Login
Section Education

Mathematics Learning Improvement Through Example-Non-Example with Flannel Board

Peningkatan Pembelajaran Matematika Melalui Contoh dan Non-Contoh dengan Papan Flanel
Vol. 10 No. 2 (2025): December:

Gusta Rahadi (1), Nurlev Avana (2), Apdoludin (3)

(1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah, Muara Bungo, Indonesia
(2) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah, Muara Bungo, Indonesia
(3) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah, Muara Bungo, Indonesia

Abstract:

General Background: Mathematics is a compulsory subject in Indonesian primary education as it develops logical reasoning and problem-solving skills, yet many students face difficulties due to monotonous teaching approaches. Specific Background: Preliminary observations in grade III of SDN 11/II Teluk Pandak revealed only 30.43% of students achieved the minimum mastery criteria, largely due to low engagement and ineffective instructional strategies. Knowledge Gap: While previous studies have shown the benefits of Example Non-Example models and flannel board media separately, limited research has examined their combined application in elementary mathematics learning. Aims: This study aimed to improve students’ mathematics learning processes and outcomes by integrating the Example Non-Example model with flannel graph media. Results: Using classroom action research across two cycles, findings demonstrated significant improvement, with student mastery increasing from 30.43% (pre-cycle) to 56.52% (cycle I) and 91.30% (cycle II). Novelty: The strategic integration of visual-conceptual learning through Example Non-Example with interactive flannel media offers a more engaging and contextualized learning experience. Implications: These findings suggest that combining innovative instructional models with concrete media can foster active participation, enhance conceptual understanding, and serve as a practical strategy for improving mathematics education in elementary schools.
Highlight :











  1. Model Example Non-Example with flannel graph improved mathematics learning outcomes.




  2. Student achievement increased significantly from cycle I to cycle II.




  3. Learning became more active, engaging, and effective.




Keywords : Learning Process, Learning Outcomes, Example Non-Example, Flannel Graph, Mathematics








Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensinya berupa kekuatan rohani dan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, negara, dan bangsa, pendidikan merupakan upaya yang disengaja dan terencana untuk menciptakan lingkungan dan proses belajar. Salah satu ilmu pendidikan yang utama adalah matematika, menurut Rahmawati et al., (2023:65) metematika adalah topik yang memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan sehari-hari.

Hal tersebut tertulis dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Menurut Pasal 37 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, matematika merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Matematika memiliki peran penting dalam melatih kemampuan penalaran siswa. Karena dapat membantu orang berpikir lebih adaptif terhadap perubahan zaman, matematika sangatlah penting. Ide, konsep, dan konsep merupakan fokus matematika, sebuah ilmu yang disusun secara metodis untuk mendorong pemikiran kritis. Lebih dari itu, semua ilmu pengetahuan diturunkan dari matematika. Ilmu pasti yang akhirnya berkembang menjadi sains terapan untuk kemajuan teknologi dan nilai manusia (Awaludin et al., 2021:1-2).

Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami pembaruan seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Dalam konteks pembelajaran matematika, kurikulum dibuat untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan dasar dalam berpikir logis, berhitung, dan memecahkan masalah dalam situasi dunia nyata. Kurikulum Merdeka, yang merupakan kurikulum terbaru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menempatkan mata pelajaran matematika sebagai sarana penting untuk menumbuhkan kapasitas berpikir kritis dan kreatif siswa sejak dini (Kemendikbudristek, 2022).

Dalam Kurikulum Merdeka, matematika tidak hanya diajarkan sebagai kumpulan rumus dan hitungan, melainkan sebagai sarana membentuk kemampuan bernalar dan memecahkan masalah kontekstual. Pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar difokuskan pada pengembangan kemampuan numerasi dasar yang mencakup bilangan, pengukuran, geometri, serta penyajian dan analisis data (Kemendikbudristek, 2022). Tujuan dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat memahami ide tersebut, tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Matematika seharusnya diajarkan melalui metode sesuai dengan tahap perkembangan kognitif pada anak muda. Model memperoleh pengetahuan inovatif seperti Example Non Example dan penggunaan media konkret seperti papan flanel dapat menjadi alternatif efektif untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman konsep matematika dengan cara yang menyenangkan dan bermakna (Utami et al., 2021:144).

