Abstract
This study examines the impact of asset structure, liquidity, and sales growth on capital structure, with profitability as a moderating variable. Using data from Consumption Sector Manufacturing Companies listed on the IDX between 2018 and 2020, the research employs Partial Least Square (PLS) analysis on a sample of 16 qualified companies selected through Purposive Sampling. Results indicate that asset structure significantly influences capital structure, while liquidity and sales growth have no direct effect. Profitability moderates the relationship between liquidity and capital structure but does not moderate the impact of sales growth. This research contributes to understanding capital structure decisions in the Indonesian manufacturing sector, offering insights for financial managers and policymakers.
Highlights:
- Asset structure drives capital decisions, leveraging debt for expansion.
- Profitability moderates liquidity's impact on capital structure.
- Insights aid financial managers in understanding manufacturing sector dynamics.
Keywords: Capital structure, Asset structure, Liquidity, Profitability, Manufacturing sector
Pendahuluan
Globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini mengarah pada tingkat persaingan komersial yang semakin intensif. Ini menuntut bisnis untuk mengelola operasinya yang paling penting secara efektif dan memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi untuk mencapai keunggulan kompetitif. Saat memulai bisnis atau memperluas bisnis yang sudah ada, setiap organisasi membutuhkan keuangan. Perusahaan dapat memperoleh modal dari sumber internal dan eksternal. [1].
Keputusan pendanaan, atau yang disebut keputusan tentang struktur modal perusahaan, adalah salah satu keputusan signifikan yang harus dibuat oleh manajer keuangan dan terkait erat dengan kegiatan operasional organisasi. Biaya modal terkait pendanaan adalah hasil yang secara langsung dihasilkan dari pilihan manajerial yang akan dibuat. Mayoritas bisnis memilih untuk menggunakan modal mereka sendiri sebagai modal investasi jangka panjang, menggunakan uang asing semata-mata sebagai suplemen jika perlu. Pemanfaatan modal pribadi adalah jaminan bagi kreditor dan pada akhirnya akan tergantung pada total risiko bisnis. Sementara menggunakan modal asing melibatkan meminjam uang dari kreditor dan dapat mengakibatkan hutang untuk bisnis, keputusan pendanaan digunakan oleh bisnis sebagai modalitas untuk mengelola semua operasi mereka saat membuat atau mengembangkan bisnis.
Rasio utang jangka panjang dengan bentuk lain dari modal sendiri dikenal sebagai struktur modal. Struktur permodalan sangat penting karena aspek baik danburuknya struktur permodalan akan secara langsung mempengaruhi kesehatan keuangan organisasi. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi langsung oleh struktur modal. Salah satu komponen kunci perusahaan adalah struktur modalnya, yang terdiri dari keputusan keuangan yang berkaitan dengan utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Modal tidak diragukan lagi diperlukan untuk mengembangkan bisnis. Oleh karena itu, korporasi harus menghitung jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasinya. Korporasi bisa mendapatkan modal yang dibutuhkannya baik dari sumber internal maupun eksternal agar sesuai dengan kebutuhannya. [2].
Struktur aktiva merupakan aspek pertama yang berdampak pada struktur modal. Komposisi aset perusahaan, yang dikenal sebagai struktur aktiva, mengungkapkan berapa banyak dari aset tersebut yang dapat dijaminkan sebagai jaminan untuk pinjaman. Karena bisnis dengan aset tetap yang substansial lebih cenderung meminjam uang sehingga mereka dapat memperluas kegiatan operasi mereka, struktur aktiva dapat berdampak pada struktur modal. Menurut [3]. Meskipun, menurut [4] Nilai signifikan penelitian adalah 0,527, dan koefisien beta memiliki nilai positif 0,422. Struktur modal tidak terpengaruh oleh struktur aktiva, menurut Nilai Signifikan 0,527 > 0,05.
Selain Struktur Aktiva, Likuiditas merupakan elemen kedua yang berdampak pada struktur modal. Seperti yang dinyatakan oleh [5] Kemampuan korporasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek ditentukan oleh likuiditasnya. Tingkat likuiditas perusahaan sangat terkait dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi dengan cepat, yang memiliki dampak signifikan pada struktur modal organisasi, namun bertentangan denan penelitian Jasmine dan Mawardi (2020) berpendapat bahwa likuiditas sama-sama tidak berdampak dan penting bagi struktur modal.
