Ani Wandira (1), Subhanadri (2), Opi Andriani (3)
General Background: Education at the primary level plays a pivotal role in shaping students’ foundational knowledge, skills, and character, yet learning engagement often remains low. Specific Background: In the context of the Merdeka Curriculum, the integrated Science and Social Studies subject (IPAS) requires active and meaningful participation, but observations at SDN 51/II Paku Aji revealed limited student involvement and poor academic results due to monotonous teaching practices. Knowledge Gap: Although cooperative learning models are widely studied, few investigations specifically address the application of Small Group Work (SGW) within the IPAS subject in elementary schools, especially regarding students’ discussion skills. Aims: This study sought to improve learning activities and outcomes of fourth-grade students through the implementation of SGW. Results: Conducted as Classroom Action Research in two cycles with 20 students, the findings showed a significant rise in teacher performance (from 77.27% to 90.90%), student participation (from 65% to 85%), and mastery of learning outcomes (from 55% to 80%). Novelty: Unlike prior studies, this research situates SGW within the Merdeka Curriculum’s integrative IPAS framework, emphasizing collaborative discussion as a core competence. Implications: The findings demonstrate that SGW not only enhances academic achievement but also fosters active engagement and social interaction, offering a practical strategy for teachers to address low participation in IPAS learning.Highlight :
Teacher performance improved significantly across learning cycles.
Student activity in discussion, listening, and writing increased.
Mastery of learning outcomes rose from 45% to 85%.
Keywords : Learning Outcomes, Student Activity, Small Group Work, IPAS, Cooperative Learning
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan universal dan meningkatkan kualitas hidup nasional. Di samping itu pendidikan juga dapat membentuk karakter anak didik sesuai dengan apa yang kita inginkan yakni menjadi penerus generasi yang memiliki akhlak mulia dan pemikiran yang cemerlang (Tawa, 2019).
Pendidikan pada tingkat sekolah dasar bertujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat. Undang -undang sistem pendidikan nasional pada bab VI pasal 17 menggambarkan pendidikan dasar dalam bentuk sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah disini merupakan pondasi peradaban manusia, hakikatnya ditekankan pada fakta dan pembacaan fakta dalam tampilan objektivitas alam semesta. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 2013 hingga akhirnya digantikan oleh Kurikulum Merdeka Belajar pada tahun 2020. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan upaya pemerintah untuk melanjutkan melakukan perbaikan dalam sistem pendidikan di Indonesia agar lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Meskipun inovasi ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, para guru dan pemangku kepentingan lainnya terkejut. Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, mencetuskan konsep kurikulum pembelajaran mandiri, yang jelas dimaksudkan untuk mengatasi sejumlah permasalahan di bidang pendidikan problematik dari para praktisi Pendidikan.
Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas kurikulum. Selain itu, program ini menekankan pentingnya kompetensi, pengembangan karakter, dan kompetensi inti siswa. Penggunaan strategi pengajaran yang lebih kolaboratif dan partisipatif merupakan salah satu ciri kurikulum otonom. Kurikulum baru yang disebut Kurikulum Pembelajaran Mandiri diperkenalkan di Indonesia dengan tujuan meningkatkan standar pendidikan dan membekali siswa untuk menghadapi isu-isu yang akan dihadapi dunia di masa depan Suhelayanti, (2024). Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran. Materi akan lebih baik sehingga siswa memiliki cukup waktu untuk belajar tentang ide-ide dan menjadi lebih baik.
Salah satu pelajaran pada Kurikulum Merdeka adalah IPAS, yaitu perpaduan Tujuan dari penggabungan Kurikulum Pembelajaran Mandiri antara Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menciptakan pembelajaran tambahan yang komprehensif, kontekstual, sekaligus transdisipliner. Selama integrasi ini, kedua subjek tersebut tidak hanya dipelajari secara terpisah, tetapi juga saling terhubung, memungkinkan siswa untuk mengenali bagaimana unsur sosial dan lingkungan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari (Kemendikbud, 2021).
Pendidikan IPAS adalah ilmu pengetahuan yang lahir dan berkembang dari observasi serta eksperimen, IPAS mengandung dua komponen kunci: pengetahuan dan cara memperolehnya. Penciptaan konsep ilmiah dicapai melalui observasi, percobaan, dan eksperimen, serta pola pikir ilmiah. (Sulehayanti, 2023).
