Andika Saputra (1), Apdoludin (2), Reni Guswita (3)
General Background: Writing is a fundamental language skill that plays a crucial role in developing students’ critical and logical thinking. Specific Background: However, elementary school students often struggle with constructing coherent sentences due to limited vocabulary, lack of structural understanding, and low motivation in writing activities. Knowledge Gap: Previous studies on the Picture and Picture model mainly focused on reading comprehension, with limited exploration of its application in sentence writing, especially within the context of the Kurikulum Merdeka. Aims: This study aims to improve fourth-grade students’ sentence writing skills through the systematic application of the Picture and Picture learning model. Results: Conducted as a classroom action research in two cycles with 25 participants, the findings revealed significant improvements: teacher performance increased from 76.19% to 90.48%, student active participation rose from 24% to 44%, and sentence writing mastery improved from 68% to 84%. Novelty: The novelty lies in integrating the Picture and Picture model with the Kurikulum Merdeka, focusing on visual-based sentence construction in Bahasa Indonesia learning. Implications: These results suggest that Picture and Picture can serve as an effective pedagogical strategy to foster creativity, independence, and linguistic competence in primary education.Highlight :
The Picture and Picture model improves sentence writing skills.
Students become more active and participative.
Learning outcomes increase from Cycle I to Cycle II.
Keywords : Sentence Writing Skills, Picture And Picture Model, Elementary School, Classroom Action Research, Indonesian Language
DiIndonesia, pendidikan diartikan sebagai usaha terencana dan terorganisasi untuk mewujudkan suasana dan proses belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional (Qulub 2019).
Tujuan pendidikan nasional, menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah menumbuhkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan demokratis. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. secara menyeluruh. Salah satu strategi yang diadopsi oleh pemerintah adalah melalui penyempurnaan kurikulum, yang dalam beberapa tahun terakhir diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Merdeka (Nainggolan, Novi, dan Faridah 2023)
Kurikulum Independen menawarkan berbagai kesempatan belajar ekstrakurikuler, dengan konten yang disesuaikan untuk memberi siswa cukup waktu untuk mengembangkan keterampilan mereka dan memahami topik. Adapun tujuan dari kurikulum merdeka adalah untuk mengembangkan potensi dan Belajar melalui pembuatan proyek adalah salah satu kompetensi siswa. (Cepi, Solekah, dan Rahayu 2022)
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia. Di sekolah karena fungsi utama pelajaran bahasa indonesia adalah membuat peserta didik mampu berinteraksi dengan orang lain. Selanjutnya, bahasa selain sebagai alat pengembangan intelektual, baik spiritual maupun sosial. Dibutuhkan pendidikan dan kemampuan untuk dapat berbicara secara akurat dan efektif. Pelajaran bahasa Indonesiaemperoleh pengetahuan fungsional dan komunikatif dalam bahasa Indonesia adalah pelajaran yang menyoroti peserta didik untuk memperoleh suatu bahasa. Dalam hal ini peserta didik mempelajari cara memanfaatkan bahasa sebagai alat komunikasi serta memperoleh pengetahuan bahasa.
Dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, semua jenjang pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar utama. Dalam upaya meningkatkan standar pendidikan dasar, terutama di sekolah dasar (SD), bahasa Indonesia sangatlah penting. Karena bahasa Indonesia merupakan cara berpikir dan dapat membantu siswa membangun keterampilan berpikir logis, metodis, dan kritis, fungsi ini dimaksudkan untuk mempercepat penguasaan sains dan teknologi. (Yanto 2020).
Selain itu, pembelajaran Bahasa Indonesia dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan akhlak mulia secara santun, sikap menghargai, mengembangkan kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, serta audiovisual) pada berbagai tujuan dan konteks, mengembangkan kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritis-kreatif), mengembangkan kepedulian terhadap budaya lokal, serta berkontribusi sebagai warga negara Indonesia dan dunia (Silitonga dan Magdalena 2020).
Keempat keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, menulis, menyimak, dan membaca, merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Komponen kemahiran berbahasa, tentu saja, meliputi: keempat siswa harus memahami bidang-bidang ini. Salah satu keterampilan linguistik yang paling kompleks dan bermanfaat adalah menulis. Penguasaannya, sehingga hal ini disebabkan karena keterampilan menulis dapat dikuasai setelah siswa mampu menguasai keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, dan membaca. Pada saat siswa menulis, mereka dapat menggunakan beberapa kemampuan lain guna tercapainya tulisan yang berkualitas. Berkaitan dengan hal tersebut, kemampuan siswa dalam menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat berpengaruh terhadap keterampilan yang ingin dicapai oleh siswa (Kaderi 2021).