Pertumbuhan Penjualan adalah aspek terakhir yang mempengaruhi struktur modal. Bisnis dengan laba lebih tinggi biasanya memiliki lebih banyak laba ditahan. Jumlah modal perusahaan sendiri yang berasal dari laba ditahan meningkat seiring dengan meningkatnya laba bisnis (Priambodo, 2019). [6] berpendapat bahwa pertumbuhan penjualan adalah indikator yang baik dari kemajuan perusahaan dan memiliki dampak positif yang besar pada struktur modal. Namun berbeda dengan yang dinyatakan oleh [7] menambahkan bahwa temuan studi sebagian besar menunjukkan bahwa struktur modal tidak terpengaruh secara signifikan oleh pertumbuhan penjualan yang bervariasi karena potensi transfer kekayaan dari pemegang saham ke kreditor yang disebabkan oleh tingginya tingkat utang perusahaan, bisnis dengan peluang pengembangan yang kuat harus menggunakan modal internal yang dimiliki perusahaan.
Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor konsumsi sebagai sampel penelitian, dengan alasan perusahaan sektor konsumsi merupakan bagian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan jumlah perusahaan paling banyak dibandingkan kategori perusahaan lain yang termasuk sektor manufaktur, selain itu sektor konsumsi adalah saham yang tahan terhadap krisis karena dalam kondisi apapun produk perusahaan tetap dibutuhkan oleh masyarakat. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten, oleh karena itu tujuan Penelitian ini ditulis dengan maksud mengembangkan penelitian [8], dengan menambahkan pertumbuhan penjualan sebagai variabel independen (X1). Selain itu penelitian ini ingin bermaksud mengaanalisa beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu untuk Serta menganalisis kembali faktor pengaruh yang ditimbulkan antara Struktur Aktiva dan Liquidityterhadap struktur modal dengan Profitabilitas sebagai variabel moderasi.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang menguji korelasi antara variabel dan menguji hipotesis. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif asosiatif [9]. Karena fakta bahwa penelitian ini menyelidiki bagaimana variabel independen mempengaruhi variabel dependen yang menggunakan profitabilitas sebagai variabel moderasi, metode ini digunakan untuk menyelidiki dampak struktur aktiva, likuiditas, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal.
Istilah "variabel dependen" mengacu pada variabel yang dipengaruhi oleh atau hasil dari keberadaan variabel independen. Struktur Modal berfungsi sebagai variabel dependen dalam penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 51. Teknik pengaambilan sampel menggunakan metode purposive sampling [10] yaitu pemilihan sampel.berdasarkan kriteria tertentu. Dalam peneliitian ini kriteria yang ditentukan yaitu:
NO | Kriteria | Jumlah |
1 | Perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di BEI 2018-2020 | 51 |
2 | Perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan sudah diaudit berturut-turut tahun 2018-2020 | (12) |
3 | Perusahaan yang mengalami kerugian selama tahun 2018-2020 | (23) |
4 | Perusahaan yang memenuhi kriteria | 16 |
5 | Sampel Keseluruhan | 16 x 3 = 48 Laporan Keuangan |
Menurut informasi yang disebutkan di atas, 16 perusahaan akan diamati sebagai sampel selama periode 3 tahun antara 2018 sampai 2020, sehingga total 16 laporan keuangan tahunan, dikalikan dengan 3 tahun pengamatan, sama dengan 48 laporan keuangan tahunan.
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Struktur Aktiva, Liquidity, dan Pertumbuhan Penjualan.
Variabel yang mempengaruhi hubungan antara variable independen dan variable dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dalam penelitian ini adalah Profitabilitas.
Indikator yang digunakan dalam penelitian adalah:
Tiga penjelasan awal yang disarankan dalam pengamatan ini diteliti dalam penelitian ini dengan menggunakan pengujian regresi parsial atau PLS (Partial Least Square). Aplikasi SmartPLS akan digunakan untuk menguji setiap solusi sementara dan memeriksa hubungan variabel. Dalam penelitian ini, inner model dan outer model digunakan untuk pengukuran PLS (Partial Least Square).