Dalam situasi ini, pendidik harus merencanakan dan melaksanakan pelajaran yang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan meninggalkan dampak yang bertahan lama. seluruh siswa, dengan harapan hasil pembelajaran IPAS dapat dicapai. Permasalahan yang dialami oleh siswa kelas IV adalah kerapatan materi pelajaran IPAS hal-hal yang perlu dipelajari siswa agar mereka mampu mengingat semua konten saat ini (Observasi Lapangan, 2025), hal ini bagian dari memaksimalkan semua keterampilan mereka merupakan tantangan bagi para pendidik. Guru memainkan peran penting dalam mengomunikasikan semua keterampilan mereka materi pelajaran, guru harus dapat memberikan siswa semua konten terkini menggunakan memanfaatkan waktu yang diberikan secara maksimal (Sulfemi, 2019).
Pembelajaran IPAS harus dimulai dengan memperkenalkan siswa pada masalah-masalah yang relevan dengan lingkungan dan keadaan mereka yang sebenarnya. Dengan menyampaikan masalah nyata, siswa dituntun untuk menguasai materi secara bertahap materi IPAS. Diharapkan agar siswa dapat menerima gagasan tersebut pembelajaran yang berdasarkan pada keadaan pelajar, lingkungan, sekolah, dan gaya mengajar guru itu sendiri. Peran guru dalam pembelajaran IPAS seharusnya dapat mengangkat suasana hati orang belajar siswa untuk menikmati pendidikan yang berlangsung (Sulfemi, 2019).
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPAS, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPAS berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran tersebut secara maksimal. Pembelajaran IPAS bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang kedudukan, hak, dan tanggung jawabnya dalam kehidupan, serta meningkatkan kualitas diri mereka sebagai manusia. Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut, keterlibatan siswa secara optimal diperlukan agar pelajaran IPAS memiliki makna yang lebih dalam. Pembelajaran akan berjalan lebih lancar jika siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar (Fadlilah, 2024). Untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, terutama dalam mata pelajaran IPAS, dan agar guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang umum terjadi pada siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran, terutama pada mata pelajaran IPAS, sangat penting bagi guru untuk memiliki pemahaman tentang masalah-masalah belajar dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat (Permata, 2024).
Berdasarkan hasil pra observasi yang telah dilakukan di Kelas IV SDN 51/II Paku Aji pada tahun ajaran 2024/2025 pada mata pelajaran IPAS adalah menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi guru, selain itu penggunaan model pembelajran yang kurang bervariasi sehingga siswa cendrung,merasa bosan. guru dalam proses pembelajaran memberikan pertanyaan kepada siswa tetapi sebagian besar siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibuk Yeni maryani selaku guru kelas di kelas IV, bahwa ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam berdiskusi,mendengar, dan bertanya sehingga Aktivitas Berdikusi siswa masih rendah, hal ini terlihat bahwa beberapa siswa yang tidak menghargai pendapat temannya, tidak berani bertanya, ataupun memberikan pendapat. Aktivitas Mendengarkan siswa masih rendah, hal ini dibuktikan adanya siswa yang tidak mau mendengarkan temanya yang sedang menjelasakan. Aktivitas Menulis siswa masih rendah, hal ini terlihat bahwa beberapa siswa kurang tertarik dalam pembelajaran dan malas Menulis catatan ataupun hasil diskusi keolompok. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya variasi dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh guru terbukti dengan adanya hasil nilai ulangan pada tabel berikut di bawah ini :
Sumber : Daftar Penilaian ulangan siswa kelas IV SDN 51/II Paku Aji tahun pelajaran 2024/2025
Berdasarkan tabel 1.1 kriteria penilaian 0 – 60 perlu bimbingan, 61 – 70 cukup, 71 - 80 baik, 81 – 100 sangat baik di atas terlihat hasil belajar Siswa dapat disimpulkan bahwa pada kelas IV dengan jumlah Siswa keseluruhan sebanyak 20 Siswa hanya 9 Siswa yang baik dalam nilai ulangan harian dan 11 Siswa yang perlu bimbingan dalam proses pembelajaran, dapat dilihat tujuan pembelajaran pada hari itu belum tercapai dengan baik (Nilai Ulangan, 2025).
Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dicapai melalui penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif. Small Group Work (SGW) yang mendorong siswa untuk saling berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam kelompok kecil.
Menurut (Ananda, 2022) menjelaskan bahwa “Penggunaaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Small Group Work (SGW) bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien agar aktivitas belajar tinggi, termasuk belajar IPAS”. Oleh sebab itu, pelajaran IPAS harus diajarkan dengan cara yang menyenangkan dan berbasis kepada kelas sehingga siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, maka apabila pelajaran IPAS diajarkan dengan cara yang menyenangkan akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Small Group Work (SGW), siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa diharapkan untuk saling berdiskusi dan memberikan pendapat mereka dalam kelompok kecil. Dengan demikian, siswa akan lebih terlibat dalam pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk lebih memahami materi yang dipelajari. Dan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Small Group Work (SGW), guru juga memiliki peran yang penting. Guru harus mampu mengorganisir siswa ke dalam kelompok kecil yang homogen, sehingga siswa dapat saling membantu dan tidak ada yang terpinggirkan. Selain itu, guru juga harus memberikan arahan yang jelas dan memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap hasil kerja siswa.
Meskipun model pembelajaran kooperatif tipe Small Group Work (SGW) memiliki banyak kelebihan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam penerapannya. Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengorganisir siswa ke dalam kelompok kecil yang homogen. Selain itu, guru juga perlu memantau perkembangan kerja kelompok kecil untuk memastikan bahwa semua siswa terlibat dan tidak ada yang terpinggirkan.
Penelitian ini memiliki keunikan dibandingkan studi sebelumnya karena dilaksanakan dalam konteks Kurikulum Merdeka, khususnya pada mata pelajaran IPAS yang merupakan hasil integrasi antara IPA dan IPS. Fokus utama penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan diskusi siswa sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran aktif, yang menjadi salah satu ciri khas Kurikulum Merdeka. Model pembelajaran Small Group Work dipilih karena diyakini mampu menciptakan suasana belajar yang partisipatif dan mendorong interaksi bermakna antar siswa. Hingga saat ini, masih terbatas penelitian yang secara khusus mengkaji efektivitas SGW dalam konteks IPAS di sekolah dasar, terutama yang menekankan pada aspek keterampilan diskusi. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru dalam praktik pembelajaran kooperatif di tingkat SD.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan melihat pentingnya penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPAS, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Small Group Work Untuk Enhancing Educational Activities and Results IPAS siswa Kelas IV SDN 51/II Paku Aji”
Desain Penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dalam bahasa inggris di sebut dengan Classroom Action Reseach atau CAR. Agar proses belajar mengajar menjadi lebih efisien, penelitian ini difokuskan pada isu-isu pembelajaran yang muncul di dalam kelas. Menurut Benidiktus dan Jeinne (2016) PTK adalah proyek penelitian yang berbentuk siklus dan merupakan tindakan yang ditimbulkan oleh introspeksi seseorang guru didalam kelas yang terkendali, dengan tujuan utama menaikkan standar pengajaran dalam rangka mendorong dan meningkatkan kinerja siswa sebagaimana diukur dari pencapaian belajar.
Penelitian ini menggunakan siklus tindakan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk rincian metode pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
1.Lembar Observasi
Peneliti menyusun dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi ini digunakan untuk memantau aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Small Group Work (SGW). Aktivitas yang diamati meliputi berbagai aspek seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, motorik, mental, dan emosional.
2.Tes Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan dengan tes tertulis berupa pilihan ganda (15 soal) dan essay (5 soal). Tes ini bertujuan mengukur sejauh mana siswa memperoleh pengetahuan dari materi yang diajarkan dengan model SGW.
3.Dokumentasi
Peneliti juga menggunakan dokumentasi berupa foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mendukung data observasi dan hasil belajar.
Untuk kriteria penilaian hasil belajar, digunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPAS yaitu 75 dari skala 1–100. Siswa dianggap tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh mencapai atau melebihi angka 75. Indikator keberhasilan lain adalah jika minimal 75% siswa mencapai ketuntasan tersebut.
