Siti Chairun Nisyah Nisyah (1), Wahyudin Nur Nasution (2), Solihah Titin Sumanti (3)
General Background: Effective learning strategies and student motivation are critical to achieving optimal educational outcomes, especially in Islamic education. Specific Background: In Madrasah Ibtidaiyah, particularly in MI Al-Fajar Medan Deli, the teaching of Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) is still dominated by conventional lecture methods, resulting in low student engagement and achievement. Knowledge Gap: Limited studies have examined the combined effect of learning strategies and motivation on SKI learning outcomes at the elementary Islamic education level. Aims: This study aims to investigate the influence of learning strategies (Project-Based Learning vs. Expository) and learning motivation on SKI achievement. Results: Using a 2x2 factorial experimental design with 40 students, findings reveal that Project-Based Learning (PjBL) significantly outperforms the expository method in improving SKI learning outcomes. Both high and low motivation groups benefit more from PjBL, and a significant interaction exists between learning strategy and motivation. Novelty: This study is the first to integratively analyze the simultaneous effects of teaching strategy and student motivation on SKI performance in MI Al-Fajar using real classroom data. Implications: The findings support the implementation of PjBL as a superior strategy, particularly when aligned with student motivation levels, to enhance Islamic cultural history learning in primary religious education settings.Highlight :
Keywords : Project-Based Learning, Learning Motivation, Learning Outcomes, Expository Strategies, SKI
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta berbagai sumber belajar dalam suatu lingkungan pendidikan. Proses ini melibatkan pemberian dukungan dari pendidik guna mendorong tercapainya pemahaman ilmu, penguasaan keterampilan, pembentukan karakter, serta pengembangan sikap dan kepercayaan diri pada peserta didik. Singkatnya, pembelajaran bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik agar mampu belajar secara optimal [1]. Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik, guru, serta berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungan pendidikan. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi siswa agar mampu membangun pengetahuan, keterampilan, sikap, serta karakter secara menyeluruh. Dalam pendidikan Islam, khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), pembelajaran tidak hanya difokuskan pada penyampaian informasi sejarah, tetapi juga bertujuan membentuk sikap religius dan pemahaman nilai-nilai luhur peradaban Islam.
Dalam konteks pendidikan Islam, khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), pembelajaran tidak hanya menekankan pada transfer pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai-nilai historis dan religius. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran SKI kerap dianggap membosankan oleh peserta didik karena dominasi metode ceramah dan kurangnya aktivitas yang melibatkan mereka secara langsung [2]. Namun demikian, realitas pembelajaran SKI di tingkat madrasah ibtidaiyah, khususnya di MI Al-Fajar Medan Deli, masih menghadapi berbagai tantangan. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2025 menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat
konvensional dan berpusat pada guru. Penggunaan strategi ceramah yang monoton menyebabkan keterlibatan siswa menjadi minim, suasana belajar terasa kaku, dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi rendah. Kurangnya perhatian guru terhadap pelaksanaan pembelajaran, terutama dalam pemilihan dan penerapan strategi yang tepat, akan memengaruhi aktivitas belajar siswa. Penggunaan strategi yang tidak sesuai dapat menyebabkan rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat berujung pada kejenuhan di kalangan siswa, yang kemudian berdampak pada rasa malas untuk belajar dan tingkah laku yang tidak terfokus selama proses pengajaran. Akibat dari kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran, mereka menjadi kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan, yang akhirnya mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang mereka capai.
Penelusuran terhadap studi-studi terdahulu, seperti yang dikemukakan oleh Suprijono mengindikasikan bahwa penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat berpotensi menghambat partisipasi aktif siswa dan berdampak pada capaian akademik mereka. Sebaliknya, strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Namun, berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, masih sedikit penelitian yang secara spesifik menganalisis pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar secara bersamaan terhadap hasil belajar SKI di tingkat MI, terutama di wilayah Medan Deli. Inilah celah penelitian yang berusaha diisi oleh studi ini [3].
Berkaitan dengan motivasi belajar, peneliti mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang terjadi di MI Al-Fajar Medan Deli. Temuan ini diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dengan melibatkan guru sebagai narasumber utama. Meskipun madrasah ini telah dilengkapi dengan sarana yang cukup memadai dan memiliki peserta didik dengan latar belakang kemampuan yang beragam, tetap ditemukan kendala dalam proses pembelajaran. Permasalahan pertama adalah metode pembelajaran yang masih didominasi oleh pendekatan berpusat pada guru (teacher-centered), sehingga siswa memiliki ruang yang terbatas untuk aktif terlibat. Kedua, peserta didik merasa kurang nyaman ketika proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah tradisional, yang menyebabkan rendahnya partisipasi aktif siswa dan berdampak pada suasana kelas yang menjadi kurang kondusif. Selanjutnya, ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menjalin kerja sama dengan teman-teman sekelasnya. Kurangnya kemampuan kolaboratif ini menunjukkan bahwa interaksi positif antar siswa belum berkembang secara optimal. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pun masih tergolong rendah. Hal ini tercermin dari minimnya ketertarikan dan keterlibatan mereka selama proses belajar berlangsung, serta semangat belajar yang belum terbentuk secara konsisten. Masalah terakhir yang teridentifikasi adalah kurangnya konsentrasi siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya minat terhadap topik pembelajaran, penggunaan metode yang monoton, serta adanya gangguan eksternal yang memengaruhi fokus belajar siswa.
Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas IV MI Al-Fajar Medan Deli selama dua tahun terakhir, ditemukan bahwa pencapaian siswa belum mencapai target yang diharapkan. Pada tahun ajaran 2023/2024, dari total 40 siswa (20 siswa kelas IV A dan 20 siswa kelas IV B), hanya 47% yang memperoleh nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75. Sementara itu, pada tahun ajaran 2024/2025, terjadi sedikit peningkatan, yakni 54% siswa yang memenuhi KKM. Walaupun ada peningkatan, jumlah tersebut masih jauh dari target ketuntasan ideal. Bahkan, berdasarkan hasil ujian tengah semester ganjil tahun 2024, hanya 18 siswa (45%) yang berhasil meraih nilai di atas 75. Temuan ini menegaskan adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan pembenahan dalam proses pembelajaran SKI.
Hasil observasi lebih lanjut menunjukkan bahwa siswa sering kali menunjukkan sikap tidak antusias saat pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa terlihat bosan, tidak fokus, dan hanya mencatat tanpa benar-benar memahami materi. Guru menyampaikan materi secara satu arah, tanpa disertai aktivitas yang memungkinkan siswa berdiskusi, bekerja sama, atau mengeksplorasi materi secara mandiri. Interaksi antarsiswa juga belum berkembang secara optimal, terutama dalam kerja kelompok atau diskusi kelas.
Motivasi belajar merupakan faktor internal yang sangat memengaruhi intensitas usaha siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung menunjukkan semangat, ketekunan, dan antusiasme dalam mempelajari materi. Sebaliknya, rendahnya motivasi menyebabkan sikap pasif, mudah bosan, dan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran [4]. Dalam konteks pembelajaran SKI, motivasi belajar menjadi sangat penting karena materi yang bersifat historis membutuhkan pemahaman dan penghayatan, bukan sekadar hafalan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa motivasi belajar siswa kelas IV MI Al-Fajar Medan Deli masih berada pada tingkat yang rendah. Guru menyampaikan bahwa sebagian besar siswa kurang menunjukkan inisiatif untuk bertanya, tidak menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh, dan lebih tertarik pada aktivitas di luar pelajaran. Beberapa siswa bahkan tampak acuh saat pelajaran berlangsung, tidak membawa buku, dan mengandalkan teman untuk menjawab pertanyaan guru. Kondisi ini berdampak langsung terhadap rendahnya partisipasi kelas dan pencapaian hasil belajar.
Motivasi belajar merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih aktif dan berhasil dalam belajar. Namun, rendahnya motivasi belajar dapat menghambat pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.
Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa memperkuat temuan tersebut. Salah satu siswa kelas IV A mengungkapkan, “Saya merasa bosan karena pelajarannya cuma cerita panjang. Kalau ada tugas bikin proyek atau kerja kelompok, mungkin saya lebih semangat.” Seorang siswa kelas IV B juga menyampaikan bahwa ia jarang belajar di rumah karena merasa pelajaran SKI “susah dihafal dan kurang menarik”. Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk membangkitkan motivasi belajar melalui pendekatan yang relevan dengan dunia anak dan sesuai dengan gaya belajar mereka.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, diperlukan adanya langkah perbaikan, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan adalah memastikan guru telah menguasai materi sebelum mengajarkannya kepada siswa, serta memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai untuk membangkitkan semangat belajar. Pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan, dalam hal ini adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PjBL).
Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengembangan proyek-proyek, di mana siswa dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek yang memiliki relevansi dan aplikasi di dunia nyata di luar lingkungan kelas [5]. PjBL tidak hanya menekankan pada pencapaian hasil akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan tanggung jawab pribadi dalam menyelesaikan tugas. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penerapan metode pembelajaran berbasis proyek dapat secara signifikan meningkatkan motivasi belajar siswa [6]. Siswa menjadi lebih tertarik dan merasa memiliki kendali terhadap proses belajar yang mereka jalani [7].
Selain motivasi, penguasaan materi juga meningkat karena dalam PjBL, siswa mengalami proses belajar yang bermakna. Mereka tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami konteks dan makna dari materi yang dipelajari. Misalnya, ketika siswa membuat proyek timeline sejarah perkembangan Islam, mereka tidak hanya memahami urutan kejadian, tetapi juga signifikansi dari setiap peristiwa. Pembelajaran pun menjadi lebih mendalam dan aplikatif [8].
Penelitian ini memiliki unsur kebaruan karena mengkaji secara bersamaan pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar SKI pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, khususnya di MI Al-Fajar Medan Deli. Berbeda dari studi sebelumnya yang cenderung meneliti kedua variabel secara terpisah, penelitian ini mengintegrasikan keduanya dalam satu analisis utuh. Selain itu, pendekatan yang digunakan bersifat kontekstual dengan melibatkan data aktual seperti hasil belajar dua tahun terakhir, pencapaian KKM, hasil ujian sebelum rapor, observasi guru, dan wawancara siswa. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menawarkan analisis teoritis, tetapi juga memberikan gambaran nyata kondisi pembelajaran di lapangan yang dapat dijadikan dasar perbaikan dalam pengajaran SKI.
Dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan tersebut, maka penting untuk dilakukan kajian mengenai hubungan antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli.
Lokasi penelitian merupakan tempat di mana kegiatan penelitian dilaksanakan. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di MI Al-Fajar yang berlokasi di Jalan Kawat VII No. 2, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan NPSN 70028547. Pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus 2025, dengan kegiatan pembelajaran dilakukan pada dua kelas. Satu kelas berfungsi sebagai kelas kontrol, sedangkan kelas lainnya sebagai kelas eksperimen. Pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan kemudahan akses serta dukungan terhadap keberlangsungan penelitian.
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang menjadi fokus dalam sebuah penelitian [15]. Pada penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh siswa kelas 4 di MI Al-Fajar, Kecamatan Medan Deli, yang berjumlah 40 siswa. Sementara itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili karakteristik keseluruhan populasi tersebut [16]. ) Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling.
