil yang di inginkan dalam belajar apabila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendorong peserta didik, untuk belajar dengan baik dan lebih giat peran motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar (pembelajaran). karena dengan adanya motivasi peserta didik akan terdorong untuk jauh lebih bersemangat dalam belajar, Motivasi belajar peserta didik itu perlu ditumbuhkan secara konsisten, melalui berbagai cara yang melibatkan peran aktif dari diri sendiri peserta didik, serta dukungan dari lingkungan pendidikan yang ada di sekitar mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan minat dan kebutuhan pribadi peserta didik .
Pentingnya bagi pendidik untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan minat peserta didik, dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pendidik dapat menjadikan pembelajaran yg menarik, dan menyenangkan , melalui platform yang ada di gawainya masing masing [7]. Hal ini tentu menjadi referensi bagi pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, di kelasnya. Salah satunya dengan menggunakan icebreakingyang memiliki variasi yang sangat beragam seperti, Ada yang di terapkan di awal, ada di kegiatan inti, dan ada juga di kegiatan penutup.
Menurut [7], Menyatakan bahwa istilah Ice breaking sebenarnnya pada mulanya digunakan dalam istilah mekanik yang berkaitan dengan pemecah es, yang dapat digunakan untuk memecahkan kebekuan, kekalutan, kejenuhan, sehingga dapat menjadi cair dan suasana pembelajaran bisa kembali pada keadaan semula, (lebih kondusif). Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh [8], ice breaking merupakan sebuah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengalihkan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, jenuh, dan tegang menjadi lebih rileks, bersemangat, serta menyenangkan, sehingga peserta didik lebih antusias untuk mendengarkan atau memperhatikan pembicara di depan kelas atau ruangan .
Berdasarkan pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa icebreaking sangat penting untuk dilakukan di sekolah, karena ice breakingdapat mencairkan suasana kelas yang membosankan, menjadi lebih aktif kembali. Ice breaking sangat penting dilakukan di sekolah untuk membantu peserta didik mengatasi rasa canggung, dan ketegangan, saat bertemu teman-teman baru, hal ini juga didukung oleh pernyataan dari [9] menyatakan bahwa ice breaking juga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu, proses belajar mengajar pun akan berjalan lebih efektif dan menyenangkan.
Untuk melihat keefektifan ice breaking di sekolah, penulis melakukan pengamatan di Mis Assu’udiyah di kelas V. penulis seringkali mengamati peserta didik yang bersemangat, mudah jenuh pada saat proses pembelajaran, mudah bosan pada saat proses pembelajaran, dan kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, karena metode pembelajaran yang membosankan maka dari itu di perlukan peran guru untuk meningkatkan motivasi peserta didik.
Untuk mendalami lagi permasalahan terkait penerapan ice breaking, di sekolah, penulis melakukan observasi di tiga sekolah yaitu, SDN 15/II Candi, SDN 118/Candi, dan Mis Assu'diyah. Temuan Di SDN 15/II Candi partisipan 1, belum menerapkan teknik ice breaking dalam proses pembelajaran di kelas. Hal serupa juga ditemukan di SDN 118/II Candi, di mana peneliti mengamati partisipan 2 dalam pelaksanaan pembelajarannya, tidak menggunakan metode ice breaking, baik sebelum maupun setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi di Mis Assu’udiyah khususnya pada kelas V, pada saat penulis melakukan observasi partisipan 3 sudah mengimplementasikan ice breaking di kelas V, sebagai bagian dari pendekatan untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman, dan interaktif, di dalam kelas. Setelah partisipan 3 mengimplementasikan Icebreaking, Penulis melihat bahwa dengan adanya implementasi ice breaking,peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam belajar .
Penerapan teknik ice breaking di kelas V Mis Assu’udiyah terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi peserta didik, serta membuat mereka lebih bersemangat dan berkonsentrasi selama proses pembelajaran, khususnya di pembelajaran bahasa Indonesia.