Hasil dan Pembahasan
A. Pengujian Outer Model
Nilai AVE dianggap valid ketika berada di atas titik kritis 0,5. Nilai faktor pemuatan outer model dibandingkan dengan nilai kritis adalah 0,7. Jika nilainya melebihi 0,7, maka dinyatakan sah, Jika kurang dari 0,6, model dinyatakan tidak valid. Nilai composite reliability dan cronbach alpha dapat dilihat pada pemeriksaan kedua. Hasil composite reliability dan cronbach alpha dapat ditunjukkan pada tabel 3 dan tabel 4 adalah sebagai berikut:
Composite Reliability | |
Struktur Aktiva | 1.000 |
Liquidity | 1.000 |
Pertumbuhan Penjualan | 1.000 |
Struktur Modal | 1.000 |
Profitabilitas | 1.000 |
Moderating Effect 1 | 1.000 |
Moderating Effect 2 | 1.000 |
Moderating Effect 3 | 1.000 |
Cronbach's Alpha | |
Struktur Aktiva | 1.000 |
Liquidity | 1.000 |
Pertumbuhan Penjualan | 1.000 |
Struktur Modal | 1.000 |
Profitabilitas | 1.000 |
Moderating Effect 1 | 1.000 |
Moderating Effect 2 | 1.000 |
Moderating Effect 3 | 1.000 |
Data dianggap telah memenuhi syarat yaitu nilai loading faktor bernilai melebihi 0.7 (>0.7) dan nilai AVE melebihi 0.5 (>0.5). Maka data dari Struktur Aktiva (X1), Liquidity (X2), Pertumbuhan Penjualan (X3), Struktur Modal (Y) dan Profitabilitas (Z) memiliki validitas yang baik.
Setelah selesainya penilaian convergent validity, selanjutnya pemeriksaan terhadap Discriminant Validity. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan hasil pemeriksaan penelitian terhadap Discriminant Validity :
LIQUIDITY | PERTUMBUHAN PENJUALAN | PROFITABILITAS | STRUKTUR MODAL | STUKTUR AKTIFA | X1*Z | X2*Z | X3*Z | |
LIQUIDITY | 1.000 | |||||||
PERTUMBUHAN PENJUALAN | -0.010 | 1.000 | ||||||
PROFITABILITAS | 0.096 | -0.243 | 1.000 | |||||
STRUKTUR MODAL | -0.335 | -0.017 | -0.053 | 1.000 | ||||
STUKTUR AKTIFA | 0.176 | -0.280 | -0.234 | -0.224 | 1.000 | |||
X1*Z | -0.153 | 0.439 | -0.489 | 0.028 | -0.374 | 1.000 | ||
X2*Z | -0.331 | -0.002 | 0.059 | 0.374 | -0.201 | 0.229 | 1.000 | |
X3*Z | -0.001 | -0.989 | 0.104 | 0.006 | 0.325 | -0.382 | -0.019 | 1.000 |
Membandingkan nilai kuadrat AVE konstruk dengan korelasi antara konstruk lain, atau apa yang dikenal sebagai validitas diskriminan, adalah metode lain untuk menguji outer model. Konstruk memiliki tingkat validitas diskriminan yang tinggi jika nilai kuadrat AVE lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk lain. Kuadrat AVE untuk setiap konstruk adalah 1.000 lebih tinggi daripada korelasi dengan konstruk lain, yaitu kurang dari 1.000, seperti yang dapat dilihat dari data di atas. Sehingga semua faktor, termasuk liquidity, efek moderat 1, 2, dan 3, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aktiva, dan struktur modal, telah diperhitungkan.
Jelas bahwa reliabilitas konstruk dan nilai cronbach alpha keduanya lebih tinggi dari nilai 0,7. Nilai Cronbach's Alpha dapat dinyatakan reliebel, yang menunjukkan bahwa Struktur Aktiva (X1), Liquidity (X2), Pertumbuhan Penjualan (X3), Profitabilitas (Z) dan Struktur Modal (Y) Modeling secara struktural dari pengujian outer model adalah disajikan pada gambar berikut:
B. Pengujian Inner Model
Untuk menyelidiki hubungan antara construct, penelitian ini menguji Inner model dengan analisisnya melalui R Square, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.:
R Square | R Square Adjusted | |
Struktur Modal | 0.328 | 0.210 |
Nilai dari R-Square pada tabel 6 tersebut 0.328 berarti validitas konstruk praktik perataan laba yang dapat dijelaskan oleh konstruk struktur aktiva, liquidity, pertumbuhan penjualan dan interaksinya sebesar 32,8% sedangkan 67,2% variabel lain yang tidak dijelaskan oleh penelitian ini.