Kebaruan dari pendekatan ini terletak pada kombinasi strategis antara model pembelajaran Example Non Example dengan media flanel yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman konseptual siswa secara simultan. Berbeda dengan metode tradisional yang cenderung bersifat verbal dan pasif, pendekatan ini menekankan pembelajaran visual-eksploratif serta kolaboratif yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar.

Dalam praktik konvensional, guru cenderung menjelaskan konsep matematika secara langsung tanpa melibatkan siswa secara aktif, yang membuat proses belajar menjadi monoton dan kurang bermakna. Dengan mengintegrasikan contoh visual (gambar) dan media manipulatif seperti papan flanel, pendekatan ini tidak hanya membuat materi lebih mudah dipahami, tetapi juga mendorong siswa untuk membangun pemahamannya sendiri melalui pengamatan dan diskusi.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh, termasuk melalui pembelajaran matematika yang memainkan peran penting dalam kehidupan dan pengembangan berpikir logis. Matematika diwajibkan di jenjang dasar dan menengah karena dapat melatih penalaran serta mendukung kemajuan teknologi.

Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inovatif dapat meningkatkan efektivitas belajar matematika. Utami et al. (2021:144) menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran Example Non Example mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan jika disertai dengan media konkret. Ibrohim (2018:133) menjelaskan bahwa model Example Non Example sangat efektif karena siswa dapat mengamati gambar, menganalisis, dan menggeneralisasikan informasi dari contoh dan bukan contoh. Sementara itu, Sakti & Parhan (2020:228) menunjukkan bahwa media papan flanel mampu meningkatkan minat belajar siswa karena bersifat interaktif dan mendukung partisipasi aktif. Namun, penelitian yang secara khusus mengintegrasikan model Example Non Example dengan media flanel dalam konteks pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengisi kesenjangan tersebut dan memberikan bukti empiris yang lebih kontekstual.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 26–29 September 2024 di kelas III SD Negeri 11/II Teluk Pandak, ditemukan bahwa proses pembelajaran kurang efektif. Sebagian besar siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi, dan banyak dari mereka yang berbicara dengan teman sebangkunya, bermain, menggambar, atau bahkan keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, di mana hanya 30,43% siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKTP) 70. Selain itu, hasil wawancara dengan wali kelas, Ibu Yulinar, S.Pd mengungkapkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran. Ibu Yulinar juga menambahkan bahwa metode instruksinya tidak sesuai dan kurang menarik dengan karakteristik mahasiswa, maka dari itu banyak sekali mahasiswa belum memahami materi yang disampaikan.

Aktivitas tersebut tentu membuat latihan-latihan edukatif untuk kelas menjadi terganggu dan terkesan tidak efisien sehingga dapat membahayakan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses pembelajaran, hanya ada 30,43% yang tuntas dalam pembelajaran matematika. Data nilai ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