Partisipan tiga menjelaskan bahwa pada saat mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V, peserta didik mempunyai kesulitan dalam menghadapi rasa bosan mereka terhadap pelajaran. Sangat terlihat sekali perbedaan antara sebelum mengimplementasikan ice breaking,dengan sesudah mengimplemtasikan ice breaking di kelas V. karena Tanpa adanya kegiatan ice breaking yang di implementasikan oleh guru, peserta didik akan mengalami kesulitan untuk fokus, dan berinteraksi aktif dengan materi pelajaran, Hal ini tentunya dapat menghambat proses belajar dan mengurangi efektivitas pengajaran.
Oleh karena itu, penerapan metode ice breaking di kelas V sangat penting dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang positif dan meningkatkan keterlibatan peserta didik selama proses pembelajaran. Metode iceBreakingdigunakan untuk menciptakan suasana yang santai di dalam kelas agar peserta didik dapat lebih fokus saat belajar. Selain itu, metode ini juga bertujuan untuk membangun hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik. Serta dapat meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap materi pelajaran [10], [11], [12]. Mengimplementasikan ice breaking di kelas V Mis Assu’udiyah bukan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran melainkan pendukung utama dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Konsentrasi belajar yang baik dan lama akan menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran, Maka diharapkan bisa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Namun implementasi ice breaking di kelas V Mis Assu’udiyah juga mengalami kendala seperti peserta didik tidak percaya diri, pasif, tidak semangat, dan lebih memilih untuk bermain dengan teman yang lainnya. Untuk mengatasi kendala tersebut tentu pendidik tahu cara mengatasinya yaitu dengan cara memberikan motivasi bahwa ice breaking itu menyenangkan, tidak menakutkan, tidak membahayakan, serta memberikan pengertian bahwa ice breaking sangat mengembirakan, dan membuat jam pelajaran terasa lebih cepat dibandingkan tidak adanya penerapan ice breaking[13], [14]. Dengan adanya penerapan ice breaking dapat memudahkan pendidik dalam mengkondisikan kelas serta peserta didik yang tidak bersemangat dalam belajar didalam ruang kelas.
Salah satu penelitian yang terdahulu yang menggunakan ice breaking juga dengan judul implementasi ice breaking untuk meningkatkan motivasi belajar di kls V SDN Negeri Cinanas 03 memiliki kekurangan, dan kelebihan [15], [16], [17]. Untuk kelebihan nya, peserta didik menjadi semangat dan pelajaran, menjadikan suasana belajar menjadi tidak jenuh dan bosan, kemudian hal tersebut yang mengukur bagaimana motivasi belajar peserta didik dapat berkembang. sedangkan untuk kekurangan nya sendiri, dari sekolah tidak mendukung beberapa alat yang memadai untuk implementasi icebreakingdan menjadikan jam pelajaran terpotong Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Ice breaking. Selain fokus di sekolah tempat penelitian, penting juga untuk menegaskan bahwa hasil penelitian ini mempunyai manfaat lebih luas untuk pengembangan cara belajar di Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul analisis motivasi belajar peserta didik dengan implementasi icebreakingpada pembelajaran bahasa indonesia di kelas v mis assu'udiyah.
Jenis Penelitian ini adalah adalah kualitatif, Menurut [18] kualitatif adalah metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah (sebagai lawan nya adalah eksperimen di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan data di lakukan secara tri angulasi (gabungan) analisis data bersipat induktif dan hasil peneitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Jenis peneitian ini adalah penelitian kualitatif yang mana berdasarkan interview.
Menurut [18] penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang diterapkan untuk memahami fenomena dalam kondisi alami, Dalam penelitian kualitatif, peran peneliti sangat penting karena peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian tersebut.
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat induktif, yaitu dimulai dari data yang terkumpul untuk kemudian mencari pola atau tema yang muncul, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Hasil dari penelitian kualitatif cenderung lebih menekankan pada makna dan pemahaman terhadap fenomena yang terjadi, ketimbang berusaha membuat generalisasi atau kesimpulan yang berlaku secara luas. Dalam hal ini, jenis penelitian yang dilakukan berfokus pada interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, misalnya melalui wawancara dan observasi, yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti untuk memperoleh data yang lebih mendalam mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Pemilihan lima siswa sebagai partisipan dianggap sudah cukup karena dalam penelitian kualitatif, yang utama bukan banyaknya jumlah, tetapi kedalaman informasi yang diperoleh. Data dari wawancara dan observasi kemudian saya gabungkan (triangulasi) agar hasilnya lebih valid dan lengkap. Proses analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dari data yang dikumpulkan dicari pola dan tema yang muncul untuk memahami motivasi belajar siswa secara mendalam.