Adapun Sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data sampel yang diperoleh, peneliti membagi dua kelas menjadi dua kategori, yaitu Siswa kelas 4A sebanyak 20 orang dijadikan kelas kontrol yang menerima pembelajaran dengan strategi ekspositori, sedangkan siswa kelas 4B sebanyak 20 orang dijadikan kelas eksperimen yang menerima pembelajaran dengan strategi Project Based Learning (PjBL).
Kelas eksperimen merupakan kelompok yang diberi perlakuan khusus atau intervensi yang menjadi fokus penelitian. Sebaliknya, kelas kontrol digunakan sebagai kelompok pembanding untuk menilai pengaruh dari variabel bebas yang diterapkan pada kelas eksperimen.
Penelitian ini merupakan metode penelitian Eksperimen dengan menggunakan desai penelitian faktorial 2x2 atau desain factorial 2x2. Eksperimen desain Faktorial 2x2 atau factorial desain penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
A1B1= Materi SKI yang diajarkan dengan strategi PjBL dan Motivasi belajar tinggi
A1B2 = Materi SKI yang diajarkan dengan strategi PjBL dan Motivasi belajar rendah
A2B1 = Materi SKI yang diajarkan dengan strategi ekspositori dan Motivasi belajar tinggi
A2B2= Materi SKI yang diajarkan dengan strategi PjBL dan Motivasi belajar rendah
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti berupa tes dengan format pilihan ganda (multiple choice). Berikut ini adalah rancangan instrumen penelitian yang dipakai dalam studi ini.
Agar penyusunan instrumen penelitian lebih terarah dan sistematis, peneliti perlu menyusun tabel kisi-kisi sebagai acuan. Tabel kisi-kisi ini digunakan untuk memastikan bahwa setiap butir instrumen sesuai dengan indikator dan variabel yang diteliti. Adapun di bawah ini disajikan tabel kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.
Kalibrasi instrumen penelitian adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi, sehingga dapat memberikan hasil yang akurat. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan mencakup angket untuk mengukur motivasi belajar serta soal tes untuk menilai hasil belajar. Kedua instrumen ini dirancang untuk mengevaluasi efektivitas penerapan metode pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dan strategi pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan motivasi dan penguasaan materi siswa.
a. Uji Validitas
Validitas instrumen mengacu pada sejauh mana instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar dan penguasaan materi diuji untuk memastikan bahwa instrumen tersebut valid dalam konteks penelitian ini.
Uji validitas bertujuan untuk menilai sejauh mana instrumen mampu mengukur objek yang dimaksud secara akurat. Validitas instrumen diuji menggunakan program pengolah data SPSS versi 21 (Statistical Product and Service Solutions) untuk menentukan apakah instrumen tersebut layak digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian sebelum instrument dimanfaatkan peneliti dahulu menilai derajat validitas instrument tes dengan cara menyampaikan instrument guna peserta didik di luar sampel. Uji validitas instrument tes pada penelitian yang dijalankan memanfaatkan rumus product moment antara lain:
Figure 1.
N= Jumlah sampel
rxy= Koefisien korelasi antara X dan Y
∑xy= Jumlah perkalian X dan Y (skor x dan y)
∑x= Jumlah skor variabel X
∑y= Jumlah skor variabel Y
∑x2= Jumlah kuadrat setiap x
∑y2= Jumlah kuadrat setiap y
Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukkan konsistensi hasil yang diperoleh jika instrumen tersebut digunakan berulang kali. Untuk memastikan reliabilitas, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan cara-cara berikut:
Figure 2.
r = Jumlah butir soal
σ_i² = Vaians butir soal
σ_x² = Varians skor total
Uji Reliabilitas dengan menggunakan program pengolah data SPSS 21 (Statistical Product and Service Solution). Dengan rincian sebagai berikut :
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pengujian reliabilitas instrumen merupakan langkah penting dalam pelaksanaan suatu penelitian. Namun demikian, reliabilitas saja tidaklah memadai jika tidak disertai dengan pengujian validitas instrumen. Artinya, agar suatu tes dapat dianggap dapat dipercaya, maka tes tersebut harus memenuhi syarat validitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, setelah dilakukan uji validitas terhadap instrumen tes hasil belajar, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas.
Daya pembeda mengacu pada kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa dengan kemampuan tinggi dan siswa dengan kemampuan rendah. Indeks daya pembeda soal dihitung berdasarkan selisih persentase jawaban benar dari 27% siswa terbaik (kelompok atas) dan 27% siswa terendah (kelompok bawah).
Figure 3.
Keterangan:
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyak peserta kelompok bawah
BA: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal dengan benar
Kriteria Daya Pembeda Adalah :
Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan seberapa sulit atau mudah suatu soal. Indeks ini dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar dengan total peserta tes yang mengerjakan soal tersebut (Eliyanti, 2017, p. 135).
Untuk menghitung indeks kesukaran soal, digunakan rumus sebagai berikut:
P=B/JS
P = Tingkat kesukaran item
B = Banyak siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Semakin kecil nilai indeks P, maka soal tersebut semakin sulit, dan sebaliknya. Menurut Sundayana, klasifikasi tingkat kesukaran soal biasanya diatur sebagai berikut:
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik (Sugiyono, 2019, p. 147)
Setelah data berhasil dikumpulkan, peneliti menerapkan teknik analisis kuantitatif guna menggambarkan serta menjelaskan variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu motivasi belajar dan penguasaan materi oleh siswa. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berasal dari populasi dengan distribusi normal. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengikuti distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka data dianggap berdistribusi normal (Purnomo, 2016, p.78)
Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk
Figure 4.