No Nama Peserta Didik KKTP Nilai Keterangan
1 AF 70 70 Siswa mampu menunjukkan kemampuan kognitif dalam membandingkan dan mengurutkan bilangan cacah tiga angka serta menggunakan simbol <, >, = secara tepat.
2 AR 70 50 Siswa masih mengalami hambatan dalam proses kognitif, terutama dalam membedakan nilai tempat dan penggunaan simbol perbandingan.
3 AA 70 40 Siswa belum menguasai kemampuan kognitif dasar dalam memahami dan mengurutkan bilangan serta membandingkan dua bilangan.
4 AF 70 70 Siswa menunjukkan perkembangan kognitif yang cukup dalam membandingkan bilangan, meskipun masih keliru dalam urutan menurun.
5 AP 70 40 Siswa belum berhasil membangun kemampuan kognitif dalam membandingkan dan mengurutkan bilangan secara logis.
6 CUP 70 70 Siswa memahami konsep kognitif dasar, mampu mengurutkan bilangan dengan bantuan media flanel, serta membedakan nilai tempat.
7 DB 70 50 Siswa mampu menunjukkan sebagian kemampuan kognitif dalam membandingkan bilangan, namun belum konsisten dalam penggunaan simbol.
8 G 70 50 Siswa mengalami kesulitan dalam proses kognitif, terutama dalam membedakan bilangan puluhan dan ratusan secara akurat.
9 HS 70 70 Siswa mampu menerapkan proses kognitif dalam menyusun bilangan dan menjelaskan nilai tempat secara sederhana.
10 KGR 70 50 Siswa belum menunjukkan kemampuan kognitif yang memadai dalam mengurutkan bilangan dan menerapkan strategi visual.
11 LM 70 50 Siswa memiliki pemahaman kognitif yang masih terbatas dan belum dapat menerapkannya dalam soal pengurutan kompleks.
12 M. SF 70 70 Siswa dapat menggunakan kemampuan kognitif dengan baik dalam membandingkan dan mengurutkan bilangan, serta aktif saat diskusi
13 MU 70 40 Siswa belum menunjukkan penguasaan kognitif dalam membedakan nilai tempat bilangan, dan kurang fokus saat pembelajaran.
14 M. AA 70 40 Siswa belum menunjukkan pengembangan kognitif yang memadai dalam memahami urutan bilangan dan penggunaan simbol matematika.
15 M. RA 70 70 Siswa mampu menerapkan kemampuan kognitif dalam mengurutkan dan membandingkan bilangan serta memahami simbol dengan baik.
16 M 70 40 Siswa belum dapat menunjukkan proses kognitif dalam mengenali nilai tempat dan melakukan pengurutan bilangan secara tepat.
17 M. SJ 70 50 Siswa memiliki sebagian pemahaman kognitif, namun masih salah dalam membandingkan bilangan yang digitnya serupa.
18 M. AR 70 70 Siswa menunjukkan kemampuan kognitif yang baik dalam membedakan nilai tempat dan menyusun bilangan dengan benar.
19 RL 70 40 Siswa belum mampu menunjukkan proses kognitif yang benar dalam memahami bilangan besar dan kecil serta mengurutkannya.
20 RA 70 50 Siswa belum konsisten menerapkan keterampilan kognitif dalam membandingkan bilangan dengan simbol yang sesuai.
21 RP 70 50 Siswa memiliki kemampuan kognitif yang terbatas, masih keliru dalam mengurutkan bilangan dari terkecil ke terbesar.
22 RP 70 50 Siswa belum tuntas dalam proses kognitif, terutama dalam menyusun urutan dan penggunaan simbol matematika secara tepat.
23 ZAA 70 60 Siswa cukup mampu menerapkan pemahaman kognitif dalam pengurutan bilangan, namun masih butuh penguatan dalam perbandingan bilangan besar.
Jumlah Skor 1.240
Rata-Rata 53,91
Jumlah Siswa Peserta Tes 23 (100%)
Jumlah Siswa Tuntas 7 (30,43%)
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 16 (69,56%)
Jumlah Siswa Mencapai KKM 30,43%
Table 1. Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Matematika

Sumber data: Dokumen Kelas III SD Negeri 11 Teluk Pandak Kecamatan Tanah sepenggal Kabupaten Bungo.

