Login
Section Education

Science Learning Outcomes with Numbered Heads Together and Audiovisual Media

Hasil Pembelajaran Sains dengan Metode Numbered Heads Together dan Media Audiovisual
Vol. 10 No. 2 (2025): December:

Aslamiyah (1), Sundahry (2), Randi Eka Putra (3)

(1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(2) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(3) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia

Abstract:

General Background: Science learning in Indonesian elementary schools often faces challenges related to low student engagement and achievement, as reflected in declining PISA scores. Specific Background: At SDN 064/II Perumnas I, fourth-grade students demonstrated limited participation and low mastery of science (IPAS), with only 30.77% achieving the school’s minimum competency standard. Knowledge Gap: Traditional lecture-based teaching remains dominant, providing little room for active, collaborative, and meaningful learning, and few studies have explored combining cooperative learning with audiovisual media in IPAS at the primary level. Aims: This study aimed to improve student learning outcomes and engagement in science through the Numbered Heads Together (NHT) cooperative model supported by audiovisual media. Results: Conducted as Classroom Action Research with 13 students over two cycles, the study showed an increase in mastery from 76.92% in Cycle I to 100% in Cycle II, accompanied by improved teacher performance and higher student participation in group discussions. Novelty: The integration of NHT with audiovisual media presents an innovative approach that optimally addresses the cognitive and social learning needs of elementary students. Implications: The findings suggest that this combined strategy is effective for fostering active participation, critical thinking, and improved academic achievement in science, and it can be recommended for broader application in primary education.
Highlight :











  1. Student engagement and participation in science learning increased.




  2. Learning outcomes improved from 76.92% in Cycle I to 100% in Cycle II.




  3. Teacher performance and learning process became more effective.




Keywords : Learning Outcomes, Numbered Heads Together Model, Audiovisual Media, Science Learning, Cooperative Learning








Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang perlu dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan potensi diri baik di dalam maupun di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup (Apdoludin, dkk 2022). Pendidikan pada dasarnya bertujuan membimbing siswa menuju kedewasaan melalui program pendidikan formal maupun informal, termasuk pendidikan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses pendidikan yang dilakukan secara berkelanjutan akan membentuk pola pikir serta memperkuat pendalaman akademik siswa (Hasibuan, 2018: 105). Melalui proses pendidikan formal, peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, nilai-nilai kebangsaan, serta karakter yang berdaya saing tinggi. Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan inovasi dalam sistem dan kurikulum pendidikan untuk menjawab tantangan global.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai respons terhadap kompleksitas tantangan pembelajaran di era pasca-pandemi. Kurikulum Merdeka menekankan kebebasan guru dan sekolah untuk merancang materi, metode, dan penilaian sesuai konteks dan karakteristik peserta didik. Dengan memberikan otonomi yang lebih besar, Kurikulum Merdeka bertujuan meningkatkan motivasi belajar, kreativitas, dan kolaborasi, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan,kontekstual, dan berfokus pada pengembangan kompetensi inti.

Dalam kerangka Kurikulum Merdeka, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) mendapat penekanan khusus sebagai mata pelajaran lintas-disiplin. IPAS adalah hasil dari penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS. Penggabungan kedua mata pelajaran dilakukan untuk melihat apakah peserta didik sekolah dasar memiliki sudut pandang yang luas dan mendalam tentang suatu peristiwa. Berpikir konkret, sederhana, luas, dan tidak mendalam masih digunakan oleh siswa di sekolah dasar (Purnawanto, 2022).

Tujuan mata pelajaran IPAS adalah untuk membantu siswa mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan profil siswa Pancasila. Tujuan- tujuan ini termasuk seperti untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehingga mereka termotivasi untuk menyelidiki masalah yang ada di lingkungan mereka sehingga mereka memahami hubungan antara manusia dan hubungan antara manusia dan lingkungan mereka. Tujuan selanjutnya, yaitu agar peserta didik belajar mengenali diri mereka sendiri, mengenali dan menganalisis lingkungan sosial tempat tinggal mereka, dan memahami perubahan sosial yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka belajar tentang administrasi penduduk sebagai anggota masyarakat dan berkontribusi untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diri mereka dan lingkungan mereka. Dan peserta didik belajar memahami konsep materi IPAS agar mampu menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri dan lingkungan mereka (Anisah, dkk., 2023).