D = Coefficient tes Shapiro Wilk
Xn – i+1 = Angka ke n-i + 1 pada data
Xi= Angka ke 1 Pada data
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians data dari dua kelompok atau lebih memiliki kesamaan. Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan adalah, jika nilai signifikansi melebihi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varians antar kelompok data tersebut adalah serupa atau homogen (Purnomo, 2016, p. 80)
Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus:
F=(varians terbesar)/(varians terkecil)=(s_1 2)/(s_2 2)
S_12 = Simpangan baku terbesar
S_22 = Simpangan baku terkecil
Kriteria pengujian adalah menerima Ho apabila data berasal dari populasi yang homogen, yang ditandai dengan nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Nilai Ftabel diperoleh dari tabel distribusi F dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05, dimana α merupakan batas tingkat kesalahan dalam pengujian.
c. Uji Persamaan Regresi (Uji F)
Uji persamaan regresi adalah analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) melalui persamaan matematika (model regresi) Adapun uji persamaan regresi menggunakan persamaan:
Y = a + bX
Y = variabel dependen (hasil belajar)
X = variabel independen (misalnya, PjBL atau media TikTok)
a = konstanta (nilai Y saat X = 0)
b = koefisien regresi (besarnya pengaruh X terhadap Y)
Setelah pengumpulan data selesai, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengolah dan menganalisis data tersebut menggunakan metode statistik. Dalam penelitian ini, analisis hasil tes dilakukan dengan mengukur nilai hasil belajar siswa menggunakan skala interval, yaitu nilai tes akhir yang berkisar antara 0 hingga 100. Skala interval dipilih karena nilai-nilai tersebut memiliki jarak yang konsisten antar skor meskipun tidak memiliki nol mutlak. Oleh karena itu, data tersebut dianalisis menggunakan statistik parametrik, yaitu dengan uji-t. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam pelaksanaan uji t:
Figure 5.
Setelah dilakukan pengujian data, langkah selanjutnya untuk menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan rumus uji hipotesis yang dilakukan menggunakan aplikasi SPSS dengan mengunakan taraf signifikansi yaitu :
jika, thitung>ttabel Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya jika, thitung<ttabelHo diterima dan Ha ditolak.
Ho ditolak, jika significance f < 0,05
Ha diterima, jika significance f ≥ 0,05
Dengan rincian sebagai berikut :
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar SKI antara siswa yang diajar dengan strategi ekspositori dan yang diajar dengan strategi PjBL di MI Al-Fajar Medan Deli.
Terdapat perbedaan hasil belajar SKI yang signifikan pada siswa dengan motivasi belajar tinggi antara yang diajar dengan strategi ekspositori dan strategi PjBL.
Terdapat perbedaan hasil belajar SKI yang signifikan pada siswa dengan motivasi belajar rendah antara yang diajar dengan strategi ekspositori dan strategi PjBL.
Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli.
Figure 6.
Berdasarkan output deskriptif statistik dari kelas yang menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning (PjBL), diperoleh jumlah siswa yang valid sebanyak 20 orang. Nilai rata-rata (mean) yang dicapai siswa adalah 82,15, yang menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar siswa berada dalam kategori baik. Nilai median sebesar 82,00 menandakan bahwa setengah dari siswa memperoleh nilai di atas 82 dan setengahnya lagi di bawah nilai tersebut. Nilai modus sebesar 76 menunjukkan nilai yang paling sering muncul, meskipun catatan menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu modus dan angka 76 merupakan yang terkecil. Rentang nilai berkisar dari 76 hingga 90, dengan standar deviasi sebesar 5,050 yang mengindikasikan adanya variasi nilai antar siswa, meskipun tidak terlalu menyebar jauh dari rata-rata. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa penerapan strategi PjBL memberikan hasil belajar yang cukup konsisten dan cenderung positif di kelas tersebut.
Selanjutnya Berdasarkan histogram hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning (PjBL), terlihat bahwa data tidak sepenuhnya berdistribusi normal. Histogram menunjukkan penyebaran nilai yang cenderung miring ke kiri (left-skewed), dengan puncak frekuensi tertinggi berada pada rentang nilai 77–79 dan 88–90. Hal ini mengindikasikan bahwa ada dua kelompok besar siswa yang memperoleh nilai rendah dan tinggi, sedangkan siswa dengan nilai tengah jumlahnya lebih sedikit. Meskipun nilai rata-rata adalah 82,15 dan kurva normal overlay ditampilkan, pola distribusi nilai sebenarnya menunjukkan ketidakseimbangan yang dapat mengindikasikan adanya perbedaan dalam pemahaman atau penguasaan materi antar siswa.
Figure 7.
Berdasarkan hasil deskriptif statistik kelas yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori, diperoleh bahwa jumlah siswa yang dianalisis sebanyak 20 orang. Nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa adalah 68,00 dan nilai median sebesar 68,50, yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai yang cukup atau sedang. Nilai modus sebesar 70 menandakan bahwa nilai ini paling sering muncul dalam distribusi, meskipun terdapat lebih dari satu modus. Rentang nilai berada antara 60 hingga 75, dengan standar deviasi sebesar 5,058, menunjukkan adanya variasi nilai yang cukup merata di antara siswa.
Berdasarkan histogram, penyebaran data terlihat mendekati distribusi normal, dengan frekuensi tertinggi berada di sekitar nilai 70. Grafik menunjukkan distribusi nilai yang relatif seimbang antara sisi kiri dan kanan rata-rata, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas dengan strategi ekspositori memiliki pola distribusi yang wajar dan tidak terlalu menyimpang. Namun, secara umum nilai siswa dalam kelas ini lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang menggunakan strategi Project Based Learning, yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi efektivitas metode pembelajaran yang diterapkan.