Berdasarkan pada tabel 1 diatas dapat mengamati itu dari 23 siswa, ditemukan 7 siswa atau 30,43% siswa yang tuntas dan 16 atau 69,56% siswa yang tidak tuntas, dengan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) 70. Memeriksa tujuan pembelajaran siswa, perlu ditingkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti berasumsi bahwa penyebab rendahnya hasil belajar karena : 1) Pembelajaran matematika kelas III disampaikan dengan tidak mengunakan model atau pembelajaran terkesan membosankan, 2) penggunaan model pembelajaran tidak sesuai dengan kondisi siswanya. Diantara unsur-unsur yang disebutkan di atas, penyebab utama permasalahan dalam penelitian ini adalah siswa sulit memahami materi yang disampaikan. Di antara pilihannya peneliti tawarkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran example non example dengan menggunakan media papan flanel. Model Examples Non Example digunakan sebagai media pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran contoh-non-contoh. Penggunaan gambar-gambar ini direncanakan dan disusun agar anak-anak dapat mengamati gambar dan memberikan penjelasan singkat tentang apa yang mereka lihat.didalam gambar. Penerapan Examples Non Example mempermudah siswa untuk mengklasifikasi, membuat konsep baru, membuat generalisasi dan mendeskripsikannya (Ibroim, 2018:133).

Pemilihan media yang tepat, salah satunya media yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, sama pentingnya bagi keberhasilan proses pembelajaran seperti halnya penggunaan model papan flanel. Media ini juga dilengkapi dengan permainan yang bertujuan agar dalam suatu pembelajaran khususnya matematika, siswa akan bersemangat dan tidak cepat merasa bosan. Siswa dapat berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran karena papan flanel dapat dirakit dan dibongkar. Selain itu, papan flanel dapat digunakan untuk memberikan pengalaman belajar yang unik dan bervariasi bagi siswa. (Sakti & Parhan, 2020:228).

Menggunakan media untuk mengimplementasikan model pembelajaran Examples Non Example papan flanel hal ini dapat mendorong pembelajaran yang lebih menarik, baik dalam kelompok maupun secara individu.mengembangkan rasa keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam berkelompok serta meningkatkan hasil belajar yang permanen. Dan juga siswa lebih bersemangat untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran melalui metode yang disajikan sehingga dapat meningkatkan tujuan pembelajaran bagi siswa. Mengingat sejarah yang telah dikemukakan, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Example Non Example Berbantu Media Flanel Graph (Papan Flanel) Di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 11/II Teluk Pandak”.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan jenis penelitian yang dilaksanakan guru dalam bentuk tindakan tertentu untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Rustiyarso & Wijaya, 2020:14). Pemilihan metode PTK didasarkan pada karakteristik penelitian ini yang bertujuan langsung untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas melalui tindakan nyata dan refleksi berkelanjutan. Penelitian tindakan guru di kelas ini melakukan penelitian refleksi diri di kelas mereka sendiri dengan tujuan meningkatkan kinerja guru, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan hasil belajar peserta didik meningkat. (Rustiyarso & Wijaya, 2020:14) menyebutkan penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan meningkatkan standar proses pembelajaran dikenal sebagai penelitian tindakan kelas, atau PTK. Selain itu, PTK juga relevan digunakan karena memberi ruang bagi guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran secara langsung, merancang solusi melalui tindakan terencana, mengamati dampaknya, serta melakukan refleksi untuk perbaikan berkelanjutan.

Penelitian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengatasi kekurangan dalam proses pembelajaran melalui tindakan yang telah direncanakan sebelumnya sesuai dengan protokol kerja dikenal sebagai penelitian tindakan kelas. (Avana et al., 2020:52). Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai proyek penelitian yang dilakukan di lingkungan kelas untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran dan meningkatkan kualitas dan hasil instruksi. Dengan tujuan utama yaitu untuk memperbaiki, meningkatkan kinerja atau kualitas guru dalam mengajar. Dengan demikian, metode ini sangat sesuai digunakan dalam penelitian ini yang ingin mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada materi nilai tempat bilangan melalui pendekatan inovatif.