Teknik Analisis Data yang digunakan meliputi:
1.Analisis Data Kualitatif
Data observasi aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan menghitung persentase menggunakan rumus:
Figure 1.
Keterangan:
P : Angka Persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah Responden (anak)
2.Analisis Data Kuantitatif
Data hasil belajar siswa dari tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar (≥ 75). Persentase tuntas dihitung untuk menilai keberhasilan tindakan.
Djajadi, (2019) menyatakan bahwa pengertian tindakan kelas (PTK) isinya jelas terlihat dari namanya di dalamnya, yaitu proyek penelitian di kelas. Dan adapun menurut Aqib (2017) menyatakan PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas sementara dia memberi instruksi di sampingnya tekanan tentang penyederhanaan atau peningkatan prosedur dan praksis pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian tindakan ini di dalam kelas adalah penelitian yang dilakukan peneliti atau pun Guru karena adanya suatu permaslahan yang terjadi di suatu kelas dan harus diperbaiki dengan segera untuk menunjang suatu proses pembelajaran.
Siklus dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Proses penelitian yang digunakan merupakan suatu siklus, dan diulang beberapa kali hingga hasil yang diharapkan dalam pendidikan sains tercapai. Siklus dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning), tindakan (action), mengobservasi (observation), serta melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya hingga peningkatan atau pertumbuhan yang diinginkan tercapai.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan dari paparan hasil penerapan model pembelajaran Small Group Work pelaksanaan pada siklus I dan siklus II sudah berjalan dengan baik pada setiap siklusnya. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPAS menggunakan model Small Group Work di kelas IV SDN 51/II Paku Aji.
1.Proses kinerja guru
Data penelitian yang telah dipraktikkan, peneliti mengumpulkan informasi dari hasil lembar observasi guru pada siklus I dan siklus II. Pelaksanaan siklus I memperoleh persentase 77,27% dan meningkat Kembali pada siklus II memperoleh persentase 90,90% sebagai tabel berikut ini :
Pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 77,27% dan pada siklus II sebesar 90.90% mengalami peningkatan sebesar 13,63%, pada diagram sebagai berikut : Diagram 1.1 rekapitulasi proses kinerja guru
Figure 2.
Diagram 1.1 menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Hal ini mencerminkan meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan model Small Group Work secara lebih optimal dan reflektif pada siklus II. Peningkatan guru karena mereka mampu menerapkan pembelajaran IPAS dengan menggunakan model pembelajaran Small Group Work sesuai dengan yang di harapkan. Dimana instruktur secara konsisten mengamati hasil implementasi dinilai untuk menemukan kekurangan dalam proses pembelajaran dan mencegah kesalahan serupa terjadi di sesi-sesi selanjutnya, pengamat hadir di akhir proses pembelajaran. Peneliti berhasil mengurangi kesalahan dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya dengan menggunakan lembar observasi guru, yang menghasilkan peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II proses belajar siswa. Meskipun data kuantitatif menunjukkan peningkatan yang signifikan pada proses kinerja guru, proses belajar siswa, dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, perlu ada analisis kualitatif yang lebih mendalam untuk memahami alasan di balik peningkatan tersebut dan faktor-faktor kunci keberhasilan model Small Group Work.
Peningkatan kinerja guru dari 77,27% ke 90,90% mencerminkan perubahan dalam pendekatan pembelajaran yang lebih sistematis dan reflektif. Guru secara konsisten mengamati dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, melakukan perbaikan berdasarkan hasil observasi, serta menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih efektif. Hal ini menunjukkan guru berperan aktif sebagai fasilitator yang mampu mengelola dinamika kelompok kecil dengan baik dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Peningkatan proses belajar siswa dari 65% ke 85% menunjukkan kualitas keterlibatan yang lebih tinggi. Model Small Group Work memberikan ruang bagi siswa untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan belajar secara kolaboratif, yang memperkuat pemahaman konsep IPAS. Faktor sosial seperti interaksi dengan teman sebaya dan dukungan kelompok menjadi kunci utama membuat siswa lebih aktif dan termotivasi.