Figure 8.
Berdasarkan hasil deskriptif statistik kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, diperoleh bahwa dari 20 siswa, nilai rata-rata (mean) hasil belajar mereka adalah 74,40 dengan nilai median sebesar 75,50. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam kelompok ini memperoleh nilai di atas rata-rata, mencerminkan adanya pengaruh positif dari motivasi belajar terhadap pencapaian akademik. Nilai modus adalah 62, meskipun terdapat lebih dari satu modus, dan nilai tersebut merupakan yang paling kecil yang ditampilkan. Rentang nilai cukup lebar, yaitu dari 60 hingga 88, dan standar deviasi sebesar 7,950 mengindikasikan variasi nilai yang cukup besar di antara siswa.
Pada histogram, distribusi nilai terlihat mendekati bentuk normal, dengan frekuensi tertinggi berada pada rentang nilai sekitar 70–75. Kurva normal yang overlay juga menunjukkan distribusi yang simetris, meskipun terdapat sedikit penyebaran ke arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mayoritas siswa dengan motivasi belajar tinggi memperoleh nilai baik, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya rendah maupun sangat tinggi. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa motivasi belajar tinggi berkorelasi dengan pencapaian nilai yang lebih baik.
Figure 9.
Berdasarkan hasil deskriptif statistik kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 75,75 dan median sebesar 75,50. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum pencapaian hasil belajar mereka tergolong cukup baik, bahkan sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi. Namun, nilai modus sebesar 63 nilai yang paling sering muncul menunjukkan adanya sebagian siswa yang masih memperoleh hasil rendah. Rentang nilai bervariasi dari 60 hingga 90 dengan standar deviasi sebesar 9,607, menunjukkan bahwa nilai siswa dalam kelompok ini tersebar cukup luas dan tidak seragam.
Dari histogram terlihat distribusi data yang mendekati normal, meskipun terdapat penyebaran nilai yang cukup besar di kedua sisi rata-rata. Frekuensi tertinggi berada di rentang nilai menengah (sekitar 70–75), namun ada pula sejumlah siswa yang memperoleh nilai tinggi (hingga 90) maupun rendah (sekitar 60-an). Kondisi ini mengindikasikan bahwa meskipun termasuk kelompok dengan motivasi rendah, beberapa siswa tetap mampu mencapai hasil belajar yang tinggi kemungkinan karena faktor eksternal seperti bimbingan guru, lingkungan belajar, atau kemampuan dasar individu. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa motivasi belajar bukan satu-satunya faktor penentu prestasi, meskipun tetap berperan penting dalam menjaga konsistensi dan distribusi nilai yang merata.
Figure 10.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik terhadap kelompok siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan motivasi belajar tinggi (A1B1), diperoleh rata-rata nilai sebesar 80,60 dengan simpangan baku 4,427. Nilai median sebesar 78,50 dan modus 76 menunjukkan bahwa distribusi nilai sedikit condong ke kanan (positif skewness), yang mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai mendekati atau di bawah rata-rata. Rentang nilai berkisar antara 76 hingga 88, dengan jumlah data valid sebanyak 10 dan data yang hilang sebanyak 30. Penyebaran nilai ini menunjukkan bahwa capaian hasil belajar siswa dalam kelompok ini tergolong tinggi dan relatif merata, tanpa adanya perbedaan ekstrem antar individu.
Dukungan hasil ini juga tampak pada histogram, di mana frekuensi nilai paling banyak muncul pada kisaran 76 hingga 80, dan kurva distribusi yang terbentuk menunjukkan bentuk yang mendekati normal namun sedikit miring ke kanan. Hal ini menandakan bahwa pendekatan Project Based Learning yang didukung oleh motivasi belajar tinggi mampu mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal dengan variasi nilai yang tidak terlalu besar. Dengan demikian, strategi PjBL dapat dianggap efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada kelompok ini, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap pemerataan pencapaian akademik.
Figure 11.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik pada kelompok siswa yang menggunakan strategi pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan motivasi belajar rendah (A1B2), diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa berada pada angka 83,70, yang mengindikasikan pencapaian akademik yang cukup tinggi meskipun berada dalam kategori motivasi rendah. Nilai median sebesar 85,00 dan modus 88 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai pada rentang yang cukup tinggi. Jumlah siswa valid yang dianalisis sebanyak 10, sementara data yang tidak tersedia berjumlah 30. Simpangan baku sebesar 5,376 menunjukkan variasi nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok motivasi tinggi, dan nilai berkisar antara 76 hingga 90, dengan rentang nilai sebesar 14 poin.
Histogram hasil belajar kelompok ini menunjukkan distribusi yang mendekati normal dengan puncak frekuensi berada pada nilai sekitar 88 hingga 90. Terdapat kecenderungan bahwa meskipun motivasi siswa tergolong rendah, strategi PjBL tetap mampu mendorong sebagian besar siswa untuk meraih nilai yang baik. Hal ini mencerminkan bahwa pendekatan berbasis proyek memiliki kekuatan untuk menarik keterlibatan siswa secara praktis, sehingga tetap memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Dengan demikian, strategi PjBL terbukti efektif tidak hanya bagi siswa dengan motivasi tinggi, tetapi juga memberikan hasil belajar yang baik pada siswa dengan motivasi rendah
Figure 12.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik terhadap kelompok siswa yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan motivasi belajar tinggi (A2B1), diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 68,20, dengan median 69,00 dan modus 62, yang merupakan nilai paling sering muncul dalam kelompok ini. Terdapat 10 data valid yang dianalisis, sementara 30 data lainnya hilang atau tidak tersedia. Simpangan baku (standard deviation) sebesar 5,329 menunjukkan adanya variasi yang cukup mencolok antar individu dalam pencapaian hasil belajar. Nilai minimum dalam kelompok ini adalah 60, sedangkan nilai maksimum adalah 75, sehingga rentang nilai berada pada angka 15 poin, yang cukup lebar untuk kelompok dengan jumlah data terbatas.