Dalam setiap penelitian, setelah semua data terkumpul harus dianalsis secara akurat dan objektif. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjaseperti yang disarankan oleh data (Hasan, 2010:29 ). Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif.

Dalam setiap penelitian, setelah data terkumpul harus dianalisis secara akurat dan objekrif. Analisis data merupakan tahap yang paling penting dan menentukan dalam suatu penelitian.

Desain Penelitian ini memanfaatkan prosedur yang telah diusulkan oleh model Kemmis & Taggart yang mana menurut mengemukakan rancangan Kemmis & Taggart tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan dan pengamatan (acting&observe), refleksi (reflect), dan perencanaan ulang (resived plan).

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

•Kisi-kisi soal tes hasil belajar

•Soal evaluasi pembelajaran siklus I dan II

•Lembar observasi aktivitas siswa dan guru

•Format catatan lapangan dan dokumentasi

Adapun tahap dari komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) diselesaikan secara bersamaan, artinya disaat peneliti bertindak peneliti langsung melakukan pengamatan. Selain dari komponen satu kegiatan menggabungkan pengamatan dan tindakan.menurut Kemmis & Taggart perencanaan ulang diperlukan; ini didasarkan pada gagasan bahwa tindakan yang telah diambil perlu ditingkatkan dan disarankan. (Ardiawan & Wiradnyana, 2020:117) Siklus-siklus dalam penelitian dapat digambarkan dalam model seperti gambar di bawah ini.

Figure 1. Model Kemmis dan MC Taggart (Aliyyah et al., 2021:320)

Hasil dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas III SDN 11/II Teluk Pandak telah dilaksanakan secara efektif. Hal ini terlihat dari hasilnya. observasi Ini menunjukkan bagaimana pembelajaran telah berubah. Hal ini dikarenakan semula guru lebih banyak menggunakan teknik tradisional, seperti ceramah dan kadang-kadang sesi tanya jawab. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas III SDN 11/II Teluk Pandak menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus yang dilaksanakan. Pada siklus I, rata-rata ketuntasan belajar siswa sebesar 56,52%, dan meningkat tajam pada siklus II menjadi 91,30%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa penerapan model Example Non Example berbantu media flanel graph (papan flanel) dapat mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman konsep, khususnya dalam pelajaran Matematika.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil ini selaras dengan temuan dari Sari (2019) yang menyatakan bahwa penggunaan model Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi melalui gambar atau contoh visual. Selain itu, penelitian oleh Prasetyo (2021) juga menunjukkan bahwa penggunaan media flanel graph dalam pembelajaran mampu meningkatkan perhatian dan minat siswa, sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar.

Para peneliti mencoba menerapkan paradigma tersebut dalam peran mereka sebagai pendidik dalam example non example berbantu media flanel graph (papan flnel). Aktifitas siswa mengalami peningkatan yang lebih baik seiring dengan efektifitas pembelajaran yang dilaksanakan. Metode dan media kemampuan siswa untuk belajar aktif didorong dan didukung melalui pembelajaran inovatif. Bimbingan kelompok meningkatkan pembelajaran siswa.

Dari kedua siklus dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kelas III SDN 11/II Teluk Pandak lebih meningkat jika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) pada siklus I memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 56,52%. Sedangkan pada siklus II siswa kelas III SDN 11/II Teluk Pandak dengan menggunakan model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) pada siklus II memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 91,30%. Dengan melihat tabel hasil belajar siswa pada siklus II ternyata hasil belajar siswa meningkat dari 55,52% pada siklus I, menjadi 91,30% pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas III SDN 11/II Teluk Pandak dengan model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) tersebut dapat meningkat hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesa yang diajukan dalam PTK ini dapat diterima.

Berdasarkan pada siklus I dan II dengan menggunakan model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) dapat menggairah semangat siswa dalam mengikuti pebelajaran.