Pada pengujian hipotesis dilakukan penelitian dengan membandingkan nilai T-Value yang signifikan sebesar 5% dengan T-Tabel sebesar 1,96, berikut hasil nilai Path Coefficients:
Original Sample (O) | Sample Mean (M) | Standard Deviation (STDEV) | T Statistics (|O/STDEV|) | P Values | |
LIQUIDITY -> STRUKTUR MODAL | -0.197 | -0.204 | 0.171 | 1.151 | 0.125 |
PERTUMBUHAN PENJUALAN -> STRUKTUR MODAL | -4.513 | -3.380 | 7.720 | 0.585 | 0.280 |
PROFITABILITAS -> STRUKTUR MODAL | -0.918 | -0.845 | 1.456 | 0.631 | 0.264 |
STUKTUR AKTIFA -> STRUKTUR MODAL | -0.305 | -0.267 | 0.181 | 1.686 | 0.046 |
X1*Z -> STRUKTUR MODAL | -0.350 | -0.272 | 0.369 | 0.948 | 0.172 |
X2*Z -> STRUKTUR MODAL | 0.406 | 0.435 | 0.312 | 1.301 | 0.047 |
X3*Z -> STRUKTUR MODAL | -3.548 | -2.599 | 6.034 | 0.588 | 0.278 |
Analisis jalur yang dihasilkan dari path coefficients dengan bootstrapping smart pls adalah:
Nilai T statistik dalam uji pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal adalah 1,706, yang lebih kecil dari nilai T tabel 1,96 (T statistik 1,706 < T tabel 1,96) dan kurang dari nilai P Value 0,046 (P Value 0,046 < 0,05). Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva dapat mempengaruhi struktur modal. Ini berarti bahwa hipotesis pertama, "struktur aktiva mempengaruhi struktur modal," diterima.
Konstruk pengujian likuiditas mempengaruhi struktur modal nilai T statistik dalam nilai uji 1,081, di bawah nilai T tabel 1,96 (T statistik 1,081 < T tabel 1,96) dan nilai P Value 0,280 nilainya melebihi 0,05 (P Value 0,280 > 0,05), maka dapat disimpulkan dari temuan analisis bahwa likuiditas tidak dapat mempengaruhi struktur modal. Dengan demikian, hipotesis kedua bahwa "Likuiditas Mempengaruhi Struktur Modal" tidak dapat diterima.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa konstruksi pengujian pertumbuhan penjualan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah sifat struktur modal dasar (T statistik 0,585 < T tabel 1,96) dan nilai P Value lebih besar dari atau sama dengan 0,05 (P Value 0,559 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan hipotesis ketiga bahwa "Pertumbuhan Penjualan berpengaruh terhadap Struktur Modal" tidak dapat diverifikasi.
Konstruk pengujian membatasi dampak struktur aktiva terhadap struktur modal dengan profitabilitas sebagai moderasi. Nilai T statistik adalah 0,995, yang kurang dari nilai T tabel 1,96 (T statistik 0,995 < T tabel 1,96) dan nilai P Value 0,320. Dari temuan analisis, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi dampak struktur aktiva terhadap struktur modal karena nilainya melebihi 0,05 (P Value 0,320 > 0,05). Akibatnya, hipotesis keempat, yang menurutnya "Profitabilitas bertindak sebagai variabel moderat ketika struktur aktiva mempengaruhi Struktur Modal," tidak dapat diterima.
Konstruk uji memoderasi profitabilitas terhadap pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. Nilai T statistik dalam pengujian adalah 1,201, di bawah nilai T tabel 1,96 (T statistik 1,201 < T tabel 1,96) dan nilai P Value 0,047 kurang dari 0,05 (P Value 0,047 < 0,05), dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. Ini berarti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan "Likuiditas mempengaruhi Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai variabel moderasi" dapat diterima.