Kemampuan berbahasa, khususnya dalam keterampilan menulis kalimat, merupakan salah satu komponen dasar dalam penguasaan Bahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa sekolah sederhana. Menulis adalah sebuah tugas. dimana seseorang mencurahkan konsep atau ide yang dimilikinya dalam bentuk kata dalam sebuah kalimat yang tidak disampaikan secara sehingga para pembaca mampu memahami apa yang disampaikan oleh penulis. Kegiatan menulis dapat memberikan inovasi dan meningkatkan kreatifitas dari pserta didik dalam menyampaikan gagasannya. Hal ini juga berkaitan dengan interaksi peserta didik di lingkungan sekolah dan intraksinya terhadap guru, teman seklah, serta lingkungannya (Adela dkk. 2024).
Namun, pada kenyataannya khususnya proses pembelajaran bahasa Indonesia di keterampilan menulis kalimat, masih menghadapi berbagai kendala. Banyak siswa yang kesulitan memahami strukturnya. kalimat, urutan ide, serta tata bahasa yang benar. Hal ini berpengaruh pada kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, di mana siswa sering kali merasa kesulitan untuk menulis kalimat yang kohesif dan logis. Tantangan ini mungkin disebabkan oleh oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman siswa terhadap struktur kalimat, minimnya model pembelajaran yang menarik, serta kurangnya media pembelajaran yang mampu merangsang minat siswa.
Mengingat hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 11-13 November 2024 kegiatan penyusunan kalimat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran Picture and Picture yang peneliti lakukan di SD Negeri 027/II Sungai Arang, menemukan itu masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis kalimat dengan baik dan benar. Kesulitan yang dialami oleh siswa ini mencakup beberapa aspek, antara lain ketidak mampuan untuk mengidentifikasi struktur kalimat yang tepat, sulitnya memahami urutan logis dalam penyusunan kata menjadi kalimat, serta lemahnya keterampilan dalam menulis ide agar kalimat yang dihasilkan memiliki makna yang jelas. Siswa sering kali bingung dalam menentukan urutan kata yang sesuai, yang menyebabkan kalimat yang dihasilkan menjadi tidak koheren dan sulit dipahami. Beberapa siswa juga menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan kosakata yang terbatas dan mengulang kata-kata yang sama, yang berdampak pada terbatasnya variasi kalimat yang mereka buat.
Selain itu, sebagian besar siswa menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada guru dalam menulis kalimat. Mereka lebih sering menunggu arahan langsung dari guru daripada mencoba merangkai kalimat sendiri. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya kepercayaan diri. dalam menulis kalimat, serta rendahnya motivasi untuk mencoba mengungkapkan ide mereka secara mandiri. Saat diberikan tugas untuk menulis kalimat dari gambar atau situasi tertentu, banyak anak-anak yang masih berjuang dengan menentukan kata-kata yang tepat dan bagaimana kata-kata tersebut diatur dalam bentuk kalimat yang runtut. Mereka juga sering kali kesulitan untuk menyusun kalimat yang sesuai untuk konteks gambar atau cerita yang diberikan.
Faktor lain yang turut memengaruhi kesulitan siswa dalam menulis kalimat adalah minimnya media pembelajaran yang interaktif dan menarik. Model pembelajaran yang diterapkan siswa belum terlibat secara aktif dan sejauh ini cenderung bersifat tradisional. dalam proses penyusunan kalimat. Akibatnya, siswa menjadi kurang termotivasi dan tidak tertarik untuk belajar menulis kalimat. Kondisi ini tentu menghambat perkembangan kemampuan bahasa siswa, terutama dalam keterampilan menulis dan berpikir kritis, yang sangat penting dalam tahap perkembangan mereka di Kelas III Sekolah Dasar.
Upaya untuk mengatasi keadaan demikian adalah model gambar dan gambar. Salah satu model pembelajaran yang memanfaatkan media gambar adalah model pembelajaran Gambar dan Gambar. Gambar-gambar yang ditampilkan dalam media pembelajaran disusun secara berurutan atau logis. Pendekatan pembelajaran Gambar dan Gambar bersifat menarik, inventif, dan kreatif.(Wilantari, Suara, dan Putra 2016). Dalam konteks pembelajaran menulis kalimat, gambar-gambar ini disusun secara berurutan, sehingga siswa dapat memahami alur atau urutan ide dengan lebih mudah. Melalui gambar, siswa dapat lebih mudah membayangkan apa yang akan mereka ungkapkan dalam bentuk kalimat, sehingga kemampuan mereka dalam menulis kalimat dapat berkembang. Selain itu, model pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berimajinasi dan menginterpretasikan gambar sesuai pemahaman mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya kreatif dan kritis mereka.
Model Picture and Picture juga memiliki keunggulan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan. Dengan melihat gambar yang menarik, siswa akan lebih terdorong untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan menulis kalimat. Hal ini menurut hipotesis belajar yang menyatakan pendidikan itu melibatkan elemen visual dan pengalaman langsung dapat lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat lebih tertarik dan termotivasi dalam proses belajar, serta lebih mudah memahami konsep menulis kalimat yang sebelumnya dianggap sulit (Salamun dkk. 2023).