Dari setiap penelitian tindakan mulai dari siklus I dan II terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebagaimana terdapat pada tabel sebagai berikut :

Keterangan Siklus I Siklus II
Tuntas 13 (56,52%) 21 (91,30%)
Tidak Tuntas 10 (43,47%) 2 (8,70)
Table 2. Persentase Pencapaian KKTP Pebelajaran Matematika Siklus I dan Siklus II

Figure 2. Ketuntasan Hasil belajar Siklus I, Siklus II

Berdasarkan pada tabel dan grafik diagram diatas dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, perolehan nilai rata-rata setiap siklus selalu meningkat yakni siklus I sebesar 56,52% dan siklus II sebesar 91,30%. Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Matematika melalui model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) pada siswa kelas III SDN 11/II Teluk Pandak. Berdasarkan data diatas pembelajaran yang diteliti oleh peneliti bersama guru dalam pembelajaran Matematika melalui model model example non example berbantu media flanel graph (papan flnel) berhenti sampai siklus II karena indikator keberhasilan sudah tercapai dengan sangat baik.

Dari sudut pandang teori konstruktivisme, pembelajaran menjadi efektif karena siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman visual dan aktivitas interaktif. Model Example Non Example memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar (contoh konkret), mendiskusikannya dalam kelompok, lalu menyimpulkan konsep berdasarkan pemahaman mereka sendiri. Ini sesuai dengan pandangan Jean Piaget, bahwa siswa membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan stimulasi visual, serta pandangan Vygotsky tentang pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran.

Dari perspektif teori behaviorisme, peningkatan hasil belajar juga dapat dijelaskan melalui prinsip penguatan positif. Melalui model pembelajaran yang menyenangkan dan media yang Hindari pengulangan redaksi terlalu banyak dari pembahasan agar kesimpulan lebih padat dan reflektifmenarik, siswa memperoleh stimulus visual dan sosial yang memperkuat respons positif mereka terhadap pembelajaran. Ketika siswa berhasil mengerjakan soal berdasarkan gambar yang ditampilkan, penguatan berupa pujian, pengakuan kelompok, atau hasil yang lebih baik mendorong terbentuknya kebiasaan belajar aktif dan termotivasi.

Dengan demikian, baik dari sisi teori konstruktivisme maupun behaviorisme, dapat disimpulkan bahwa model Example Non Example berbantu media flanel graph secara teoritis mendorong motivasi, keterlibatan aktif, dan pemahaman konsep siswa secara bermakna.

Simpulan

Berdasarkan analisis data dari siklus I dan II, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1.Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Model pembelajaran Example Non Example berbantu media flanel graph terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelas III SD Negeri 11/II Teluk Pandak. Proses belajar berlangsung aktif, menyenangkan, dan mendorong keterlibatan siswa secara langsung.

2.Hasil Belajar Siswa Meningkat Signifikan

Terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 30,43% pada pra-siklus, menjadi 56,52% di siklus I, dan mencapai 91,30% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan efektif dalam membantu pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Matematika.

3.Peningkatan Keterampilan Guru dan Aktivitas Siswa

Selama pelaksanaan pembelajaran, keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menyampaikan materi meningkat, disertai peningkatan aktivitas siswa yang lebih partisipatif dan fokus.

4.Implikasi Praktis bagi Pembelajaran

Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan media konkret seperti flanel graph dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran serta membantu visualisasi materi yang abstrak. Guru dianjurkan untuk memanfaatkan pendekatan visual dan partisipatif dalam proses belajar. Sekolah juga diharapkan mendukung penggunaan media inovatif melalui penyediaan fasilitas dan pelatihan yang relevan.

5.Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian serupa direkomendasikan untuk diterapkan pada mata pelajaran atau jenjang pendidikan lainnya guna menguji konsistensi efektivitas model. Selain itu, pengembangan ke arah integrasi media flanel dengan teknologi digital atau pengkajian terhadap dampaknya pada aspek keterampilan lain, seperti kreativitas, komunikasi, dan kerja sama siswa, juga menjadi arah yang potensial untuk penelitian lanjutan.