Peningkatan hasil belajar siswa dari 55% ke 80% mengindikasikan pembelajaran berdampak pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Model Small Group Work memfasilitasi proses belajar yang menyenangkan dan menantang, sehingga siswa merasa percaya diri dan antusias. Pendekatan ini tidak hanya menekankan hasil akhir, tetapi juga proses kolaboratif yang mendukung perkembangan keterampilan sosial dan komunikasi. Keseluruhan keberhasilan model Small Group Work dalam meningkatkan proses dan hasil belajar IPAS di kelas IV SDN 51/II Paku Aji dipengaruhi oleh sinergi antara guru sebagai fasilitator reflektif dan siswa yang aktif berpartisipasi. Pendekatan ini membangun suasana belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar lebih bermakna.
Berdasarkan hasil yang telah dipraktikkan, peneliti mengumpulkan informasi dari lembar observasi siswa tentang setiap siklusnya. Terjadinya peningkatan proses pembelajaran siklus I ke siklus II. Pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan pertemuan II, pelaksanaan siklus II pada petemuan I dan II sebagai berikut :
Tabel 4.5 data hasil peningkatan lembar observasi siswa Lembar observasi siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I memperoleh nilai dengan rata – rata 65% dan meningkat pada siklus II dengan rata – rata 85%, dalam hal ini terlihat adanya peningkatan yang baik dari siklus I ke siklus II dan dapat dilihat dari diagram dibawah ini.
Figure 3. Rekapitulasi Proses Belajar Siswa
Diagram 1.2 mengindikasikan bahwa keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara nyata, yang menunjukkan bahwa pendekatan Small Group Work berhasil menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan. Menurut Fatimah (2017) yang menyatakan jika pembelajaran dirancang dengan Small Group Work menyenangkan, dan adanya waktu berdiskusi dapat menyampaikan pesan instruksional maka hal ini memperkuat keterampilan sosial siswa, menciptakan suasana belajar gembira, membuat siswa termotivasi dalam belajar dan hasil belajar yang diinginkan dapat terwujud.
2.Peningkatan hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan maka memperoleh data hasil siswa pada setiap siklusnya, data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel berikut :
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa peningkatan hasil tes belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I memperoleh nilai dengan rata – rata 55% dan meningkat pada siklus II dengan rata – rata 80%. Dalam hal ini terlihat adanya peningkatan yang baik dari siklus I dan siklus II dan dapat dilihat dari diagram dibawah ini :
Figure 4. Rekapitulasi Data Belajar Siswa
Diagram 3.2 memperlihatkan peningkatan signifikan dalam capaian akademik siswa. Hal ini mencerminkan bahwa model Small Group Work tidak hanya meningkatkan partisipasi, tetapi juga berdampak nyata pada pemahaman konsep IPAS secara mendalam. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Small Group Work diterapkan di Sekolah Dasar kelas IV karena siswa aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya dan bekerjasamamencari jawaban maupun pertanyaan untuk ditayakan ke kelompok yang tampil presentasi, menciptakan suasana belajar gembira. Menurut Fauhah dan Rosy (2021) menyatakan bahwa penerapan model Small Group Work dapat meningkatkan hasil belajar IPA dalam tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik dan pembelajaran individual agar siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga dalam pembelajaran IPA siswa menjadi aktif, senang dan antusias karena berinteraksi dengan teman yang lain. Dapat disimpulkan bahwa model Small Group Work dapat membuat siswa aktif dalam berdiskusidan bekerjasama dengan teman, menciptakan suasana belajar gembira, membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar IPAS. Untuk memperkuat landasan ilmiah dari temuan dalam penelitian ini, penting mengaitkan setiap temuan utama dengan teori atau hasil penelitian sebelumnya secara lebih eksplisit.
1. Kinerja Guru:
Peningkatan kinerja guru dari 77,27% menjadi 90,90% sejalan dengan pendapat Joyce dan Weil (2000) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam menerapkannya secara konsisten. Dalam konteks Small Group Work, guru yang mampu memfasilitasi kerja kelompok secara efektif akan meningkatkan keterlibatan dan kualitas pembelajaran.