Menurut [19] Pendekatan studi kasus adalah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang di likakukan secara insetif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi, untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. biasanya , peristiwa yang di pilih yang selanjutnya di sebut kasus adalah paling aktual, yang sedang berlangsung bukan sesuatu yang sudah lewat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telahdi lakukan oleh peneliti dan telah di lakukan proses analisi data.analisi penelitian ini memperoleh tema tema dan kemudian di temukan gambaran umum dari hasil penelitian yang di lakukan.analisi ini di lakukan berdasarkan data yang di peroleh oleh peneliti,kemudian mengelompokan data berdasarkan tema tema yang di tentukan berdasarkan dideskripsi proses yang akan di ungkap pada setiap partisipan. Pembahasan di sini sudah disusun secara urut, mulai dari motivasi siswa yang ada dalam diri mereka, strategi belajar yang dipakai, sampai keyakinan yang mereka pegang. Tapi, terkadang kalimat yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain masih terasa berulang dan kurang mengalir.
1. Tekun Menghadapi Tugas
Peserta didik yang memiliki motivasi dalam belajar bahasa Indonesia cenderung mengembangkan strategi khusus untuk mempertahankan antusiasme mereka selama proses pembelajaran. Kesadaran ini muncul dari pemahaman bahwa keberhasilan belajar bukan hanya bergantung pada kemampuan intelektual, tetapi juga pada kemampuan mengelola semangat belajar secara konsisten. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar peserta didik mengungkapkan bahwa motivasi mereka muncul dari minat yang kuat terhadap pelajaran bahasa Indonesia, rasa ingin tahu yang tinggi, serta pengalaman belajar yang dikemas dengan metode yang menyenangkan. Metode pembelajaran yang variatif, seperti permainan edukatif, diskusi kelompok, dan pembelajaran berbasis proyek, membuat mereka merasa terlibat aktif dan tidak cepat bosan. Selain itu, dukungan moral dan emosional dari orang tua, teman sebaya, serta guru menjadi faktor eksternal yang sangat membantu dalam mempertahankan motivasi tersebut.
Temuan ini sejalan dengan pendapat Sardiman (1986) yang menyatakan bahwa motivasi belajar dapat diidentifikasi melalui beberapa indikator, antara lain: ketekunan dalam mengerjakan tugas, kesediaan untuk bekerja keras mengatasi kesulitan, minat yang besar terhadap pelajaran, kesenangan untuk bekerja mandiri, cepat merasa bosan terhadap tugas yang rutin, kemampuan mempertahankan pendapat, tidak mudah melepaskan keyakinannya, serta kesenangan dalam mencari dan memecahkan masalah. Jika dikaitkan dengan indikator tersebut, peserta didikyang diteliti menunjukkan perilaku belajar yang konsisten dengan teori Sardiman [1].
Mereka tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas bahasa Indonesia tepat waktu, bahkan ketika menghadapi materi yang sulit seperti menulis karangan atau memahami teks bacaan yang kompleks, mereka berusaha mencari solusi dan bertanya pada guru. Selain itu, minat yang besar terhadap bahasa Indonesia tercermin dari inisiatif peserta didik untuk membaca buku cerita, artikel, atau bahan bacaan lain di luar jam pelajaran. Beberapa peserta didik juga menunjukkan kesenangan bekerja secara mandiri, misalnya dengan membuat catatan ringkas atau menghias buku pelajaran agar lebih menarik untuk dipelajari kembali. Pembelajaran yang menggunakan metode kreatif dan interaktif juga mencegah kebosanan peserta didik terhadap rutinitas belajar yang monoton. Peserta didik tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dalam diskusi kelas. Dukungan dari orang tua, seperti menyediakan fasilitas belajar di rumah, dan dorongan dari teman serta guru, semakin memperkuat keyakinan mereka untuk terus belajar dan mencapai prestasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar peserta didik mengungkapkan bahwa motivasi mereka muncul dari minat yang kuat terhadap pelajaran bahasa Indonesia, “Saya jadi semangat belajar karena gurunya mengajar seru, kayak ada permainan dan diskusi yang bikin nggak bosen,”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya muncul dari faktor internal seperti minat, tekun, dan kerja keras, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa suasana belajar yang kondusif, metode pengajaran yang menarik, serta dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Hal ini membuktikan bahwa indikator motivasi belajar menurut Sardiman (1986) relevan dengan kondisi di lapangan, di mana peserta didik yang memiliki motivasi tinggi mampu menjaga konsistensi belajar, mengatasi kesulitan, dan tetap antusias mengikuti proses pembelajaran secara berkelanjutan.