Ucapan Terima Kasih

Terselesaikannya penyusunan artikel jurnal ini saya tidak akan bisa melakukan semua ini tanpa ketekunan, doa, dorongan, dan bantuan dari beberapa Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing atas semua bimbingan dan inspirasi yang telah diberikannya kepada saya. dan revisi bagi penulis untuk menyelesaikan artikel jurnal ini.

References

[1] L. A. Abdilah, M. Sufyati, P. Muniarti, I. N. S. D. Retnandari, et al., Metodologi Penelitian & Analisis Data Comprehensive. Insania, 2021.

[2] R. R. Aliyyah, S. Saraswati, S. W. Ulfah, and S. Ikhwan, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya Menggunakan Media Video Pembelajaran,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, vol. 7, no. 2, pp. 317–326, 2021, doi: 10.37905/aksara.7.2.317-326.2021.

[3] N. Alvianita, Abusta, T. Sumardi, and W. Fatimah, “Model Evaluasi Penilaian untuk Kerja Berbasis Literasi Matematika,” Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 18, no. 3, pp. 137–146, 2020.

[4] S. Amalia Adila, Suyoto, Suyari, and R. S. Dwi, “Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Nilai Norma Kelas V,” Jurnal Innovative, vol. 4, no. 2, 2024.

[5] Amin and L. Y. S. Sumendap, Model Pembelajaran Kontemporer. Pusat Penerbitan LPPM, 2022.

[6] I. K. N. Ardiawan and I. G. A. Wiradnyana, Kupas Tuntas Penelitian Tindakan Kelas (Teori, Praktik, dan Publikasinya). Nilacakra, 2020.

[7] N. Avana, Aprizan, S. Dahry, and Jumiyatun, “Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Course Review Horay (CRH) di Kelas IV SDN 65/II Sungai Bangsat Kecamatan Pelepat,” Jurnal Inovasi Pendidikan dan Teknologi Informasi (JIPTI), vol. 1, no. 2, pp. 49–55, 2020, doi: 10.52060/pti.v1i2.358.

[8] A. A. R. Awaludin, N. Rosalina, S. Dahlya, Bernadus, et al., Teori dan Aplikasi Pembelajaran Matematika di SD/MI. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.

[9] A. Barokah, A. Zahra, A. Zhafira, and R. Adawiah, “Menganalisis Penerapan Proses Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan Berdasarkan Teori Behaviorisme di Sekolah Dasar,” Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 6, no. 3, pp. 2312–2319, 2024, doi: 10.31004/edukatif.v6i3.6645.

[10] D. Damanik, A. Holid, M. Hayati, Z. R. Mufidah, et al., Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. CV. Rey Media Grafika, 2024.

[11] E. Fauziah, “Model Pembelajaran Example Non-Example terhadap Kemampuan Matematika pada Materi Pecahan Siswa Kelas II SD,” Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, vol. 9, no. 1, pp. 41–46, 2022, doi: 10.17509/jppd.v9i1.4478.

[12] A. Hakim, Hasnah, and Hendra, “Penerapan Model Pembelajaran Example Non Examples untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, vol. 1, pp. 108–120, 2022.

[13] S. Harahap, “Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV MIN 5 Medan Tahun Ajaran 2019/2020,” pp. 1–9, Feb. 2020.

[14] N. I. El Hikam, 30 Karya Esai Matematika Dalam Kehidupan. Guepedia, 2021.

[15] A. Ibrohim, Strategi Pembelajaran Inovatif: Kontekstual, Reflektif, Metakognitif, dan Cooperative Learning. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018.

[16] A. Ibroim, Jejak Inovasi Pembelajaran IPS Mengembangkan Profesi Guru Pembelajar. Leutikaprio, 2018.

[17] Y. Imelda, “Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD N 1 Sukoharjo,” 2023.