Nilai rata-rata yang dihasilkan kelompok ini cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok lain yang menggunakan strategi PjBL, meskipun sama-sama memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa meskipun siswa memiliki semangat dan dorongan internal yang kuat, pendekatan ekspositori yang cenderung bersifat pasif dan berpusat pada guru kurang mampu mengoptimalkan potensi belajar siswa secara menyeluruh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi tinggi saja tidak cukup untuk mendorong pencapaian akademik yang optimal jika tidak diimbangi dengan strategi pembelajaran yang aktif dan kontekstual seperti PjBL.
Figure 13.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif untuk kelas yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan motivasi belajar rendah, diperoleh jumlah data valid sebanyak 10 siswa, sementara terdapat 30 data yang tidak tersedia atau hilang. Nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa adalah 67,80, dengan nilai tengah (median) sebesar 68,50, yang menunjukkan bahwa setengah dari siswa memperoleh nilai di bawah dan setengah lainnya di atas nilai tersebut. Nilai modus adalah 63, yang merupakan nilai yang paling sering muncul, meskipun catatan menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu modus, dan yang ditampilkan adalah nilai terkecil.
Standar deviasi sebesar 5,051 menunjukkan tingkat variasi atau sebaran nilai siswa dari rata-rata tergolong sedang. Nilai minimum yang diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai maksimum adalah 75, yang menunjukkan adanya rentang nilai sebesar 15 poin. Histogram yang ditampilkan menunjukkan distribusi data yang relatif simetris dengan puncak pada rentang nilai sekitar 68-70, meskipun distribusi tidak sepenuhnya normal karena terdapat lebih dari satu puncak frekuensi.
Figure 14.
Berdasarkan hasil Independent Samples t-test pada gambar di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) sebesar 0.002, yang berarti lebih kecil dari batas signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar antara siswa yang diajar dengan strategi Project Based Learning (PjBL) dan mereka yang diajar dengan strategi ekspositori. Perbedaan rata-rata skor motivasi belajar antara kedua kelompok adalah 10.000, yang mengindikasikan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi PjBL memiliki tingkat motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan strategi ekspositori. Uji Levene untuk kesamaan varians menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.813 (> 0.05), sehingga asumsi kesamaan varians terpenuhi dan hasil uji t menggunakan baris equal variances assumed adalah sahih.
Temuan ini mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat motivasi belajar siswa. Strategi PjBL, yang menekankan pada partisipasi aktif, pemecahan masalah nyata, serta kerja kolaboratif dalam proyek-proyek pembelajaran, terbukti lebih efektif dalam menumbuhkan minat dan semangat belajar siswa dibandingkan dengan pendekatan ekspositori yang lebih bersifat satu arah dan pasif. Dengan demikian, penerapan strategi PjBL di kelas eksperimen mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran, khususnya dalam konteks pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI Al-Fajar Medan Deli.
Sebelum melakukan analisis lanjutan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data penelitian guna mengetahui apakah data hasil belajar SKI pada siswa MI Al-Fajar Medan Deli berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini penting dilakukan karena merupakan salah satu asumsi dasar dalam analisis statistik parametrik. Dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli", uji normalitas dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 27 dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.
Figure 15. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada seluruh kelompok data dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli", dapat disimpulkan bahwa seluruh data dalam masing-masing kelompok terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi Monte Carlo (Sig. 2-tailed) pada semua kelompok, yaitu A1, A2, B1, B2, A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2, yang seluruhnya lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara distribusi data empiris dan distribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi secara keseluruhan. Dengan demikian, data dari penelitian ini memenuhi syarat untuk dilakukan analisis statistik parametrik seperti uji ANOVA atau analisis regresi, yang mengharuskan data berdistribusi normal. Hasil ini memperkuat validitas analisis lanjutan dalam menilai pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli.
Sebelum dilakukan analisis varians (ANOVA), terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varians untuk memastikan bahwa data antar kelompok memiliki varians yang seragam. Uji ini diperlukan agar asumsi dalam analisis statistik parametrik terpenuhi. Dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli", uji homogenitas dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 27 dengan bantuan uji Levene. Hasil dari uji ini akan menjadi dasar dalam menentukan kelayakan penggunaan analisis varians pada tahap berikutnya.
Figure 16. Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil uji Levene’s Test of Equality of Error Variances untuk variabel Hasil Belajar SKI, diperoleh nilai signifikansi (Sig.) pada semua metode perhitungan (mean, median, median with adjusted df, dan trimmed mean) berada di atas angka 0,05, yaitu masing-masing sebesar 0,869, 0,836, 0,836, dan 0,861. Nilai-nilai signifikansi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan varians yang signifikan antar kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari masing-masing kelompok memiliki varians yang homogen atau seragam. Dengan demikian, asumsi homogenitas varians terpenuhi, yang merupakan salah satu syarat utama untuk melakukan uji ANOVA dalam analisis lanjutan. Hal ini memperkuat validitas dari analisis varians yang akan digunakan untuk menguji pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli
Setelah data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji persamaan regresi melalui Uji F. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah secara simultan variabel independen, yaitu strategi pembelajaran dan motivasi belajar, berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu hasil belajar SKI. Dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli", Uji F dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 27 untuk menguji signifikansi model regresi yang dibangun.