IPAS memiliki empat karakteristik yaitu rasional, empiris, obyektif, dan akumulatif. Rasional disini memiliki arti bahwa sains merupakan hasil dari berpikir logis dan menggunakan nalar (rasio). Maksud empiris adalah bahwa sains dapat dibuktikan dengan penelitian atau eksperimen. Obyektif adalah bahwa sains itu apa adanya yang didasarkan pada data-data dan tanpa terpengaruh oleh pandangan pribadi berdasarkan hasil pengamatan. Sedangkan akumuliatif berarti bahwa sains dapat membangun teori berdasarkan data penelitian dan kemudian memperbaikinya. (Winaryati E, 2017).

Kualitas pembelajaran IPAS dapat dilihat dari skor PISA (Programme for International Student Assessment). Berdasarkan hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa literasi sains siswa Indonesia naik ke posisi enam dibandingkan dengan PISA 2018. Namun pada bidang sains skor rata-rata Indonesia turun 13 poin dan mencapai 383, ini jauh di bawah skor rata-rata negara anggota OECD (Organitation for Economic Co-operation and Development) , yang berada di kisaran 483–488 poin. Dengan skor ini, siswa Indonesia hanya dapat mengidentifikasi fenomena ilmiah sederhana, memahami hubungan sebab- akibat, dan menafsirkan data grafis, yang menunjukkan kemampuan sains mereka berada di level 1a, jauh di bawah standar internasional yang diharapkan. (Marwah, dkk., 2024).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam memperoleh pemahaman dan kemampuan sains yang sesuai dengan beberapa karakteristik sains yaitu rasional, empiris, obyektif, dan akumulatif. Sehingga siswa memperoleh pemahaman dan kemampuan sains kurang baik yang menyebabkan Indonesia mengalami penurunan skor pada PISA 2022. Hal ini tentunya menjadi perhatian bahwa pembelajaran IPAS perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar pembelajaran IPAS dapat lebih meningkat dimasa yang akan datang. Maka, untuk mengejar ketertinggalan tersebut, kualitas pendidikan sains di Indonesia harus ditingkatkan melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan menarik yang dapat membuat siswa aktif dalam berpartisipasi untuk mengeksplorasi materi melalui pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran IPAS di SD bertanggung jawab untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai representasi ideal dari karakteristik siswa Indonesia. IPAS membantu siswa menjadi lebih tertarik pada fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Keingintahuan ini dapat mendorong siswa untuk memahami bagaimana alam semesta berfungsi dan bagaimana kehidupan manusia di bumi berinteraksi dengannya. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, pemahaman ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi dan menemukan solusinya. Peserta didik akan dibekali dengan sikap ilmiah seperti keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan analitis, dan kemampuan untuk membuat kesimpulan yang tepat, yang akan menghasilkan kebijaksanaan. (Kemendikbud, 2022).

Mahdi, dkk., (2024) menjelaskan bahwa pembelajaran IPAS SD juga dapat diterapkan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa SD yang sesuai dengan teori eksperiensial, yaitu siswa SD cenderung merenungkan pengalaman mereka untuk memberi mereka pengetahuan baru, dan siswa SD dapat menerapkan pengetahuan teoritis ke situasi kehidupan nyata. Sehingga dapat meningkatkan tanggung jawab siswa SD terhadap perilaku belajar mereka dan membuat mereka merasa mereka dapat mengontrol perilaku tersebut. Hal ini juga dapat membuat siswa harus berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti melakukan percobaan dan melakukan pengamatan. Tujuan dari pembelajaran IPAS ini adalah agar siswa dapat memperkuat kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan mengemukakan pendapat mereka sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPAS selayaknya dapat membantu siswa memahami fenomena alam dan sosial di dunia nyata melalui pengalaman mereka untuk memberi mereka pengetahuan baru. Selain itu pembelajaran IPAS selayaknya harus diajarkan secara holistik dalam artian pendekatan pembelajaran yang memahami dan melihat hubungan antara komponen-komponen dalam topik IPAS sebagai suatu kesatuan yang utuh, seperti pembelajaran mengaitkan konsep-konsep IPAS dengan situasi nyata di kehidupan sehari-hari dengan dibekali sikap ilmiah seperti keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan analitis, dan kemampuan untuk membuat kesimpulan yang tepat. Guru juga penting dan perlu memperhatikan perkembangan kognitif siswa. Dimana menurut Piaget siswa SD berada pada tahap operasional konkrit yang mana siswa tidak dapat memecahkan masalah abstrak. Sehingga guru harus memiliki kemampuan mendorong anak-anak untuk mengembangkan konsep yang tepat, yaitu dengan menggunakan benda-benda konkrit dalam proses pembelajaran IPAS seperti alat peraga dan media ajar benda konkrit dalam proses pembelajaran IPAS seperti alat peraga dan media ajar.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Juli sampai 18 Juli 2025 dalam pembelajaran IPAS di kelas IV SDN 064/II Perumnas I, dengan jumlah peserta didik sebanyak 13 orang, yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Disini peneliti melihat proses pembelajaran masih membosankan dan tidak menarik. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam mengeksplorasi materi melalui diskusi, observasi pengalaman lapangan, dan refleksi pengalaman. Pembelajaran IPAS masih didominasi oleh guru, sehingga interaksi dalam pembelajaran masih terjadi satu arah, dan guru juga kurang memvariasikan metode pembelajaran serta media pembelajaran yang menarik, bahkan guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga menjadikan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPAS cenderung rendah, Selain itu, guru juga kurang memfasilitasi media ajar sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi dan menjadikan beberapa peserta didik terlihat bosan.