Contoh Pembelajaran Berbasis Gambar. Ini adalah salah satu jenis metodologi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan jenis paradigma pembelajaran yang menekankan keberadaan kelompok. Dengan Model Pembelajaran Berbasis Gambar, siswa diharapkan terlibat, kreatif, dan termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, siswa dapat lebih terlibat dan antusias dalam belajar, serta terlindungi dari tuntutan belajar sehingga proses pembelajaran dapat seminimal mungkin. (Nurhafizah 2021)
Salah satu jenis model pembelajaran yang memanfaatkan gambar adalah model pembelajaran Picture and Picture yang dikelompokkan atau dihubungkan dalam urutan yang logis (Aprido dkk. 2024). Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitik beratkan kepada gambar sebagai media dalam proses belajar mengajar. Siswa akan belajar memahami konsep atau informasi dengan mendeskripsikan dan menjelaskan visual menggunakan ide mereka sendiri, sehingga gambar yang ditampilkan atau disediakan merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Penggunaan media visual selama proses pembelajaran dapat memberikan siswa kesempatan untuk berkreasi, aktif, dan mandiri dalam menemukan materi yang mereka pelajari dengan bantuan guru.
Namun demikian, berdasarkan telaah terhadap beberapa penelitian terdahulu yang juga menggunakan model pembelajaran Picture and Picture, masih ditemukan beberapa keterbatasan. Mayoritas penelitian sebelumnya lebih berfokus pada peningkatan keterampilan membaca atau kemampuan memahami isi teks, sementara penerapan model ini secara spesifik untuk keterampilan menulis kalimat—terutama pada jenjang Sekolah Dasar—masih relatif jarang dibahas secara mendalam. Selain itu, sebagian besar studi sebelumnya belum mengaitkan pendekatan ini secara kontekstual dengan implementasi Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada pembelajaran yang bermakna, kreatif, dan berbasis proyek. Dengan demikian, penelitian ini berupaya mengisi kekosongan tersebut dengan mengeksplorasi efektivitas model Picture and Picture dalam meningkatkan keterampilan menulis kalimat di kelas IV SD. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penerapan model pembelajaran visual ini secara sistematis dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, serta pada fokusnya yang spesifik terhadap penyusunan kalimat berdasarkan stimulus gambar secara logis dan runtut. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penerapan model pembelajaran visual ini secara sistematis dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, serta pada fokusnya yang spesifik terhadap penyusunan kalimat berdasarkan stimulus gambar secara logis dan runtut.
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian dengan judul "Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 027/II Sungai Arang”
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Jenis penelitian tindakan kelas yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kooperatif, khususnya rang yang melakukan tindakan tersebut adalah pendidik. Meskipun peneliti adalah orang yang diminta untuk mengamati proses tindakan yang sedang berlangsung, bukan pendidik yang sedang melakukan tindakan (Sari dkk. 2024).
Model desain penelitian yang dibuat oleh Arikunto dkk (2017). Tahapan persiapan, kegiatan, observasi, dan refleksi semuanya tercakup dalam beberapa siklus pelaksanaan penelitian ini.
Siklus dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Proses penelitian tindakan kelas menggunakan siklus, yang diulang berkali-kali hingga tujuan pembelajaran tematik di kelas tercapai. Perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan seterusnya melanjutkan siklus penelitian tindakan kelas hingga perbaikan atau penambahan yang diinginkan tercapai.
Untuk memperkuat keilmiahan dan keterukuran dalam pelaksanaan penelitian ini, data dikumpulkan melalui beberapa teknik dan didukung oleh instrumen yang telah disiapkan dan divalidasi sebelumnya:
1.Teknik Pengumpulan Data
a.Observasi: Dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, menggunakan lembar observasi terstruktur.
b.Tes Tulis: Diberikan kepada siswa dalam bentuk tugas menulis kalimat berdasarkan gambar sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran pada setiap siklus.
c.Dokumentasi: Digunakan untuk melengkapi data, berupa foto kegiatan, hasil karya siswa, dan catatan proses pembelajaran.
2.Instrumen Penelitian
a.Lembar Observasi Guru dan Siswa.
Format lembar observasi dirancang berdasarkan indikator aktivitas.
-Lembar observasi guru memuat: penyampaian tujuan, penggunaan media gambar, pembimbingan siswa, pengelolaan kelas.
-Lembar observasi siswa mencakup: keaktifan menjawab, keterlibatan dalam diskusi, kemampuan menyusun kalimat, dan ketekunan belajar.