2. Proses Belajar Siswa:
Peningkatan dari 65% menjadi 85% pada proses belajar siswa menunjukkan bahwa model Small Group Work memberi ruang bagi siswa untuk aktif, yang sesuai dengan teori konstruktivisme Vygotsky, bahwa pembelajaran efektif terjadi melalui interaksi sosial dalam kelompok. Ini juga didukung oleh penelitian Astin (1993) yang menegaskan bahwa keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sangat berkorelasi positif terhadap hasil belajar.
3. Hasil Belajar Siswa:
Peningkatan hasil belajar siswa dari 55% menjadi 80% sejalan dengan temuan penelitian oleh Fauhah dan Rosy (2021), yang menyatakan bahwa model Small Group Work efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini tidak hanya memperkuat pemahaman akademik, tetapi juga mendukung pengembangan sikap dan keterampilan siswa dalam bekerja sama.
Dengan mengaitkan data temuan ini secara langsung pada teori dan penelitian sebelumnya, maka model Small Group Work terbukti memiliki dasar ilmiah yang kuat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPAS di tingkat sekolah dasar. Dari sisi interaksi sosial, model ini memungkinkan siswa berkomunikasi secara aktif, berdiskusi, dan saling membantu dalam kelompok kecil sehingga pemahaman materi menjadi lebih baik. Dari aspek keterlibatan emosional, suasana belajar yang kolaboratif dan menyenangkan meningkatkan motivasi, minat, serta rasa percaya diri siswa dalam belajar. Selain itu, materi yang dipelajari menjadi lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena diskusi dalam kelompok kecil dapat mengaitkan teori dengan pengalaman nyata, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi pelajaran.
Penjelasan lebih dalam tentang mekanisme ini akan membantu pembaca memahami proses keberhasilan strategi pembelajaran Small Group Work, tidak hanya berdasarkan data peningkatan nilai, tetapi juga dari aspek psikologis dan sosial yang mendukung hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan di kelas IV SD Negeri 51/II Paku Aji melalui penerapan model Small Group Work dapat meningkatkan hasil belajar IPAS siswa kelas IV SDN 51/II Paku Aji dapat dilihat hal sebagai berikut :
1.Meningkatnya proses pembelajaran dapat dilihat dari perhitungan lembar observasi guru dalam pembelajaran pada siklus I yaitu 77,27% menjadi 90,90% pada siklus II. Lembar observasi siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I memperoleh nilai rata – rata dengan persentase 65% (kategori cukup) dan nilai rata – rata persentase pada siklus II yaitu 85% (baik).
2.Meningkatnya hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil tes belajar siklus I yaitu 55%, siswa yang baik/sangat baik (tuntas) 11 siswa, siklus II yaitu 80% siswa yang baik/sangat baik (tuntas) 16 dan mengalami peningkatan sebesar 25% .
3.Peningkatan ini menunjukkan bahwa penggunaan model Small Group Work tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa secara kuantitatif, tetapi juga memperbaiki kualitas interaksi belajar yang esensial dalam pembelajaran IPAS.
4.Bagi guru di lapangan, temuan ini memberikan implikasi penting bahwa strategi pembelajaran kolaboratif seperti SGW dapat menjadi solusi praktis untuk mengatasi rendahnya partisipasi dan hasil belajar, khususnya dalam materi IPAS yang membutuhkan keterlibatan aktif siswa.
5.Saran : Guru di sekolah lain dapat mempertimbangkan penggunaan model Small Group Work sebagai alternatif strategi pembelajaran aktif yang mendorong kerja sama, komunikasi, dan peningkatan hasil belajar, terutama pada mata pelajaran berbasis diskusi seperti IPAS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Small Group Work tidak hanya efektif diterapkan di SDN 51/II Paku Aji, tetapi juga berpotensi diadopsi oleh sekolah dasar lain dengan karakteristik serupa, khususnya dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka. Temuan ini dapat menjadi referensi bagi guru dan sekolah dalam meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa melalui pendekatan kooperatif.
Ucapan Terima Kasih
Artikel jurnal ini dapat terselesaikan berkat dukungan, arahan, dan kontribusi dari berbagai pihak yang turut membantu sepanjang proses penulisannya. Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada dosen pembimbing atas segala bimbingan, saran yang berharga, dorongan semangat, serta koreksi yang konstruktif yang telah memperkaya dan menyempurnakan hasil akhir tulisan ini.