2. Bekerja Keras Dalam Mengatasi Kesulitan
Selain faktor minat dan metode pembelajaran yang menyenangkan, seluruh partisipan dalam penelitian ini juga menunjukkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Partisipan 1, Partisipan 2, Partisipan 3, Partisipan 4, dan Partisipan 5 mengaku bahwa salah satu strategi mereka untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi adalah dengan berusaha memperhatikan penjelasan guru secara penuh, serta memilih duduk di kursi bagian depan agar lebih fokus dan mudah mendengar instruksi. Mereka menyadari bahwa duduk di depan meminimalisir gangguan dari teman dan membantu mereka untuk memahami materi dengan lebih cepat.Strategi ini sesuai dengan indikator kedua motivasi belajar menurut Sardiman (1986), yaitu bekerjakerasdalammengatasikesulitan-kesulitan. Dalam hal ini, para peserta didiktidak hanya pasif menerima kondisi, tetapi mengambil langkah nyata untuk mempermudah proses belajar mereka. Pilihan duduk di depan dan memperhatikan guru secara intensif menunjukkan adanya kesadaran dan usaha yang kuat untuk mengurangi hambatan dalam belajar, sehingga mereka tetap dapat mengikuti pelajaran dengan baik meskipun menghadapi materi yang dianggap sulit. Tindakan tersebut menggambarkan bahwa motivasi belajar yang tinggi membuat peserta didik mampu mencari solusi praktis demi mencapai pemahaman yang maksimal.
3. Senang Mengerjakan Soal Secara Mandiri
Pernyataan partisipan 1, partisipan 2, partisipan 3, partisipan 4, dan partisipan 5 yang mengungkapkan bahwa mereka sangat senang dalam mengerjakan soal secara mandiri, seperti ungkapan mereka bahwa mereka lebih semangat dan mampu mengerjakan sendiri tanpa harus bertanya kesana kemari, sesuai dengan teori motivasi belajar dari Sardiman yang menekankan pentingnya motivasi intrinsik dalam belajar. Menurut Sardiman, motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu sendiri, seperti keinginan untuk belajar dan menguasai materi, tanpa dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal. Motivasi intrinsik ini dapat berupa keinginan untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah, atau meningkatkan kemampuan diri.
Dalam hal ini, partisipan-partisipan tersebut menunjukkan motivasi intrinsik yang kuat karena mereka merasa senang dan semangat ketika mengerjakan soal secara mandiri. Mereka tidak hanya sekedar mengerjakan soal karena faktor eksternal seperti tekanan dari guru atau orang tua, tetapi karena mereka memiliki keinginan untuk belajar dan menguasai materi secara mandiri.Selain itu, pernyataan partisipan-partisipan tersebut juga sesuai dengan aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil yang merupakan salah satu indikator motivasi belajar menurut Sardiman.
Partisipan-partisipan tersebut menunjukkan hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam mengerjakan soal secara mandiri, yang merupakan contoh dari motivasi intrinsik yang kuat.Indikator motivasi belajar lainnya yang juga relevan dengan pernyataan partisipan-partisipan tersebut adalah tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Partisipan-partisipan tersebut menunjukkan tekun dan ulet dalam mengerjakan soal secara mandiri, yang merupakan contoh dari motivasi belajar yang kuat.Dengan demikian, pernyataan partisipan-partisipan tersebut dapat diartikan sebagai contoh dari motivasi belajar yang kuat dan intrinsik, yang sesuai dengan teori motivasi belajar dari Sardiman. Motivasi intrinsik ini dapat meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi akademik, serta membantu individu untuk mencapai tujuan belajar mereka.