Observasi dilakukan menggunakan skala Likert 1–4 (Sangat Kurang – Sangat Baik).
b.Instrumen Tes Tulis
Tes menulis dilakukan berdasarkan gambar urutan cerita. Aspek penilaian meliputi:
-Struktur dan ketepatan kalimat
-Pemilihan kosakata yang sesuai Koherensi dan keterpaduan antar kalimat
Instrumen tes ini telah divalidasi secara isi oleh dua ahli—yaitu seorang dosen pendidikan bahasa dan seorang guru kelas IV SD—untuk memastikan kesesuaian dengan indikator keterampilan menulis.
Figure 1. Alur Siklus PTK
(Arikunto dkk. 2017)
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan hasilnya keterampilan menulis kalimat peserta didik kelas IV SD Negeri 027/II Sungai Arang mengalami peningkatan meskipun belum maksimal.
Dari aspek pendidik, berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama siklus I, diperoleh skor 16 dari total skor 21 dengan persentase 76,19% dan berada dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa instruktur telah menggunakan sebagian besar komponen pembelajaran dengan baik, meskipun masih terdapat kekurangan pada aspek penutupan dan pengelolaan waktu.
Pada aspek peserta didik, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan distribusi sebagai berikut: kategori Sangat Baik sebanyak 6 orang (24%), Baik 9 orang (36%), Cukup 5 orang (20%), dan Kurang 5 orang (20%). Masih adanya siswa dalam kategori Kurang menunjukkan bahwa sebagian siswa belum sepenuhnya aktif atau mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran. Hal ini mencerminkan bahwa pembelajaran belum optimal bagi seluruh peserta didik.
Hasil belajar keterampilan menulis kalimat menunjukkan bahwa dari 25 peserta didik, sebanyak 17 siswa (68%) telah mencapai ketuntasan belajar, sementara 8 siswa (32%) belum mencapai KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah adalah 50. Elemen yang dievaluasi meliputi kesesuaian konten untuk gambar, struktur kalimat, dan pemilihan kosa kata. Mayoritas siswa yang belum tuntas mengalami kesulitan dalam struktur kalimat dan keterkaitan ide dengan gambar.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian. Narwastu Sari (2024) yang menunjukkan bahwa pada siklus I pembelajaran dengan model Picture and Picture menghasilkan rata-rata persentase 61% untuk penggunaan huruf besar dan tanda baca, dan 57% untuk kalimat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa masih membutuhkan bimbingan dalam membangun struktur kalimat dan penggunaan bahasa tulis yang baik.
Secara teori, Sudjana (2005) menyatakan bahwa dalam pembelajaran, guru harus mampu merancang kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif agar tercipta pembelajaran bermakna. Hasil siklus I menunjukkan bahwa keterlibatan siswa belum merata, sehingga perlu dilakukan perbaikan di siklus selanjutnya.
Berdasarkan refleksi pada siklus I, dilakukan perbaikan pada siklus II, terutama dalam meningkatkan bimbingan individu terhadap siswa yang belum tuntas, memperkuat penggunaan media gambar, dan mempertahankan perangkat pembelajaran seperti modul, lembar observasi (LO) guru dan siswa, serta soal tes.
Dari aspek pendidik, observasi menunjukkan peningkatan signifikan. Skor yang diperoleh pada pertemuan pertama siklus II adalah 16 dari 21 (76,19%) dengan kategori Baik, dan meningkat menjadi 19 dari 21 (90,48%) pada pertemuan kedua, yang termasuk dalam kategori Sangat Baik. Guru telah mampu memperbaiki pengelolaan kelas dan penguatan materi dengan optimal, serta lebih responsif dalam membimbing siswa selama kegiatan menulis.
Peningkatan keterlibatan guru ini menunjukkan peran yang sangat menonjol dalam siklus II. Namun agar lebih komprehensif, penting diuraikan strategi konkret yang dilakukan guru. Misalnya, guru memberikan bimbingan individual kepada siswa yang kesulitan dengan cara mendampingi mereka saat menulis, memberikan contoh kalimat yang sesuai gambar, serta mengajukan pertanyaan pemicu untuk membantu siswa mengembangkan ide. Selain itu, guru juga memanfaatkan media gambar secara aktif, seperti mengajak siswa mendeskripsikan isi gambar bersama-sama sebelum menulis dan mengaitkan gambar dengan pengalaman pribadi siswa. Strategi ini terbukti membantu siswa membangun kalimat yang lebih relevan, runtut, dan bermakna.
Namun, agar uraian lebih komprehensif, penting juga dijelaskan secara konkret strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Misalnya, guru menerapkan teknik bimbingan individual dengan cara mendatangi siswa satu per satu saat kegiatan menulis berlangsung, memberikan contoh penulisan kalimat berdasarkan gambar, dan membantu memperbaiki struktur kalimat siswa. Selain itu, guru memanfaatkan gambar secara aktif dengan cara memantik diskusi bersama siswa mengenai isi gambar, mengajukan pertanyaan pemicu ide, dan mengaitkan gambar dengan pengalaman siswa. Strategi ini terbukti meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa dalam menulis kalimat yang sesuai konteks.