Meskipun keterampilan guru dalam bertanya dan mengelola kelas cukup baik tetapi hasil belajar IPAS siswa kelas IV belum merata. Hanya beberapa siswa yang menunjukan hasil belajar diatas KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran) sedangkan siswa yang lainnya menunjukan hasil belajar dibawah (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran). Hasil belajar IPAS siswa kelas IV SDN 064/II Perumnas I pada penilaian sumatif masih terdapat 3 orang siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKTP sedangkan 10 orang siswa lainnya belum bisa mencapai KKTP sesuai dengan ketentuan sekolah yaitu sebesar 75. Hasil penilaian sumatif IPAS siswa kelas IV SDN 064/II Permnas I semester ganjil tahun ajaran 2025 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.

No Nama Peserta Didik KKTP Nilai Keterangan
1 NA 75 60 Tidak Tuntas
2 FA 75 55 Tidak Tuntas
3 HNF 75 55 Tidak Tuntas
4 ADP 75 55 Tidak Tuntas
5 IAB 75 80 Tuntas
6 MN 75 60 Tidak Tuntas
7 MR 75 80 Tuntas
8 DKS 75 60 Tidak Tuntas
9 RR 75 60 Tidak Tuntas
10 SN 75 80 Tuntas
11 MR 75 55 Tidak Tuntas
12 YS 75 55 Tuntas
13 PN 75 80 Tuntas
Jumlah 835
Rata-Rata 64,23
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 55
Tuntas 30,77%
Tidak Tuntas 69,23%
Table 1. Hasil Penilaian Sumatif IPAS Kelas IV 2025

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPAS masih rendah yaitu 30,77% yang mencapai KKTP sedangkan 69,23% belum mencapai KKTP. Melihat kondisi tersebut perlu adanya suatu metode untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPAS agar siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengekplorasi materi sehingga memungkinkan siswa dapat menunjukkan keaktifan penuh dalam belajar. Peneliti menawarkan metode yang tepat untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPAS, yaitu metode Kooperatif Tipe Number Head Together dengan media Audiovisual.

Berdasarkan kondisi tersebut, masih terdapat kesenjangan (gap) dalam proses pembelajaran IPAS, khususnya pada rendahnya keterlibatan aktif siswa serta kurangnya variasi metode dan media yang mampu memfasilitasi pengalaman belajar bermakna. Pendekatan ceramah yang masih dominan tidak mampu mengoptimalkan potensi berpikir kritis, kolaboratif, dan eksploratif siswa sebagaimana dituntut dalam Kurikulum Merdeka. Selain itu, masih jarang penelitian tindakan kelas yang secara spesifik menggabungkan model pembelajaran kooperatif dengan media berbasis audiovisual dalam konteks pembelajaran IPAS pada jenjang sekolah dasar.

Menurut Apriyanti (2021:23) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan bentuk pembelajaran yang digunakan membantu peserta didik lebih aktif serta membangun kemampuan kognitif. Pembentukan kemampuan kognitif ini dari pengetahuan masing- masing peserta didik yang saling melengkapi sehingga membantu peserta didik lain yang kurang paham. Model ini tidak hanya ditinjau dari hasil pembelajaran, namun lebih banyak ditinjau dari proses pembelajaran yang terlibat didalamnya. Pada model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dilakukan dengan menunjuk seorang siswa sebagai perwakilan kelompoknya dengan cara acak, sehingga siswa yang terpilih secara acak tersebut dapat mempersiapkan diri sebelum mempresentasikan hasil kelompoknya, hal ini dapat melatih dan meningkatkan tanggung jawab pada setiap siswa melalui diskusi kelompok dikemukakan oleh (Kurniasih 2015:12). Dengan adanya kesiapan dalam diri siswa maka keaktifan dalam diskusi kelompok akan terlaksana dan hasil belajar menjadi bagus.