[18] D. Indrapangastuti, Berpikir Kritis Melalui Problem Based Learning (Teori dan Implementasi), 2023.

[19] L. Indriyani, “Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, vol. 2, no. 1, pp. 19, 2019.

[20] Junaidi, Media Visual Sukses Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. CV. Adanu Abimata, 2023.

[21] D. M. Kadir and A. Nadjamuddin, “Penerapan Metode Example Non Example Dalam Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika di Kelas II SDN 4 Limboto Kabupaten Gorontalo,” Educator (Directory of Elementary Education Journal), vol. 1, no. 2, pp. 107–121, 2020, doi: 10.58176/edu.v1i2.166.

[22] A. Kaharuddin and N. Hajeniati, Pembelajaran Inovatif & Variatif: Pedoman untuk Penelitian PTK dan Eksperimen. Pusaka Almaida, 2020.

[23] Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka SD. Jakarta: Kemendikbudristek, 2022.

[24] Mukhid, Metodologi Penelitian Kuantitatif. CV. Jakad Media Publishing, 2021.

[25] Mulyoto, Konvergensi, 2020.

[26] S. Noor, “Penggunaan Quizizz dalam Penilaian Pembelajaran pada Materi Ruang Lingkup Biologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.6 SMA 7 Banjarmasin,” Jurnal Pendidikan Hayati, vol. 6, no. 1, pp. 1–7, 2020.

[27] M. Novita, PTK Tidak Horor. Pustaka Media Guru, 2018.

[28] N. Audie, “Peran Media Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, vol. 2, no. 1, pp. 586–595, 2019.

[29] A. Prasetyo, “Pengaruh Penggunaan Media Flanel Graph terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan, vol. 12, no. 1, pp. 45–52, 2021.

[30] N. Qorimah, R. Hasanah, and I. Mutia, “Penerapan Media Papan Flanel untuk Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, vol. 4, no. 1, pp. 89–95, 2024.

[31] S. Rahman, “Pentingnya Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,” Alfihris: Jurnal Inspirasi Pendidikan, vol. 2, no. 3, pp. 61–68, 2021, doi: 10.59246/alfihris.v2i3.843.

[32] S. T. Rahmawati, B. Wijayama, N. Rahmayanti, and C. P. C. Utami, Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Era Digital. Cahya Ghani Recovery, 2023.

[33] Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara, 2003.

[34] F. Rizal and M. Ihsan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Pendidikan Kejuruan. CV. Merdeka Kreasi Group, 2023.

[35] Rustiyarso and T. Wijaya, Panduan dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. PT. Huta Parhapuran, 2020.

[36] I. P. Sakti and M. Parhan, “Media Pembelajaran Inovatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, vol. 7, no. 2, pp. 223–230, 2020.

[37] M. C. Saragih and I. Situmorang, “Penerapan Model Example Non Example pada Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Swasta Methodist Pematangsiantar,” JBSI: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 2, no. 1, pp. 23–34, 2022, doi: 10.47709/jbsi.v2i01.1497.

[38] R. Sari, “Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.” Universitas [Lengkap], 2019.

[39] D. Setiawan and I. M. Sudana, “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, vol. 8, no. 2, pp. 85–91, 2021.

[40] Sumardi, M. Toyib, and A. Nurcahyo, “Model Evaluasi Penilaian untuk Kerja Berbasis Literasi Matematika,” 2023.

[41] R. N. Utami, S. Sutrisno, and A. S. Nugroho, “Penerapan Model Example Non Example dengan Media Konkret untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa,” Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, vol. 6, no. 1, pp. 140–148, 2021.

[42] R. Utami, N. Mustakim, A. Taufiq, S. Rahmi, T. Sanwil, D. Febrianingsih, I. R. Bahtiar, N. Amzana, N. Ulfa, and M. Surur, Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.

[43] Warsiman, Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Media Nusa Creative, 2022.