Aspek peserta didik juga menunjukkan perkembangan positif. Pada pertemuan pertama siklus II, keterlibatan siswa dalam kategori Sangat Baik meningkat menjadi 10 orang (40%), Baik sebanyak 12 orang (48%), Cukup 3 orang (12%), dan tidak ada siswa dalam kategori Kurang (0%). Pada pertemuan kedua, keterlibatan dalam kategori Sangat Baik kembali meningkat menjadi 11 orang (44%), Baik 11 orang (44%), dan Cukup 3 orang (12%). Ini menunjukkan bahwa pembelajaran model Picture and Picture semakin menarik dan mendorong aktivitas yang lebih besar dari siswa.
Deskripsi Keterlibatan Siswa Perlu Diperjelas
Pada bagian pembahasan, proporsi kategori keterlibatan siswa telah disebutkan, namun akan lebih kuat jika dijelaskan secara lebih rinci jenis partisipasi apa yang dilakukan siswa pada tiap kategori. Misalnya, siswa dalam kategori Sangat Baik aktif membuat kalimat secara mandiri sesuai gambar, berdiskusi dengan teman, dan meminta bimbingan guru secara tepat waktu. Siswa dalam kategori Baik mengikuti arahan guru dengan baik, namun partisipasinya masih didominasi instruksi guru. Sedangkan siswa dalam kategori Cukup membutuhkan bimbingan lebih intensif dan belum sepenuhnya aktif berpartisipasi. Penjelasan ini memberikan gambaran konkret tentang bagaimana model Picture and Picture mendorong aktivitas belajar siswa secara nyata.
Hasil belajar keterampilan menulis kalimat pada siklus II meningkat secara signifikan. Dari 25 peserta didik, sebanyak 21 orang (84%) dinyatakan tuntas dan hanya 4 orang (16%) yang belum tuntas. Skor tertinggi tetap 100 dan skor terendah masih berada di angka 50, namun distribusi nilai menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih tinggi dari KKM. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model Picture and Picture mampu meningkatkan kemampuan menulis kalimat siswa secara efektif.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Eko dkk (2020) yang menunjukkan bahwa penggunaan model Picture and Picture dapat meningkatkan persentase ketuntasan siswa dari 45% menjadi 85%. Selain itu, hasil ini juga didukung oleh penelitian Herna dan Sri Ramadhani (2023) yang menyatakan bahwa penerapan model Picture and Picture dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas III SD Negeri 068474 Medan Labuhan.
Pendapat Trianto (2010) menyebutkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture berbasis konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan secara mandiri melalui media visual yang mendukung. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh, di mana siswa menjadi lebih mampu mengaitkan gambar dengan kalimat yang mereka buat, serta menunjukkan struktur kalimat yang lebih rapi dan kosa kata yang lebih variatif. tambahan seperti skor rata-rata, standar deviasi, atau contoh kalimat hasil karya siswa.
Berdasarkan data nilai yang diperoleh:
a. Siklus I:
1 Rata-rata nilai = 71,6
2 Standar deviasi = 13,4
b. Siklus II:
1 Rata-rata nilai = 77,0
2 Standar deviasi = 14,4
a. Siklus I (siswa belum tuntas – nilai < KKM):
"Saya sekolah. Guru bicara. Teman lihat papan. Buku tulis meja."
Kalimat ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun struktur kalimat yang lengkap, belum mengaitkan ide dengan baik, dan minim penggunaan tanda baca yang tepat.
b. Siklus II (siswa tuntas – nilai ≥ KKM):
"Saya belajar bersama teman-teman di kelas. Guru menjelaskan pelajaran menggunakan gambar. Kami mendengarkan dengan tertib dan menulis di buku tulis.
Dengan demikian, pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa baik proses maupun kualitas pembelajaran telah meningkat. yang signifikan dibandingkan siklus I. Oleh karena itu, tindakan pembelajaran tidak perlu berpindah ke siklus berikutnya karena indikatornya keberhasilan telah tercapai. Pembahasan artikel ini sudah cukup baik karena menghubungkan hasil dengan teori dan literatur. Namun, akan lebih menarik bila disertakan analisis reflektif yang lebih dalam mengenai faktor-faktor apa yang paling berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan menulis siswa. Misalnya, adakah interaksi sosial antarsiswa atau keaktifan visual yang dominan mendukung keberhasilan? Penambahan refleksi seperti ini tidak hanya memperkaya kajian, tetapi juga dapat memberikan wawasan lebih mendalam bagi guru atau peneliti lain dalam menerapkan strategi yang sama di kelas mereka.