Dalam pembelajaran IPAS, tidak semua materi bisa diceritakan atau diterangkan saja. Melainkan harus diperlihatkan secara nyata agar materi (ilmu) yang didapat peserta didik tersebut akan selalu diingat dan dipahami. Dengan menggunakan media audio visual di harapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Anak akan dapat cepat memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan media tersebut. Anak juga akan senang dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilihatnya melalui media audio visual. (Ardianti, Siti 2018).

Alasan peneliti memilih metode Kooperatif Learning Tipe Number Head Together dan media audiovisual dalam pembelajaran IPAS karena melalui penerapan metode dan bantuan media ini diharapkan dapat melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik dengan teman maupun gurunya sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar, selain itu siswa diharapkan dapat mengeksplorasi materi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki sehingga siswa mampu menguasai materi pembelajaran IPAS, dan tentunya akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPAS Menggunakan Model Kooperatif Tipe Number Head Together Dengan Media Audiovisual Pada Kelas IV di SDN 064/II Perumnas I”.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPAS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dipadukan dengan media audiovisual. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada kombinasi strategi pembelajaran kooperatif dengan pendekatan visual-auditori, yang masih jarang dikaji dalam konteks mata pelajaran IPAS di tingkat sekolah dasar. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan alternatif inovatif yang mampu menjembatani kebutuhan kognitif dan karakteristik belajar siswa sekolah dasar secara optimal.

Metode

Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran di kelas. PTK ini sangat penting bagi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas karena memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Utomo, dkk., 2024). Sejalan dengan hal ini sesuai dengan pendapat (Ananda, dkk., 2015) menyatakan bahwa PTK bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, yang dapat meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran siswa . Salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas adalah bahwa mereka memerlukan tindakan (aksi) tertentu untuk meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, penelitian ini juga dapat dilakukan di dalam kelas, tetapi tidak disebut penelitian tindakan kelas (Susilowati, 2018).

Teknik analisis data dalam proposal ini sudah mencakup analisis kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif, peneliti menggunakan rumus persentase dan rata-rata, misalnya :

Figure 1.

Sementara itu, data kualitatif dari observasi dan dokumentasi diolah melalui proses reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Data diklasifikasikan sesuai indikator penelitian dan dijelaskan secara deskriptif untuk mendukung refleksi dan tindak lanjut siklus berikutnya.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dicirikan dengan adanya siklus tindakan. Dalam satu siklus tindakan terdiri atas empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi (perenungan). Menurut Arikunto dalam (Surya, dkk., 2021) tahapan pelaksanaan dalam PTK adalah seperti tampak pada gambar 3.1 model penelitian tindakan kelas dibawah ini:

Figure 2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Hasil dan Pembahasan

1.Ketercapaian Kinerja Pendidik Siklus I dan II

Figure 3. Ketercapaian Kinerja Pendidik Siklus I dan II

Diagram batang tersebut menggambarkan peningkatan ketercapaian kinerja pendidik dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, ketercapaian kinerja pendidik sebesar 80%, yang menunjukkan bahwa sebagian besar komponen pembelajaran telah dilaksanakan, meskipun masih ada beberapa aspek yang belum terlaksana secara maksimal. Sedangkan pada siklus II, ketercapaian meningkat menjadi 100%, yang berarti semua komponen pembelajaran dalam lembar observasi pendidik berhasil diterapkan sepenuhnya.

Nilai 80% pada siklus I mencerminkan bahwa pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan perencanaan. Beberapa kendala yang muncul pada siklus ini antara lain kurang optimalnya pengelolaan waktu, belum efektifnya pembagian tugas dalam kelompok, dan kurangnya interaksi aktif antar peserta didik. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan refleksi dan merancang perbaikan yang lebih terarah pada siklus II.

Pada siklus II, peneliti menerapkan strategi yang lebih matang. Model pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) berbantuan media Audio Visual diterapkan dengan lebih konsisten dan terstruktur. Peneliti juga memberikan penguatan terhadap tugas kelompok, bimbingan aktif kepada siswa selama proses diskusi, dan evaluasi pembelajaran yang lebih merata. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan ketercapaian kinerja.

Peningkatan hingga 100% pada siklus II menunjukkan bahwa seluruh indikator dalam lembar observasi pendidik telah dilaksanakan dengan sangat baik. Peneliti berhasil memaksimalkan seluruh komponen pembelajaran, termasuk pembukaan, inti, dan penutup, sesuai dengan prinsip-prinsip dalam model NHT. Kegiatan belajar pun menjadi lebih aktif, menyenangkan, dan terpusat pada siswa.