Ana, R. Y., Program, P., Pendidikan, S., Sarjanawiyata, U., & Yogyakarta, T. (2016). Model Pembelajaran Small Group Work Sebagai. 4(1), 41–48.
ANANDA MUHAMAD TRI UTAMA. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif. 9(1), 356–363.
Bagja Sulfemi, W. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu Audio Visual Dalam Meningkatkan. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia, vol 4(1), 13–19.
Fatihah, M. Al. (2016). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN Panularan Surakarta. At-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 1(2), 197. https://doi.org/10.22515/attarbawi.v1i2.200
Fitrianto, T. Y. (2018). Pengembangan instrumen pengukuran nilai kerja sama siswa. Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 6(2), 157.
https://doi.org/10.30738/wd.v6i2.3395
Hamda, H., Bernard, B., & Susil, S. (2024). Analisis Aktivitas Pembelajaran Matematika ditinjau dari Kepercayaan Diri Siswa SMP Negeri 26 Makassar. Proximal: Jurnal Penelitian Matematika Dan Pendidikan Matematika, 7(2), 650–660. https://doi.org/10.30605/proximal.v7i2.3805
Mauliddiyah, N. L. (2021). Penerapan Metode Small Group Work dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas IV MIN Montasik Aceh Besar. 6.
Nidaur Rohmah, A. (2017). Belajar Dan Pembelajaran(Pendidikan Dasar).
Journal.Stitaf.Ac.Id, 09(02), 193–210.
Nihayatul Fadlilah, U., Purbasari, I., Studi Pendidikan Sekolah Dasar, P., Keguruan dan Ilmu Pendidikan, F., Muria Kudus, U., Lkr Utara, J., Kulon, K., Bae, K., Kudus, K., & Tengah, J. (2024). Implementasi Pembelajaran IPAS Berbasis Kurikulum Merdeka Belajar pada Siswa Kelas V. Journal on Education, 06(03), 16314–16321.
Nurfaizah, S., & Oktavia, P. (2020). Proses Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar di MI Nurul Hikmah. As-Sabiqun, 2(1), 43–48. https://doi.org/10.36088/assabiqun.v2i1.621
Pakpahan, S. P., & Sapta, A. (2020). Pengaruh Model Think Pair Share Berbantuan Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Submateri Pencemaran Lingkungan. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 9(1).
Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352. https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945
Permata, R. (2024). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru. Tanzhimuna, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.54213/tanzhimuna.v4i1.455
Sanjani, M. A. (2021). PENTINGNYA STRATEGI PEMBELAJARAN YANG TEPAT BAGI SISWA. 10(2), 32–37.
Sejati, E. O. W., & Widjajanti, D. B. (2019). Pembelajaran kooperatif dalam pendekatan penemuan terbimbing ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan kepercayaan diri. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2), 150–162. https://doi.org/10.21831/pg.v14i2.26420
Somertini, N. L. (2023). Model Pembelajaran Aktif Tipe Small Group Work untuk Meningkatkan Hasil Belajar Agama Hindu Siswa Kelas VI SD. 7(1), 32–38.
Suhelayanti, Z, S., & Rahmawati, I. (2023). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS). In Penerbit Yayasan Kita Menulis.
Tawa, A. B. (2019). Kebijakan Pendidikan Nasional Dan Implementasinya Pada Sekola Dasar. SAPA - Jurnal Kateketik Dan Pastoral, 4(2), 107–117. https://doi.org/10.53544/sapa.v4i2.82
Wahab, G., & Rosnawati. (2021). Teori-teori belajar dan pembelajaran. In Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 3, Issue April). http://repository.uindatokarama.ac.id/id/eprint/1405/1/TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pdf
Wardani, W. K., & Samidjo, S. (2017). Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Mata Pelajaran Sistem Rem Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas Xi Teknik Kendaraan Ringan Smk Tamansiswa Jetis Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. Taman Vokasi, 5(1), 79. https://doi.org/10.30738/jtvok.v5i1.1540
Yulianti. (2017). Pengaruh Penerapan Small Group Work Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sman 4 Palopo.