Untuk memperjelas perkembangan hasil penelitian pada setiap siklus, berikut disajikan rekap dalam bentuk tabel yang merangkum hasil observasi guru, partisipasi siswa, serta hasil tes keterampilan menulis kalimat. Penyajian visual ini bertujuan untuk memperkuat paparan data dan memudahkan pembaca dalam memahami progres yang dicapai dari siklus I ke siklus II.
Hal ini dapat disimpulkan dari hasil temuan penelitian tindakan kelas selama dua siklus bahwa pendekatan pembelajaran Gambar dan Gambar dapat digunakan untuk meningkatkan proses dan hasil keterampilan menulis kalimat pada siswa kelas IV SD Negeri 027/II Sungai Arang. Namun, perlu dicatat bahwa abstrak dan kesimpulan dalam penelitian ini lebih banyak berfokus pada keberhasilan dan peningkatan hasil belajar, sehingga kurang memberikan refleksi kritis terhadap keterbatasan yang ada. Penelitian akan menjadi lebih komprehensif apabila juga mencantumkan keterbatasan, seperti tingkat keterlibatan guru, waktu pelaksanaan, serta faktor eksternal yang dapat memengaruhi proses belajar siswa. Penyertaan refleksi ini penting sebagai bahan evaluasi dan perbaikan untuk penelitian selanjutnya.
Keberhasilan tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip konstruktivisme yang menekankan pembelajaran aktif dan bermakna, di mana siswa membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan media visual. Selain itu, teori belajar visual mendukung efektivitas model Picture and Picture karena penggunaan gambar sebagai stimulus membantu siswa dalam mengorganisasi ide dan meningkatkan pemahaman bahasa tulis secara lebih konkret. Dengan demikian, penerapan model ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar secara kuantitatif, tetapi juga memperkuat proses kognitif siswa secara mendalam sesuai dengan landasan teori yang digunakan.
Selain itu, kesimpulan sudah menjawab pertanyaan utama penelitian dan disampaikan dengan lugas. Akan tetapi, akan lebih lengkap jika ditambahkan implikasi praktis bagi guru atau rekomendasi tindak lanjut untuk penelitian serupa, sehingga hasil ini dapat diterapkan secara lebih luas di konteks sekolah lain.
1. Proses Belajar
Peningkatan terjadi baik dari aspek pendidik maupun peserta didik. Aspek pendidik menunjukkan peningkatan dari perolehan skor observasi sebesar 76,19% (Baik) pada pertemuan pertama siklus I menjadi 90,48% (Sangat Baik) pada pertemuan kedua siklus II. Hal ini mencerminkan peningkatan kualitas dalam pengelolaan pembelajaran, penyampaian materi, serta bimbingan kepada siswa. Aspek peserta didik juga mengalami perkembangan. Pada siklus I, keterlibatan siswa dalam kategori Sangat Baik hanya 6 orang (24%), namun meningkat menjadi 11 orang (44%) pada siklus II. Selain itu, pada siklus II tidak ada lagi siswa dalam kategori Kurang, yang menunjukkan bahwa mayoritas murid telah aktif dan terlibat dalam proses mempelajari.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar keterampilan menulis kalimat juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I, dari 25 peserta didik, yang berhasil finis belajar adalah 17 siswa (68%), sedangkan 8 siswa (32%) belum selesai. Jumlah siswa yang selesai pada siklus II meningkat menjadi 21 orang (84%), dan hanya 4 siswa (16%) belum lengkap. Peningkatan ini menunjukkan betapa bermanfaatnya model picture and picture siswa memahami struktur kalimat, memilih kosa kata, dan menyesuaikan isi dengan gambar.
Ucapan Terima Kasih
Mempersiapkan artikel jurnal ini tentunya tidak lepas dari peran, bantuan dan dukungan dari sumber lain. Dengan tulus dan penuh hormat, saya sampaikan apresiasi dan penghargaan saya yang tulus kepada manajer, karena segala bimbingan, usul, motivasi, sebagai tambahan koreksi sudah diberikan sampai artikel ini dapat terselesaikan dengan baik.
[1] K. F. Adela, D. Dwifarzah, N. Fathia, and R. Hanifa, “Pengembangan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa di Sekolah Dasar,” Guruku: Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora, vol. 2, no. 3, pp. 167–176, 2024.
[2] Apdoludin, K. Saleh, I. Hamzah, R. Zunarti, M. Nafis, and A. Kurniawan, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach. Yogyakarta, Indonesia: Deepublish, 2023.
[3] M. Aprido, A. Muktar, A. Andriono, T. Asister, I. Tarida, A. Immanuel, A. Luvi, L. M. E. Manihuruk, W. Silaban, and I. Sibarani, Model Pembelajaran Kooperatif. Tasikmalaya, Indonesia: RCI Press, 2024.
[4] A. N. Fitriani, “Karangan Sederhana Melalui Picture and Picture dengan Gambar Seri pada Siswa Kelas III SDN Petompon 01 Semarang,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. 8, no. 9, p. 55, 2022.