Capaian ini bukan hanya mencerminkan peningkatan kinerja pendidik, tetapi juga menjadi salah satu faktor yang turut mendorong keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPAS. Semangat belajar siswa meningkat, kemampuan bekerja sama berkembang, dan pemahaman terhadap materi menjadi lebih mendalam. Dengan demikian, ketercapaian kinerja pendidik sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.

Secara keseluruhan, diagram ini menunjukkan bahwa adanya evaluasi dan perbaikan dari siklus I ke siklus II dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh. Model NHT terbukti tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga mendorong pendidik untuk menjalankan perannya secara optimal dalam mengelola proses pembelajaran.

Dengan tercapainya 100% ketercapaian kinerja pendidik di siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model NHT efektif diterapkan dalam pembelajaran IPAS kelas IV. Keberhasilan ini memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pendidikan di kelas.

2.Ketercapaian Proses Belajar Peserta Didik Siklus I dan II

Figure 4. Ketercapaian Proses Belajar Peserta Didik

Diagram 4.2 menunjukkan data ketercapaian proses belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa tingkat ketercapaian pada kedua siklus mencapai angka maksimal yaitu 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh peserta didik dalam kelas telah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan, baik dari segi partisipasi, keterlibatan, maupun penyelesaian tugas.

Pada siklus I, penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) Berbantuan Media Audio Visual mampu menciptakan situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. Peserta didik menunjukkan antusiasme dalam mengikuti tahapan pembelajaran, seperti diskusi kelompok, menjawab pertanyaan, serta berinteraksi dengan teman kelompoknya. Hasil ini membuktikan bahwa sejak awal, penerapan model pembelajaran sudah memberikan dampak positif terhadap keterlibatan proses belajar siswa.

9.Meskipun ketercapaian proses belajar pada siklus I sudah optimal, refleksi dari siklus I tetap dilakukan oleh peneliti untuk menyempurnakan strategi pembelajaran. Beberapa perbaikan pada siklus II antara lain adalah pemberian instruksi yang lebih terarah, penguatan dalam pembagian peran saat diskusi, serta pengelolaan waktu yang lebih efisien. Upaya perbaikan ini bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas proses belajar secara menyeluruh.

Pada siklus II, proses belajar peserta didik kembali menunjukkan ketercapaian 100%. Hal ini berarti bahwa seluruh siswa tetap aktif, berpartisipasi secara maksimal, dan mampu menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran dengan baik. Konsistensi ini menunjukkan bahwa model NHT tidak hanya efektif dalam meningkatkan hasil belajar, tetapi juga dalam mempertahankan motivasi dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

11.Dengan demikian, Diagram 4.2 menjadi bukti bahwa penerapan model Number Head Together berbantuan media Audio Visual sangat efektif dalam menciptakan keterlibatan belajar yang merata di seluruh peserta didik. Keberhasilan 100% pada kedua siklus ini juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah dirancang dan dilaksanakan secara optimal, sehingga dapat dijadikan sebagai rekomendasi penerapan model serupa di kelas lain atau mata pelajaran yang berbeda.

3.Hasil Belajar Peserta Didik

Figure 5. Hasil Belajar Siklus I dan II

Diagram batang di atas menggambarkan hasil belajar peserta didik pada Siklus I dan Siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I 76,92% sudah termasuk kategori tuntas, namun tetap adanya perbaikan dan evaluasi pada siklus II yaitu berhasil mencapai 100% dan dinyatakan tuntas semua. Pencapaian ini tentu menjadi indikator keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media Audio Visual.

Untuk memperkuat hasil, analisis diagram akan dilengkapi dengan interpretasi angka yang lebih rinci, seperti persentase kenaikan dari siklus I ke siklus II. Misalnya, peningkatan ketercapaian kinerja pendidik sebesar 20% (dari 80% menjadi 100%) menunjukkan adanya perbaikan signifikan setelah refleksi. Demikian pula, peningkatan hasil belajar dari 76,92% menjadi 100% menunjukkan kenaikan sebesar 23,08%, yang mencerminkan keberhasilan model pembelajaran yang digunakan.

Selain itu, akan ditambahkan ringkasan data dalam bentuk tabel per indikator (misalnya: indikator kinerja pendidik, proses belajar, dan hasil belajar siswa) untuk mempermudah pembaca dalam memahami tren capaian dan perbandingan antar siklus. Langkah ini diharapkan dapat memperjelas dampak tindakan serta meningkatkan kejelasan dan replikabilitas penelitian.