4. Tidak Mudah Melepaskan Hal Yang Diyakini Benar
Pernyataan partisipan 1, partisipan 2, partisipan 3, partisipan 4, dan partisipan 5 yang mengungkapkan bahwa mereka sangat meyakini bahwa jika suasana kelas yang seru dan menyenangkan membuat mereka lebih mudah untuk mengerti akan materi pembelajaran, sangat relevan dengan indikator motivasi belajar dari Sardiman yang menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi belajar yang kuat tidak mudah melepaskan hal yang diyakini benar, Dalam konteks ini, partisipan-partisipan tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa suasana kelas yang seru dan menyenangkan dapat membantu mereka memahami materi pembelajaran dengan lebih baik. Mereka tidak mudah melepaskan keyakinan ini dan berusaha untuk menciptakan suasana kelas yang seru dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka. Dengan demikian, pernyataan partisipan-partisipan tersebut dapat diartikan sebagai contoh dari motivasi belajar yang kuat, yang sesuai dengan teori motivasi belajar dari Sardiman. Mereka menunjukkan keteguhan dalam mempertahankan keyakinan mereka dan berusaha untuk mencapai tujuan belajar mereka dengan cara yang mereka yakini benar.
5. Dapat Mempertahankan Pendapat Nya
Pernyataan partisipan 1, partisipan 2, partisipan 3, partisipan 4, dan partisipan 5 yang mengungkapkan bahwa mereka sangat yakin dengan adanya ice breaking dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menarik, lebih semangat lagi, pelajaran terasa sebentar, dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka tentang materi pembelajaran, sesuai dengan teori motivasi belajar dari Sardiman terutama pada aspek tidak mudah melepaskan hal yang diyakini benar dan dapat mempertahankan pendapatnya, Dalam konteks ini, partisipan-partisipan tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki keyakinan yang kuat tentang manfaat ice breaking dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka tidak mudah melepaskan keyakinan ini dan dapat mempertahankan pendapatnya bahwa ice breaking dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menarik dan meningkatkan rasa ingin tahu mereka tentang materi pembelajaran.
Dengan demikian, pernyataan partisipan-partisipan tersebut dapat diartikan sebagai contoh dari motivasi belajar yang kuat, yang sesuai dengan teori motivasi belajar dari Sardiman. Mereka menunjukkan keteguhan dalam mempertahankan keyakinan mereka dan dapat mempertahankan pendapatnya tentang manfaat ice breaking dalam pembelajaran.
6. Senang Menemukan Dan Memecahkan Masalah
Pernyataan partisipan 1, partisipan 2, partisipan 3, partisipan 4, dan partisipan 5 yang mengungkapkan bahwa game sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa bosan dan pembangkit mood dapat dikaitkan dengan indikator "senang menemukan dan memecahkan masalah" dari teori motivasi belajar Sardiman.Dalam game, partisipan-partisipan tersebut mungkin menemukan tantangan baru yang harus dipecahkan, sehingga mereka dapat merasa senang menemukan dan memecahkan masalah. Game juga dapat menyediakan kesempatan bagi partisipan-partisipan tersebut untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan, sehingga mereka dapat merasa senang dan puas. Dengan demikian, game dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi. Menurut sebagian besar siswa/siswi yang berhasil diwawancarai, , sebagian besar peserta didik
Penulis juga bisa memperluas pembahasan dengan membandingkan hasil penelitian ini. dengan penelitian lain yang serupa, baik yang sependapat maupun yang berbeda. Dengan begitu, diskusi jadi lebih dan bukan sekadar cerita saja. Ini membuat hasil penelitian menjadi lebih bermanfaat dan jelas. Selain mengacu pada teori dari Sardiman (1986), temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan pandangan teori-teori motivasi belajar yang lebih mutakhir, seperti yang dikemukakan oleh Schunk, Pintrich, dan Meece (2014). Mereka menjelaskan bahwa keterlibatan aktif dalam proses belajar, dukungan positif dari lingkungan sekitar, serta suasana belajar yang menyenangkan, memiliki pengaruh besar dalam mendorong semangat belajar siswa. Penggunaan metode seperti permainan edukatif. Walaupun pembahasan ini lebih fokus pada sisi motivasi positif siswa, sebenarnya ada juga sisi lain yang perlu diperhatikan, yaitu faktor yang bisa menghambat motivasi mereka. Misalnya ada siswa yang pasif, kurang percaya diri, atau merasa kesulitan belajar, tapi hal ini belum banyak dibahas dalam hasil wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa peserta didik menunjukkan tingkat antusiasme dan motivasi yang tinggi ketika belajar Bahasa indonesia, terutama ketika proses pembelajaran didukung oleh metode kreatif dan interaktif sepertiice breaking. Motivasi peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal, peserta didik didorong oleh minat pribadi, kesenangan, rasa ingin tahu, dan keinginan tulus untuk menguasai Bahasa indonesia.