Konstruk pengujian secara moderasi profitabilitas pada pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal dari temuan analisis, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. T Statistik pada nilai uji 0,611, dibawah nilai T tabel sebesar 1,96 (T statistik 0,611 < T tabel 1,96) dan nilai P Value 0,541 melebihi 0,05 (P Value 0,541 > 0,05). Ini berarti hipotesis keenam, yang mengklaim bahwa "Pertumbuhan Penjualan mempengaruhi Struktur Modal dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi" ditolak.
C. Pembahasan
Dari hasil pengujian pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. Nilai T statistik pada pengujian bernilai 1.706, dibawah nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.046 nilainya kurang dari 0.05, dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva mampu mempengaruhi struktur modal. Dengan demikian persyaratan menunjukkan bahwa jika struktur aktiva perusahaan semakin tinggi, hal itu dapat menyebabkan peningkatan struktur modal, yang membuktikan bahwa pinjaman dalam bentuk hutang yang diperoleh perusahaan juga akan meningkat karena aset tetap meningkat ke titik di mana ia membutuhkan banyak uang. Ketika keuangan internal tidak mencukupi, bisnis harus menentukan apakah akan menggunakan pembiayaan eksternal atau menawarkan aset tersebut kepada pihak ketiga sebagai jaminan untuk membayar kewajiban. Selain itu, organisasi dengan aset yang signifikan mungkin merasa lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dan memiliki keterampilan manajemen modal yang lebih baik. Pernyataan tersebut mendukung pecking order theory yang menjelaskan bahwa struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena struktur aktiva suatu perusahaan dapat dijadikan jaminan, Karena struktur aktiva yang lebih besar menandakan bahwa perusahaan mengambil lebih banyak utang. Oleh karena itu, utang akan lebih banyak digunakan jika aset tetap perusahaan naik. Selain itu, jumlah utang yang dapat diberikan kreditor kepada perusahaan meningkat dengan jumlah jaminan perusahaan yang diberikan kepada kreditor. [11], hasil ini sejalan dengan hasil penelitian [12] yang menemukan bahwa struktur modal dipengaruhi secara positif oleh hasil variabel struktur aktiva.
Dari hasil pengujian pengaruh Liquidity terhadap struktur modal. Nilai T statistik pada pengujian bernilai 1.081, kurang dari nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.280 nilainya melebihi dari 0.05, dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Liquidity tidak mampu mempengaruhi struktur modal. Sebagai hasil dari uji struktur modal dalam penelitian ini semata-mata dengan mempertimbangkan pemanfaatan utang jangka panjang, likuiditas (utang lancar / utang jangka pendek) tidak ada hubungannya dengan struktur modal perusahaan dalam keadaan ini. Menurut [13] Likuiditas tidak akan berdampak pada kebijakan struktur permodalan karena perusahaan dengan likuiditas tinggi tidak sepenuhnya menggunakan likuiditas sebagai dana internal. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi temuan penelitian dari [12] dan [14] yang menjelaskan mengapa struktur modal tidak terpengaruh oleh likuiditas.
Berdasarkan temuan uji dampak struktur modal terhadap pertumbuhan penjualan ditemukan Nilai T statistik pada pengujian bernilai 0.585, dibawah nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.559 nilainya lebih dari 0.05, dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak mampu mempengaruhi struktur modal. Hasil dalam riset ini juga didukung oleh hasil penelitian oleh [15] yang sama sama membuktikan bahwa profitabilitas mampu mempengaruhi manajemen laba. Dalam kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan pada struktur modal. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam penjualannya cenderung kurang mampu menunjang peningkatan efisien modal perusahaan, sehingga mengakibatkan adanya biaya operasional yang terlalu tinggi [16]. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari (Susanti, 2021) dan (Erdiana, 2019) dimana variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Dari hasil pengujian pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Nilai T statistik pada pengujian bernilai 0.995, kurang dari nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.320 nilainya melebihi dari 0.05, dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi struktur aktiva terhadap struktur modal. Menurut temuan penelitian, profitabilitas tidak berpengaruh pada bagaimana struktur aktiva dan struktur modal berinteraksi pada perusahaan manufaktur yang beroperasi di industri barang konsumsi dan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Ketidakmampuan ini dikarenakan tingkat keuntungan perusahaan tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menambah hutangnya. Selain itu, perusahaan juga tidak selalu memilih untuk berhutang dengan mengguankan asetnya sebagai jaminan [17]. Hal ini sejalan dengan temuan riset (Mamnuah & Pratiwi, 2021) yang menunjukkan bahwa struktur aktiva yang dimoderasi profitabilitas tidak berdampak pada struktur modal.