Siklus mengalami peingkatan pada siklus ke II, namun proses pembelajaran yang terjadi pada masing-masing siklus memiliki kualitas yang berbeda. Pada Siklus I, ketuntasan belajar dicapai dengan upaya yang masih memerlukan banyak bimbingan dari peneliti, serta masih ditemukan beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi kelompok. Sementara itu, pada Siklus II, aktivitas peserta didik meningkat, mereka lebih terlibat aktif, percaya diri dalam menjawab pertanyaan, dan lebih memahami materi.

Model pembelajaran Numbered Heads Together memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan keterlibatan siswa. Dengan teknik ini, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi juga dilatih untuk bekerja sama, berdiskusi, dan mempertanggungjawabkan pemahaman mereka secara individu. Dalam proses ini, setiap siswa merasa dihargai dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran kelompoknya, yang berdampak pada peningkatan pemahaman konsep dan hasil evaluasi.

Hasil pada Siklus II bukan hanya menunjukkan ketuntasan secara kuantitatif, tetapi juga menunjukkan adanya perbaikan kualitas pembelajaran. Diskusi kelompok berlangsung lebih hidup, siswa lebih fokus, dan waktu pembelajaran digunakan secara lebih efisien. Hal ini tidak lepas dari perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada tahap refleksi setelah Siklus I, seperti pengarahan lebih jelas, media pembelajaran yang ditingkatkan, dan motivasi yang diberikan oleh peneliti kepada siswa.

Dengan meningkatnya kualitas proses pembelajaran pada Siklus II, peserta didik mampu mencapai pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi, serta menunjukkan peningkatan pada keterampilan sosial dan berpikir kritis. Mereka dapat menjawab soal evaluasi dengan lebih percaya diri dan akurat, yang terlihat dari hasil tes dan observasi selama pembelajaran berlangsung.

Peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan dalam diagram ini juga memperkuat temuan bahwa model kooperatif seperti NHT dengan bantuan media Audio Visual cocok diterapkan dalam pembelajaran IPAS, khususnya untuk siswa sekolah dasar. Model ini tidak hanya meningkatkan hasil kognitif, tetapi juga memberi ruang bagi pengembangan afektif dan psikomotorik siswa melalui kegiatan diskusi dan praktik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Numbered Heads Together dan media Audio Visual secara konsisten dan optimal dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, baik dalam aspek kognitif maupun dalam keterlibatan aktif di kelas. Diagram ini menjadi representasi konkret bahwa strategi pembelajaran yang inovatif mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa.

Simpulan

1.Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus, kinerja pendidik mengalami peningkatan signifikan. Setelah dilakukan perbaikan dari siklus I ke siklus II, seluruh komponen pembelajaran berhasil dilaksanakan dengan baik, menunjukkan bahwa strategi perencanaan yang matang dan penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

2.Proses belajar peserta didik berlangsung secara aktif dan optimal. Penerapan model Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media Audio Visual mendorong partisipasi, interaksi, dan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

3.Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan hingga mencapai ketuntasan 100% pada siklus II. Selain hasil akademik, kualitas interaksi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpikir kritis siswa juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis kooperatif seperti NHT tidak hanya efektif dalam aspek kognitif, tetapi juga mendukung pengembangan afektif dan sosial siswa.

4.Rekomendasi : Guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT berbantuan media Audio Visual dalam pembelajaran IPAS atau mata pelajaran lain guna meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kajian ini dengan menerapkan model serupa di jenjang atau konteks yang berbeda untuk melihat konsistensi hasilnya.

Ucapan Terima Kasih

Dalam proses penyusunan artikel jurnal ini, saya menyadari bahwa capaian ini tidak terlepas dari kontribusi, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada manajer atas segala bimbingan, masukan, semangat, serta koreksi yang diberikan, sehingga artikel ini dapat diselesaikan dengan baik.

References

N. Agustina, A. Pratama, and D. Andriani, "Analisis Pedagogical Content Knowledge Terhadap Buku Guru IPAS pada Muatan IPA Sekolah Dasar Kurikulum Merdeka," Jurnal Basicedu, vol. 6, no. 5, pp. 9180–9186, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i5.3662.

R. Ananda, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Indonesia: Citapustaka Media, 2015.

A. S. Anisah, D. Nurfadilah, and L. N. Hidayat, "Pemetaan Materi IPA dan IPS dalam Kurikulum Merdeka (Studi Kasus di Sekolah Penggerak SDN 04 Sukanegla Kabupaten Garut)," Jurnal Tunas Pendidikan, vol. 6, no. 1, pp. 196–211, 2023. [Online]. Available: [https://scholar.google.com/scholar?cluster=11272730357741778694](https://scholar.google.com/scholar?cluster=11272730357741778694)

A. Apdoludin, R. Handayani, and S. Fitriani, "Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Pribadi Siswa yang Berintegritas," Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, vol. 5, no. 1, pp. 22–30, 2022.