Secara eksternal, motivasi mereka didukung oleh penguatan positif dari guru, suasana kelas yang menarik, interaksi dengan teman sebaya, dan kegiatan belajar yang memicu kegembiraan dan kepercayaan diri. Ice breaking memainkan peran penting dalam menjembatani kedua aspek ini dengan mengurangi ketegangan, meningkatkan partisipasi, dan membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemecah kebekuan melalui kegiatan seperti bertepuk tangan, bernyanyi, permainan, dan bercerita secara efektif menciptakan lingkungan yang dinamis, menyenangkan, dan berpusat padapeserta didik . Kegiatan- kegiatan ini membantu peserta didik menjadi lebih fokus, tidak mudah cemas, dan lebih terbuka untuk mengekspresikan diri dalam bahasa indonesia, yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa tingkat dasar. Dengan merasa lebih rileks dan percaya diri, peserta didik dapat menyerap materi dengan lebih mudah dan berpartisipasi lebih aktif selama pembelajaran. pelajaran. Lebih lanjut, peserta didik menggunakan beberapa strategi pribadi untuk mempertahankan motivasi mereka. Ini termasuk mengembangkan kebiasaan meninjau pelajaran di rumah, tetap terlibat melalui metode pembelajaran yang menyenangkan, mencari bantuan ketika bingung, dan menunjukkan upaya yang konsisten untuk berpartisipasi. Kemampuan guru untuk menggunakan pujian, perhatian, dan beragam metode juga berkontribusi secara signifikan dalam mempertahankan motivasipeserta didik .
Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi kegiata ice breaking ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat efektif dalam meningkatkan motivasi pserta didik . Hal ini tidak hanya mendukung pemerolehan bahasa tetapi juga meningkatkan kesiapan emosional,kepercayaan diri, dan kegembiraan peserta didik dalam belajar. Pemecahan kebekuan terbukti lebih dari sekadar pemanasan, tetapi merupakan alat strategis yang mendorong keterlibatan yang bermakna,meningkatkan interaksi di kelas, dan membantu peserta didik mempertahankan sikap positif terhadap pembelajaran bahasa indonesia. Penggunaan pendekatan interaktif semacam itu direkomendasikan untuk implementasi yang lebih luas, terutama di lingkungan pendidikan anak usia dini, untuk menumbuhkan minat yang kuat dan berkelanjutan dalam pembelajaran bahasa.
Dengan menekankan bagaimana kegiatan pemecah kebekuan yang direncanakan berfungsi sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan motivasi dalam perolehan bahasa awal dan alat keterlibatan , studi ini menawarkan perspektif baru .kegiatan berfungsi sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan motivasi dalam perolehan bahasa awal dan alat keterlibatan , studi ini menawarkan perspektif baru . Berbeda kontras dengan yang lainpenelitian lain yang berfokus pada motivasi secara umum, penelitian ini menyoroti penggabungan kegiatan -kegiatan risetterarah, bermanfaat , dan interaktif untuk meningkatkan kesiapan emosional dan meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia.yang berfokus pada motivasi secara umum, penelitian ini menyoroti penggabungan kegiatan -kegiatan yang terarah, bermanfaat, dan interaktif untuk meningkatkan kesiapan emosional dan meningkatkan minat dalam belajar bahasa Indonesia.