Figure 17. Uji Persamaan Regresi (Uji F)
Hasil uji F dalam analisis regresi menunjukkan nilai F sebesar 39.250 dengan nilai signifikansi (Sig.) < 0.001. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi secara simultan signifikan. Artinya, secara bersama-sama variabel bebas yaitu strategi pembelajaran dan motivasi belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI di MI Al-Fajar Medan Deli.
Dengan demikian, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat kelayakan dan dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar siswa. Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran yang tepat, jika didukung oleh motivasi belajar yang baik, mampu memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
a. Uji Hipotesis
Setelah seluruh data dianalisis dan memenuhi asumsi dasar statistik parametrik, tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran dugaan sementara (hipotesis) yang telah dirumuskan sebelumnya dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI di MI Al-Fajar Medan Deli". Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 27, baik secara simultan (melalui Uji F) maupun parsial (melalui Uji t), untuk mengetahui sejauh mana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Figure 18. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji Hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa :
Hipotesis 1
Hasil pengujian terhadap pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar SKI menunjukkan nilai signifikansi sebesar < 0.001. Nilai ini jauh lebih kecil dari batas signifikansi 0.05, yang berarti bahwa strategi pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Project Based Learning (PjBL). Perbedaan ini mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat secara nyata memengaruhi pencapaian akademik siswa, khususnya dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini sejalan dengan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang aktif, kontekstual, dan melibatkan partisipasi siswa secara langsung (seperti PjBL) dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa, dibandingkan strategi ekspositori yang lebih bersifat ceramah dan berpusat pada guru.
Hipotesis 2
Berdasarkan hasil uji antara subjek, variabel motivasi belajar menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.006, yang juga lebih kecil dari 0.05. Hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar SKI yang signifikan pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Perbedaan tersebut bergantung pada strategi pembelajaran yang mereka terima, baik itu strategi ekspositori maupun Project Based Learning (PjBL). Temuan ini menunjukkan bahwa siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih responsif terhadap metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar mereka. Ketika strategi pembelajaran dirancang secara tepat dan kontekstual, seperti PjBL yang bersifat aktif dan kolaboratif, siswa dengan motivasi tinggi dapat memaksimalkan potensi belajarnya. Sebaliknya, jika strategi yang digunakan kurang sesuai, efektivitas belajar mereka bisa menurun, meskipun motivasinya tinggi. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan perlu mempertimbangkan kondisi internal siswa, salah satunya adalah tingkat motivasi belajar.
Hipotesis 3
Masih mengacu pada hasil uji yang sama, nilai signifikansi pada variabel motivasi belajar yaitu 0.006 juga mencerminkan bahwa tidak hanya siswa bermotivasi tinggi, tetapi juga siswa dengan motivasi rendah mengalami perbedaan hasil belajar yang signifikan bergantung pada strategi pembelajaran yang diterapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendekatan pembelajaran tertentu, seperti PjBL, dapat memberikan dampak yang berbeda pada siswa dengan motivasi rendah dibandingkan strategi ekspositori. Siswa bermotivasi rendah cenderung kurang aktif dalam pembelajaran yang bersifat satu arah seperti ekspositori, namun ketika diberikan kesempatan untuk belajar secara kontekstual, kolaboratif, dan berbasis proyek, mereka menjadi lebih terlibat dan tertarik. Dengan kata lain, strategi pembelajaran yang tepat dapat mengimbangi kekurangan dalam motivasi belajar, sehingga tetap dapat menghasilkan capaian belajar yang baik. Maka, hipotesis ini diterima karena terbukti bahwa perbedaan strategi pembelajaran berdampak signifikan terhadap hasil belajar siswa bermotivasi rendah.
Hipotesis 4
Hasil pengujian terhadap interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000, yang secara statistik sangat signifikan (jauh di bawah 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara kedua variabel bebas tersebut dalam memengaruhi hasil belajar SKI. Artinya, pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar tidak berlaku sama untuk semua siswa, melainkan bergantung pada tingkat motivasi belajar masing-masing siswa. Sebaliknya, efek motivasi belajar juga tidak bersifat mutlak, karena efektivitasnya bergantung pada strategi pembelajaran yang digunakan. Interaksi ini menggambarkan bahwa kombinasi antara strategi pembelajaran dan kondisi internal siswa, dalam hal ini motivasi, saling memengaruhi dan menentukan hasil belajar akhir. Dengan demikian, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, pendidik perlu mempertimbangkan kecocokan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan karakteristik siswa, khususnya tingkat motivasi mereka. Hipotesis keempat ini diterima, dan menjadi bukti bahwa desain pembelajaran yang efektif harus mengakomodasi interaksi antara faktor internal siswa dan pendekatan instruksional yang digunakan.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) antara siswa yang diajar menggunakan strategi ekspositori dan mereka yang diajar dengan pendekatan Project Based Learning (PjBL). Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian hasil belajar SKI pada siswa dengan tingkat motivasi belajar tinggi, antara yang mengikuti strategi ekspositori dan PjBL. Selanjutnya, interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar juga menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar SKI. Temuan ini mengindikasikan bahwa strategi pembelajaran dan tingkat motivasi siswa tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga secara simultan membentuk kombinasi yang berdampak nyata terhadap pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang tepat serta penguatan motivasi belajar menjadi dua faktor krusial dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran SKI di MI Al-Fajar Medan Deli.
b. Uji Tukey
Setelah diketahui adanya perbedaan yang signifikan melalui analisis varians (ANOVA), maka dilakukan uji lanjutan berupa Uji Tukey untuk mengetahui secara lebih rinci kelompok-kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan. Uji ini penting untuk mengidentifikasi pasangan kelompok perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap hasil belajar. Uji Tukey dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 27 sebagai analisis post hoc guna mendukung interpretasi hasil penelitian secara lebih spesifik dan mendalam.