Y. Apriliani, R. Nurjannah, and A. Pratiwi, "Analisis Kesulitan Belajar Peserta Didik Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran IPAS di SD Negeri 1 Mantingan Kabupaten Jepara," Indonesian Journal of Multidisciplinary, vol. 1, pp. 1227–1234, 2023. [Online]. Available: [https://journal.csspublishing.com/index.php/ijm/article/view/302](https://journal.csspublishing.com/index.php/ijm/article/view/302)

Apriyanti, "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa," Skripsi, Universitas Negeri, 2021.

A. Arzfi, L. Marlina, and D. Rahmawati, "Implementasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran Berdiferensiasi IPAS di Sekolah Dasar," Mitra PGMI: Jurnal Kependidikan MI, vol. 10, no. 1, pp. 39–49, 2024, doi: 10.46963/mpgmi.v10i1.1639.

I. K. M. Asta Jaya, "Peran Guru IPS Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Pembelajaran Inkuiri," Sang Acharya: Jurnal Profesi Guru, vol. 2, no. 1, p. 22, 2021, doi: 10.25078/sa.v2i1.3235.

Z. Badi’ah, "Implikasi Teori Belajar Kognitif J. Piaget dalam Pembelajaran Bahasa Arab dengan Metode Audiolongual," Attractive: Innovative Education Journal, vol. 3, no. 1, p. 76, 2021, doi: 10.51278/aj.v3i1.166.

R. Budiwati, S. Nurhayati, and F. Pratiwi, "Analisis Buku IPAS Kelas IV Kurikulum Merdeka Ditinjau dari Miskonsepsi," Jurnal Basicedu, vol. 7, no. 1, pp. 523–534, 2023, doi: 10.31004/basicedu.v7i1.4566.

Y. Fernando, A. Rahayu, and H. Putri, "Pentingnya Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa," Alfihris: Jurnal Inspirasi Pendidikan, vol. 2, no. 3, pp. 61–68, 2024, doi: 10.59246/alfihris.v2i3.843.

D. Hadiana, "Penilaian Hasil Belajar untuk Siswa Sekolah Dasar," Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 21, no. 1, pp. 15–26, 2015, doi: 10.24832/jpnk.v21i1.173.

M. Hasibuan, Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bangsa. Bandung, Indonesia: Remaja Rosdakarya, 2018.

D. Husnul Hotimah, "Teks Laporan Hasil Observasi dan Teks Eksposisi," Guepedia, vol. 1, p. 7, 2022, doi: 10.30872/ilmubudaya.v1i4.769.

Irsan, "Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar," Jurnal Basicedu, vol. 5, no. 5, pp. 524–532, 2021. [Online]. Available: [https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971](https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971)

Kemendikbud, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) SD-SMA. Jakarta, Indonesia: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022. [Online]. Available: [https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/capaian-pembelajaran/sd-sma/ilmu-pengetahuan-alam-dan-sosial-ipas/](https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/capaian-pembelajaran/sd-sma/ilmu-pengetahuan-alam-dan-sosial-ipas/)

Kemendikbud, Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka Jenjang SD/MI. Jakarta, Indonesia: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022.

Khairullina, M. Nurhayati, and S. Ramadhan, "Analisis Ciri Perilaku dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Intisyarul Ulum," Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 2, no. 2, pp. 313–321, 2024.

Kurniasih, Ragam Model Pembelajaran. Jakarta, Indonesia: Kata Pena, 2015.

W. Lestari, "Efektifitas Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar," Jurnal Formatif, vol. 2, no. 3, pp. 170–181, 2015, doi: 10.30998/formatif.v2i3.98.

N. P. C. Lestari, "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA," Journal of Education Action Research, 2018.

T. P. Mahdi, A. Rahman, and S. Hidayat, "Seni sebagai Katalis Pembentukan Literasi dan Karakter Anak: Studi Fenomenologi pada Komunitas Lanang Wadon Semarang," Jurnal Humaniora, vol. 13, no. 4, pp. 4991–5006, 2024.

I. Mahmudi, R. Suryana, and Y. Prasetyo, "Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom," Jurnal Multidisiplin Madani, vol. 2, no. 9, pp. 3507–3514, 2022.

V. Mairina, A. Setiawan, and F. Aulia, "Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum di Sekolah Dasar," Jurnal Basicedu, vol. 5, no. 2, pp. 784–788, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i2.766.

L. Marinda, "Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematikanya pada Anak Usia Sekolah Dasar," An-Nisa’: Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman, vol. 13, no. 1, pp. 116–152, 2020, doi: 10.35719/annisa.v13i1.26.