Hasil Studi menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa siswa sangat termotivasi dan antusias dalam mempelajari bahasa Indonesia , terutama ketika siswa adalahpemecah kebekuan dan strategi pengajaran inovatif dan interaktif lainnya digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran .sangat termotivasi dan antusias dalam belajar bahasa Indonesia, terutama saat ice breakingstrategi pengajaran inovatif dan interaktif lainnya digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru dapat mengintegrasikan kegiatan icebreaking secara rutin ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelaj. untuk memberikan pelatihan atau workshop kepada guru mengenai teknik-teknik ice breaking yang sesuai dengan karakteristik siswa dan konteks pembelajaran di kelas. disarankan agar dilakukan studi lanjutan dengan cakpemecahkebekuanterhadap hasil belajar. Penelitianicebreaking dan yang tidak juga bisa memberikan gambaran yang lebih objektif tentang efektivitas pendekatan ini.
Terwujudnya penyusunan artikel jurnal ini tentu tidak terlepas dari kerja keras, doa, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan penuh hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada dosen pembimbing atas segala arahan, saran, dan koreksi berharga yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan penulisan hingga karya ini selesai.
E. Maharani, Motivasi Belajar Dalam Pendidikan, Konsep, Teori, Dan Faktor Mempengaruhi. Pt. Literasi Nusantara Abadi Group, 2024.
W. Pratiwi, “Kurikulum Merdeka Sebagai Kurikulum Masa Kini,” Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Univ. Sultan Agung Tirtayasa, vol. 10, no. 1, 2023.
E. V. Erviana, “Analisis Penerapan Ice Breaking Dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka Peserta Didik di Sekolah Dasar,” Journal of Social Humanistics and Education, vol. 2, no. 3, Sep. 2023.
T. Andjarwati, “Motivasi Dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Dua Faktor Herzberg, Teori X Y Mc Gregor, Dan Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland,” Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen, vol. 1, no. 1, pp. 45-54, 2015.
Darmadi, Pengaruh Motivasi Intrinsik Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Guru. Publikasi Ilmiah, Surakarta, 2018.
S. Rahman, Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Gorontalo, Nov. 25, 2021, ISBN: 978-623-98648-2-8.
H. M. Adianto, Penerapan Ice Breaking Dalam Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Dan Motivasi Siswa Muatan Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Negeri Babadan. Publikasi Ilmiah, Semarang, 2022.
M. M. Harianja, Implementasi Dan Manfaat Ice Breaking Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar. Publikasi Ilmiah, vol. 6, no. 1, 2022.
K. O. Nisa, Implementasi Ice Breaking Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar di SD Negeri Cinanas 03 Bantarkawung Kabupaten Brebes. Publikasi Ilmiah, Purwokerto, 2024.
Fahmi, “Kegiatan Ice Breaking Dalam Meningkatkan Fokus Belajar Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan, Sains, dan Teknologi, vol. 2, no. 2, Jun. 2023.
D. F. Haryati, “Implementasi Ice Breaking Sebagai Pematik Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PAI,” Jurnal Al Ilmi, vol. 4, no. 1, 2023.
M. Sulistiono, “Analisis Penerapan Ice Breaking Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah,” Jurnal Pendidikan Ibtidaiyah, vol. 5, no. 2, 2023.
A. Fanani, Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar. Publikasi Ilmiah, vol. 1, no. 11, 2010.
Muharrir, “Penggunaan Ice Breaking Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Muhammadiyah Pinrang,” Artikel Al-Ishlah, vol. 20, no. 2, Dec. 2022.
Rosiyana, Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VII MTs Al-Huda Tulung Balak Lampung Timur. Publikasi Ilmiah, Lampung Timur, 2024.
L. Watia, Penerapan Ice Breaking Dan Implikasinya Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SDIT Khoiru Ummah. Publikasi Ilmiah, Curup, 2024.
M. H. Yohana, Penerapan Ice Breaking Pada Pembelajaran Tematik Kelas IIB di MI Darul Huda Wonoroto Umbulsari Jember Tahun Pelajaran 2019/2020. Publikasi Ilmiah, Jember, 2020.
S. E. Ridwan, M. Si., Metode Penelitian. Yayasan Sahabat Alam Rafflesia, 2024, ISBN: 978-623-427-267-3.
M. Rahardjo, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif. Publikasi Ilmiah, Malang, 2017.