Figure 19. Uji Tukey
Hasil uji lanjutan Tukey HSD pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar SKI antara beberapa kombinasi interaksi strategi pembelajaran dan tingkat motivasi belajar. Secara khusus, kelompok siswa yang belajar dengan strategi Project Based Learning (PjBL) baik dengan motivasi rendah (A2B1) maupun motivasi tinggi (A2B2) menunjukkan hasil belajar yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan strategi ekspositori, baik dengan motivasi rendah (A1B1) maupun tinggi (A1B2). Hal ini terlihat dari nilai mean difference yang signifikan (p < 0.001) antara A1B1 vs A2B1, A1B1 vs A2B2, A1B2 vs A2B1, dan A1B2 vs A2B2. Sebaliknya, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok dengan strategi pembelajaran yang sama namun berbeda tingkat motivasi (A1B1 vs A1B2 dan A2B1 vs A2B2), yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi di atas 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran PjBL memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan hasil belajar SKI dibandingkan hanya peningkatan motivasi belajar semata. Strategi PjBL terbukti efektif diterapkan baik pada siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah, sementara strategi ekspositori cenderung menghasilkan capaian belajar yang lebih rendah, meskipun siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Temuan ini menegaskan pentingnya pemilihan strategi pembelajaran yang inovatif seperti PjBL dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar siswa secara menyeluruh.
1. Perbedaan Hasil Belajar SKI antara Strategi Ekspositori dan PjBL: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi ekspositori dan yang diajar dengan strategi Project Based Learning (PjBL). Nilai signifikansi (Sig.) pada uji F diperoleh sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa strategi pembelajaran yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Kelompok yang menggunakan strategi PjBL menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ekspositori.
2. Perbedaan Hasil Belajar pada Siswa dengan Motivasi Tinggi antara Strategi Ekspositori dan PjBL: Pada kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, hasil uji interaksi menunjukkan bahwa strategi PjBL memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan strategi ekspositori. Hal ini ditunjukkan dari hasil post-hoc (uji Tukey) yang menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua strategi tersebut, dengan nilai Sig. < 0,05, dan rata-rata hasil belajar tertinggi dimiliki oleh siswa dengan motivasi tinggi yang belajar menggunakan PjBL.
3. Perbedaan Hasil Belajar pada Siswa dengan Motivasi Rendah antara Strategi Ekspositori dan PjBL: Hasil uji menunjukkan bahwa strategi PjBL tetap memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan strategi ekspositori pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Hasil perhitungan SPSS menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 pada perbandingan kelompok ini, menandakan bahwa strategi pembelajaran PjBL dapat menjembatani kekurangan motivasi siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka.
d. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar SKI: Uji ANOVA dua arah menunjukkan adanya interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar SKI siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi interaksi A*B sebesar 0,000, yang lebih kecil dari 0,05. Interaksi ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang dipilih akan lebih efektif jika disesuaikan dengan tingkat motivasi siswa. Kombinasi strategi PjBL dengan motivasi tinggi menghasilkan hasil belajar tertinggi.
R. Abu Bakar, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2021.
M. Arifin, “Efektivitas Model Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, vol. 6, no. 2, pp. 123–132, 2018.
I. G. A. S. Ayu, I. N. Wayan, dan I. W. Muderawan, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis,” Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, vol. 3, no. 2, pp. 49–60, 2013.
J. Bulkini dan K. Nurachadijat, “Potensi Model PJBL (Project-Based Learning) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Azzainiyyah Nagrog Sukabumi,” Jurnal Inovasi, Evaluasi dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP), vol. 3, no. 1, pp. 16–21, 2023. Tersedia secara daring: [https://doi.org/10.54371/jiepp.v3i1.241]
Z. Dahlan, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Information and Communication Technology (ICT),” Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2023.
N. Dahri, Problem and Project Based Learning (PJBL): Model Pembelajaran Abad 21, disunting oleh M. Dewi, Padang: CV. Muharika Rumah Ilmiah, 2022. Tersedia secara daring: [https://repo.unespadang.ac.id/id/eprint/334/1/BUKU_MODEL_PPjBL_2022.pdf]
D. A. Djamaluddin dan Wardana, Belajar dan Pembelajaran, disunting oleh A. Syaddad, Sulawesi Selatan: CV. Kaaffah Learning Center, 2019.
Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
C. F. Djarwo, “Analisis Faktor Internal dan Eksternal terhadap Motivasi Belajar Kimia Siswa SMA Kota Jayapura,” Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, vol. 7, no. 1, pp. 52–62, 2020.
N. Fitriani, “Penerapan Strategi Ekspositori dalam Meningkatkan Hasil Belajar SKI di Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, vol. 5, no. 1, pp. 88–96, 2020.
D. C. Foster dan J. Jarolimek, Teaching and Learning in the Elementary School, New York: Macmillan, 1981.
G. Giwanti, G. Margunayasa, dan I. N. L. Jayanta, “Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) terhadap Literasi Sains dan Hasil Belajar IPA,” Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, vol. 2, no. 3, pp. 348–356, 2019. Tersedia secara daring: [https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe/article/view/34897]
E. Lestari, M. Juaini, dan J. Rokhmat, “Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik,” Journal of Classroom Action Research, vol. 5, no. 3, pp. 198–202, 2023.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2019.