Dari hasil pengujian pengaruh liquidity terhadap struktur modal dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Nilai T statistik pada pengujian bernilai 2.100, diatas nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.047 nilainya kurang dari 0.05, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh liquidity terhadap liquidity yang di moderasi variabel profitabilitas. Dalam kondisi ini menunjukkan bahwa profitabilitas mampu memoderasi likuiditas terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa, jika perusahaan memutuskan untuk membangun sejumlah besar modal kerja, kemungkinan tingkat likuiditas akan dipertahankan tetapi akan ada lebih sedikit peluang untuk menghasilkan laba yang cukup besar, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan profitabilitas. Sebaliknya, peningkatan profitabilitas mungkin akan berdampak pada tingkat likuiditas perusahaan. Posisi korporasi di mata kreditor ditingkatkan dengan meningkatkan likuiditas [8]. Menurut prinsip tradeoff, bisnis akan mempertimbangkan keuntungan dari pengurangan pajak sebelum menimbang biaya pengeluaran uang untuk melunasi hutang. Jika perusahaan menghasilkan pendapatan yang signifikan, ia akan lebih bersedia untuk mengambil utang yang signifikan untuk menutupi kebutuhan pendanaannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan [8] yang mengklaim bahwa dampak likuiditas terhadap struktur modal dimoderasi oleh profitabilitas.
Dari hasil pengujian pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Nilai T statistik pada pengujian bernilai 0.611, kurang dari nilai T tabel sebesar 1.96 dan nilai P Value sebesar 0.541 nilainya melebihi dari 0.05, Dari temuan analisis, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak dapat menahan pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan struktur modal. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berdaya untuk mengimbangi dampak kenaikan penjualan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan oleh sifat penjualan perusahaan yang tidak teratur dan bervariasi, yang mencegah perusahaan dengan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan yang kuat untuk selalu menggunakan lebih banyak utang untuk membiayai kegiatan investasi dan menurunkan biaya pajak yang dibayarkan. Saat menggunakan hutangnya, manajemen tidak terlalu memikirkan tingkat pertumbuhan penjualan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen tidak dapat mendasarkan keputusan struktur modal pada tingkat profitabilitas dan pertumbuhan penjualan yang tinggi. Hal ini konsisten dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh (Chandra, Ng & Chandra, 2020), (Kur dan Agbo, 2021), serta (Rakshit, 2021) Struktur modal tidak terpengaruh secara signifikan oleh profitabilitas sebagai hasilnya.
Simpulan
Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal, dengan demikian tinggi atau rendahnya struktur aktiva mempengaruhi adanya struktur modal dikarenakan para investor beranggapan bahwa bisnis dengan aset tetap yang substansial lebih cenderung mudah dalam meminjam uang sehingga mereka dapat memperluas kegiatan operasi mereka. Dengan asumsi semua variabel lain tetap konstan, korporasi akan memperluas utang untuk memaksimalkan penggunaan utang karena pertumbuhan aset berwujud akan menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memberikan jaminan yang lebih tinggi.
Liquidity tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa liquidity tidak berpengaruh terhadap struktur modal, investor mengerti bahwa liquidity bukan merupakan patokan tingkat ketersediaan permodalan suatu perusahaan sehingga tinggi atau rendahnya likuiditas tidak mempengaruhi adanya struktur modal.
Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, perusahaan terkadang mempertimbangkan bahwasannya pertumbuhan penjualan yang cepat harus memiliki akses ke dana yang cukup untuk mendanai operasi hariannya. Karena potensi transfer kekayaan dari pemegang saham ke kreditor yang disebabkan oleh tingginya tingkat utang perusahaan.
Struktur aset dalam kaitannya dengan struktur modal tidak dapat dimoderasi oleh profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. Variabel moderator potensial (Homologiser Moderator) dalam penelitian ini meliputi variabel moderator 1. Studi ini menunjukkan bahwa struktur modal suatu perusahaan tidak dapat dipengaruhi oleh ukuran struktur asetnya atau tingkat profitabilitasnya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa bisnis harus beradaptasi dengan kondisinya sendiri sebelum dapat memilih sumber pendanaan yang akan menentukan struktur modalnya.