[5] G. P. Ariawan, “Metode Picture and Picture dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu pada Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Agama Hindu, vol. 12, no. 1, 2021.
[6] S. Arikunto, Suhardjono, and Supardi, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara, 2017.
[7] E. Aryati, “Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII di MTs Tarbiyah Islamiyah di Kabupaten Rejang Lebong,” Diksa: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 1, no. 2, pp. 95–105, 2022, doi: 10.33369/diksa.v1i2.3183.
[8] A. N. Laili and B. Wirawati, “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Peserta Didik Kelas IV SDN Dukuh Kupang II/489 Surabaya,” Jurnal Arjuna: Publikasi Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Matematika, vol. 2, no. 5, pp. 300–312, 2024, doi: 10.61132/arjuna.v2i5.1221.
[9] E. Brown, “Enhancing Consumer Engagement through Mobile Marketing Strategies,” Journal of Consumer Behavior, vol. 12, no. 4, 2021.
[10] U. B. Cepi, S. Solekah, and P. Rahayu, “Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,” JOEL Journal of Educational and Language Research, vol. 1, no. 1, pp. 1–52, 2022, doi: 10.21608/pshj.2022.250026.
[11] R. L. Dahlia, E. M. Brahmana, R. G. Hatika, and S. Hariyanti, “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Picture and Picture terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Materi Sistem Pencernaan,” Ilmiah Edu Research, vol. 10, no. 2, pp. 1–6, 2021.
[12] Y. Eko, P. Utomo, A. S. Nugroho, and I. Listyarini, “Penerapan Model Picture and Picture terhadap Kemampuan Menulis Karangan,” e-Journal PGSD Mimbar PGSD, vol. 7, no. 2, pp. 49–56, 2020.
[13] S. Ghufron, “Variasi Kalimat Bahasa Indonesia dalam Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,” Edu-Kata, vol. 7, no. 1, pp. 103–112, 2021, doi: 10.52166/kata.v6i2.1811.
[14] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung, Indonesia: Pustaka Setia, 2020.
[15] Herna and S. Ramadhani, “Penerapan Model Picture and Picture Kemampuan Menulis Karangan Kelas III SD Negeri 068474 Medan Labuhan Tahun Ajaran 2022/2023,” Jurnal Binagogik, vol. 10, no. 2, pp. 83–88, 2023, doi: 10.61290/pgsd.v10i2.512.
[16] Husniatun, “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Muatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas 1A SDN 03/IX Senaung,” Jurnal Literasiologi, vol. 3, no. 2, pp. 69–81, 2020, doi: 10.47783/literasiologi.v3i2.95.
[17] Istarani, Model Pembelajaran Inovatif. Medan, Indonesia: Media Persada, 2021.
[18] Kaderi, “Upaya Menstimulus Dialog Berbahasa Indonesia pada Siswa Kelas I di SMP I Lokop Kecamatan Serbajadi,” Jurnal Penelitian Bahasa, vol. 2, 2021.
[19] K. Kadorin, L. Salem, and N. Heryana, “Keterampilan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X MIA 5 SMA Negeri 4 Pontianak,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Untan, vol. 6, no. 3, 2022.
[20] I. Khalid, “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek sebagai Terapi Ekspresif terhadap Emosi pada Peserta Didik Kelas XI MAN 3 Kota Jambi,” Jurnal Literasiologi, vol. 6, no. 2, pp. 1–13, 2021, doi: 10.47783/literasiologi.v6i2.253.
[21] A. Kurniawan, Transformasi Sistem Pendukung pada Model. Yogyakarta, Indonesia: Pembaharuan, 2022.
[22] S. Kusumawardani, G. Santoso, and I. Masrurotun, “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Metode Image Streaming Siswa Kelas III SDN Pondok Pinang 10,” in Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, pp. 1–8, 2020.
[23] Lindawati, “Kalimat Imperatif Bahasa Kepulauan Tukang Besi,” Jurnal Humanika, vol. 3, no. 15, pp. 6, 2015.
[24] Maharani, “Analisis Kesalahan Pola Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Narasi Siswa Kelas VI MIN 2 Bener Meriah,” Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, 2023.
[25] D. Mulyati et al., Meningkatkan Keterampilan Menulis. Jakarta, Indonesia: Genta Publishing, 2022.
[26] A. C. Nainggolan, D. A. Novi, and Faridah, “Penguasaan Kompetensi Kepribadian oleh Tenaga Pendidik sebagai Metode dalam Meraih Prestasi Belajar di Kelas,” Dharma Acariya Nusantara: Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, vol. 1, no. 1, pp. 114–124, 2023, doi: 10.47861/jdan.v1i1.263.
[27] N. Sari and H. D. Koeswanti, “Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kalimat Kelas II SDN Tingkir Tengah 02,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, vol. 9, Sep. 2024.