A. S. Marwah, H. Ramadhani, and M. Zahra, "Literasi Sains Siswa dalam Berinovasi pada Pembelajaran IPA Berbasis Produk," Jurnal Tadris IPA Indonesia, vol. 4, no. 1, pp. 114–126, 2024, doi: 10.21154/jtii.v4i1.3064.

Mustika, R. Andini, and F. Hidayah, "Proses Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar," Jurnal Basicedu, vol. 5, no. 6, pp. 6158–6167, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i6.1819.

T. Nabillah, A. Pratami, and R. Yuliana, "Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar Siswa," Jurnal Pendidikan Dasar, pp. 659–663, 2019.

K. Pembelajaran, "Karakteristik Pembelajaran," 2017. [Online]. Available: [http://repository.unimus.ac.id/3616/4/BAB3.pdf](http://repository.unimus.ac.id/3616/4/BAB3.pdf)

D. O. R. C. Plenden, A. Suryono, and I. Hartono, "Manajemen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotorik: Tatap Muka dan Daring," Jurnal Prakarsa Paedagogia, vol. 4, no. 2, pp. 2–7, 2021, doi: 10.24176/jpp.v4i2.7257.

A. Purnawanto, "Pendekatan Holistik dalam Pengajaran IPAS di Sekolah Dasar," Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar, vol. 7, no. 1, pp. 88–95, 2022.

R. Rahman, D. Putri, and S. Alamsyah, "Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar," Discourse: Indonesian Journal of Social Studies and Education, vol. 1, no. 1, pp. 75–80, 2023, doi: 10.69875/djosse.v1i1.103.

G. T. Rahmayati, H. Amelia, and F. Nisa, "Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial di Kelas IV Sekolah Dasar dalam Kurikulum Merdeka," Elementary School Journal PGSD FIP Unimed, vol. 13, no. 1, p. 16, 2023, doi: 10.24114/esjpgsd.v13i1.41424.

Y. R. Salsabila, F. Putri, and D. Ramadhan, "Korelasi antara Teori Belajar Konstruktivisme Lev Vygotsky dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)," Learning: Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 4, no. 3, pp. 813–827, 2024, doi: 10.51878/learning.v4i3.3185.

F. S. Supriatna, A. Hidayat, and M. Rahman, "Kontribusi Filsafat Perenial Sayyed Hossein Nasr terhadap Sains Modern," Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, vol. 2, pp. 177–183, 2020.

S. Slameto, "Implementasi Penelitian Tindakan Kelas," Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 5, no. 3, p. 47, 2015.

T. Sunaryati, Y. Prasetya, and L. Hidayah, "Analisis Peran Evaluasi Formatif dalam Mendukung Keberhasilan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar," Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 9, pp. 1–23, Sep. 2024.

E. Sundari, "Cendekia Pendidikan," Cendekia Pendidikan, vol. 4, no. 4, pp. 50–54, 2024.

D. Susilowati, "Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Solusi Alternatif Problematika Pembelajaran," Jurnal Edunomika, vol. 2, no. 1, pp. 36–46, 2018.

Ulfah, R. Ningsih, and A. Satria, "Analisis Teori Taksonomi Bloom pada Pendidikan di Indonesia," Jurnal Al-Amar, vol. 4, no. 1, pp. 13–22, 2023.

P. Utomo, R. Hidayah, and Y. Suryani, "Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Panduan Praktis untuk Guru dan Mahasiswa di Institusi Pendidikan," Pubmedia Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Indonesia, vol. 1, no. 4, p. 19, 2024, doi: 10.47134/ptk.v1i4.821.

Y. Wirda, A. Ramli, and N. Sari, "Faktor-Faktor Determinan Hasil Belajar Siswa," Jurnal Pendidikan Dasar, 2020.

E. Winaryati, "Sains dan Pembelajaran IPA Berbasis Karakter di Sekolah Dasar," Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, vol. 6, no. 2, pp. 154–161, 2017.

Yuwanita, A. Hidayah, and M. S. Putra, "Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar IPA," Instruksional, vol. 1, no. 2, p. 152, 2020, doi: 10.24853/instruksional.1.2.152-158.

H. N. Zannah, "Integrasi Multidisiplin di Sekolah Dasar: Pengembangan Pembelajaran Holistik untuk Anak-Anak," Interdisciplinary Explorations in Research Journal, vol. 1, pp. 169–178, 2023. [Online]. Available: [http://www.shariajournal.com/index.php/IERJ/article/view/395](http://www.shariajournal.com/index.php/IERJ/article/view/395)

F. F. Zauma, "Penggunaan Model Pembelajaran Number Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5," Skripsi, Universitas Negeri, 2016.