Profitabilitas mampu memoderasi likuiditas terhadap struktur modal. Variabel moderasi 2 dalam penelitian ini termasuk dalam variabel moderasi murni (pure moderasi) dan koefisien regresi menunjukkan hubungan positif, sehingga Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas mampu memoderasi likuiditas terhadap struktur modal. Masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan langsungnya sangat terkait dengan tingkat likuiditasnya, dan ini memiliki pengaruh penting pada struktur modal organisasi. Perusahaan memiliki kas operasi yang cukup untuk berjalan seefisien mungkin sambil menghindari masalah yang disebabkan oleh krisis keuangan.
Profitabilitas tidak mampu memoderasi pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal. Variabel moderasi yang diusulkan (Homologiser Moderator) dalam penelitian ini meliputi Variabel Moderasi 3. Akibatnya, kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya meningkat karena dapat menambah aset lancarnya. Namun, penambahan aset tersebut tidak serta merta mencerminkan stabilitas perusahaan.
References
- A. Jamaludin and Fudoli, "Administrasi Publik," Gava Media, Yogyakarta, 2020.
- I. K. Rico Andika and I. B. P. Sedana, "Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal," E-Jurnal Manajemen Univ. Udayana, vol. 8, no. 9, pp. 5803, 2019, doi: 10.24843/ejmunud.2019.v08.i09.p22.
- R. I. Sari and L. Ardini, "Pengaruh Struktur Aktiva, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal," Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, vol. 6, no. 7, pp. 1–13, 2017.
- A. P. Wati, I. W. Sukadana, and I. W. Suarjana, "Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)," Jurnal Emas, vol. 3, pp. 227–236, 2022.
- R. Dumilah, D. Sunarsi, S. Suwanto, N. Nurjaya, and N. I. D. Waskita, "Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada PT Mayora Indah, Tbk Periode 2010-2019," Jurnal Neraca Peradaban, vol. 1, no. 3, pp. 237–245, 2021, doi: 10.55182/jnp.v1i3.62.
- W. Nurhayadi, I. Sulistiana, S. Nurkhalishah, A. F. Salam, and A. Abdurrohman, "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal," Jurnal Tirtayasa Ekonomi, vol. 16, no. 1, p. 97, 2021, doi: 10.35448/jte.v16i1.9897.
- Renalya and D. Purwasih, "Penjualan Terhadap Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Food & Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2016 – 2020)," Jurnal Revenue, vol. 3, no. 1, pp. 331–344, 2022.
- A. Nuraini, D. E. M. Wijaya, and Y. Chomsatu, "Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Struktur Modal," vol. 4, no. 1, pp. 59–78, 2020.
- I. Suharyani et al., "Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Hidrokuinon Dalam Sediaan Kosmetika," Jurnal Pharmacopolium, vol. 4, no. 3, pp. 162–173, 2021.
- Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D," 2017.
- D. U. Mukaromah and T. Suwarti, "Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating," Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 13, pp. 2614–1930, 2022.
- N. Cahyani and M. H. Y. Nyale, "Pengaruh Struktur Aset dan Likuiditas terhadap Struktur Modal dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderasi," Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, vol. 5, no. 7, pp. 2675–2686, 2022, doi: 10.54371/jiip.v5i7.748.
- E. Ellyana and H. Ruslim, "Struktur Modal Perusahaan Property dan Real Estate," Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, vol. 4, no. 1, p. 70, 2022, doi: 10.24912/jmk.v4i1.17168.
- K. Alvin, "Pengaruh Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Transportasi Dan Logistik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2018-2020," Pengaruh Struktur Aktiva Likuiditas Profitabilitas Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Transportasi Dan Logistik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2018-2020, 2020.
- V. Fandriani and H. Tunjung, "Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba," Jurnal Multiparadigma Akuntansi, vol. 1, no. 2, pp. 505–514, 2019.
- S. N. Sari and T. Budyastuti, "Pengaruh Likuiditas , Risiko Bisnis , Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal," Jurnal Akuntansi, Keuangan, Pajak dan Informasi, vol. 2, no. 1, pp. 28–40, 2022.
- U. Meilani and A. Wahyudin, "Pengaruh Struktur Aset, Risiko Bisnis, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating," vol. 34, no. 7, pp. 4–5, 2021.