[28] Nurhafizah et al., “Application of Learning Model Picture and Picture to Improve Students’ Learning Outcomes in History Subject in Class X SMA N 1 XIII Koto Kampar,” Jurnal Pendidikan, vol. 1, pp. 1–10, 2021.
[29] S. Nurhayati, Pengaruh Kecerdasan Emosional dalam Sistem Pendukung pada Model. Klaten, Indonesia: Gema Insani Press, 2023.
[30] N. Purnama, Prinsip Mempelajari Model. Banyumas, Indonesia: New Public Administration, 2023.
[31] I. G. N. K. Putrayasa, “Jenis-jenis dan Pola Kalimat Bahasa Indonesia,” Universitas Udayana, vol. 10, 2020.
[32] L. Qulub, “Profesionalisme Pendidik dalam Proses Pembelajaran,” Dirasat: Jurnal Studi Islam & Peradaban, vol. 14, no. 1, pp. 29–44, 2019.
[33] N. Resmini, Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta, Indonesia: UT Press, 2019.
[34] R. Widianita et al., “Penerapan Media Kartu Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa di Kelas IV SD Muhammadiyah 20 Medan T.A 2022/2023,” At-Tawassuth: Jurnal Ekonomi Islam, vol. 8, no. 1, pp. 1–19, 2023.
[35] A. Salamun, A. Widyastuti, Syawaluddin, R. N. A. Iwan, J. Simarmata, E. J. Simarmata, Y. N. Suleman, C. Lotulung, and M. H. Arief, Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lampung, Indonesia: Yayasan Kita Menulis, 2023.
[36] K. Saliadin and L. Kuraedah, “Penerapan Metode Picture and Picture dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V B di MIN Konawe Selatan Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan,” Jurnal Al-Ta’dib, vol. 7, no. 1, pp. 88, 2020, doi: 10.33578/jpfkip.v7i1.5357.
[37] W. Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta, Indonesia: Kencana Prenada Media, 2021.
[38] A. Sari and N. Angraini, “Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berita Menggunakan Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) Siswa Kelas XII IIS 3 SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2022/2023,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pp. 109–120, 2023.
[39] M. N. Sari, S. Y. B. K. Mudrikah, M. T. Bua, Apdoludin, P. E. A. Ningsih, A. I. Budiyono, D. P. Hanifah, A. Dailami, and R. M. Cuhanazriansyah, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas & Research and Development. Sukoharjo, Indonesia: Pradina Pustaka, 2024.
[40] V. O. Sari, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Kotabumi,” Parataksis: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, vol. 1, no. 1, 2021, doi: 10.31851/parataksis.v1i1.2252.
[41] Setiawan, Pengaruh Disiplin pada Model. Bandung, Indonesia: Balai Pustaka, 2021.
[42] J. Setiawan, R. Budiasningrum, and A. S. Efendi, “Kajian Terhadap Unsur Kalimat Subjek, Objek, Predikat, dan Keterangan,” Jurnal Pendidikan Bahasa, vol. 1, no. 6, pp. 267–274, 2024.
[43] M. Sigalingging, Nazurty, and A. Mukminin, “Implementasi Picture and Picture dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Narasi Siswa Kelas VI SD 43/IV Kota Jambi,” Jurnal Magister Pendidikan Dasar, vol. 1, no. 2, pp. 506–515, 2020.
[44] E. A. Silitonga and I. Magdalena, “Gaya Belajar Siswa di Sekolah Dasar Negeri Cikokol 2 Tangerang,” Pensa: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, vol. 2, no. 1, pp. 17–22, 2020.
[45] J. Smith, Mengenali Sistem Sosial Model. Bali, Indonesia: Ghalia Indonesia, 2021.
[46] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta, 2020.
[47] Supriyono, Psikologi Belajar. Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta, 2019.
[48] A. P. Susanti and N. N. Kusmariyani, “Penerapan Model Picture and Picture Berbasis Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Pengetahuan IPA,” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, vol. 1, no. 2, pp. 99–106, 2021.
[49] R. Wahyu, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta, 2020.
[50] B. Widiatmoko and K. A. Sukarto, “Pembahasan Topik Perluasan Kalimat dalam Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia: Analisis Perbandingan,” Pujangga, vol. 7, no. 1, pp. 115, 2021, doi: 10.47313/pujangga.v7i1.1172.
[51] N. P. A. Wilantari, I. M. Suara, and S. Putra, “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture Berbantuan Media Flip Chart untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak,” e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 4, no. 3, pp. 1–10, 2016.
[52] M. Yanto, “Strategi Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 45 Curup,” Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, vol. 6, no. 2, 2020.
[53] Zulkarnaini, “Peningkatan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Mahasiswa PGSD Semester I melalui Drill Method,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 1, no. 2, pp. 1–9, 2021.