Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.7825

Gender and Knowledge Shape Ethical Perceptions Among Indonesian Accounting Students


Gender dan Pengetahuan Membentuk Persepsi Etis di Kalangan Mahasiswa Akuntansi Indonesia

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia

(*) Corresponding Author

gender, knowledge level unethical behavior accounting students qualitative study

Abstract

This study explores how gender and knowledge level influence accounting students' perceptions of unethical behavior among accountants. Conducted at Muhammadiyah University of Sidoarjo, the qualitative research involved students from the 2019 to 2022 cohorts. Data was collected through interviews, observation, and documentation, using triangulation for validation. The results show that while both male and female students have similar interpretations of ethics, female students generally have a better understanding. Additionally, higher knowledge levels correlate with a broader ethical understanding, but ethical orientation is ultimately influenced by individual morals and personal interests.

 

Highlight:  

  1. Male and female students share similar ethical interpretations.
  2. Female students exhibit better understanding of ethical concepts.
  3. Knowledge level enhances understanding, but ethics depend on morals and interests.

Keyword:  gender, knowledge level, unethical behavior, accounting students, qualitative study

Pendahuluan

Dalam menerapkan berbagai kegiatannya seorang akuntan sakarang diharuskan untuk bisa meniingkatkan kinerja dalam hal profesionalismennya, karena menaiknya kompensasi serta tuntutan dalaam mewujudkan profesii akuntan yang lebih baik [1]. Untuk mendukukng profesionalisme akuntan maka organisasi Akuntan Indonesia atau sering kita sebut dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan aturan-aturan yang memuat segala sesuatu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip moral, dan mengatur semua yang menyangkut perilaku professional profesi akuntan. Aturan tersebut dinamakan Kode Etik yaitu segala aturan yang sudah ditetapkan untuk menata segala norma dalam perilaku akutan terhadap para para klien, sesama akuntan sejawat maupun antara profesi di lingkungan masyarakat [2].

Pelanggaran etika sendiri berkembang di Indonesia dari waktu ke waktu baik itu dilakukan oleh akuntan intern, akuntan publik, maupun akuntan dalam pemerintahan. Pelanggaran etika sendiri berkembang di Indonesia dari waktu ke waktu baik itu dilakukan oleh akuntan intern, akuntan publik, maupun akuntan dalam pemerintahan [3]. Pihak-pihak yang ada dalam profesi di bidang akuntansi tersebut harus mematuhi segala peraturan dan etikan. Mengatur segala tingkah laku, nilai dan norma pada indidu maupun masyarakat harus dijadikan pegangan [4].

Awal mula perilaku tidak etis dikalangan profesional sebenernya sudah terjadi sejak dini atau sejak masa tumbuh seorang siswa atau mahasiwa. Salah satu contoh perilaku tidak etis yakni akitivitas menyontek atau menjiplak, tentunya aktivitas ini yang menjadikan titik awal perilaku tidak etis tumbuh [5]. Hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku tidak etis yakni lingkungan lingkungan pendidikan. Dunia pembelajaran dalam bidang akuntansi juga mempunyai dampak besar pada perilaku etis seseorang [6] .

Adapun persepsi mahasiswa akuntansi dalam proses analisis dapat dipengaruhi banyak hal salah satunya mengenai Gender, karena diketahui banyak skandal atau kasus keuangan yang melibatkan Gender dalam lingkup bisnis [7]. Sifat yang dikuntruksikan secara sosial maupun kultural melekat pada kaum lak-laki serta perempuat disebut dengan gender [8]. Seperti halnya seorang laki-laki akan selalu bersaing dan melakukan segala hal untuk mencapai apa yang diinginkan dengan harapan mendapatkan prestasi dari atasan atau perusahaan. Sedangkan perempuan sebaliknya, para perempuan akan mementingkan self-perfomance atau menitik beratkan pada orientasi tugas dan hubungan diantara sesama, dengan kata lain perempuan akan lebih patuh akan peraturan [9].

Dalam kasus dewasa menunjukkan bahwa seorang akuntan wanita dan mahasiswi akuntansi perempuan sama- sama mempunyai nilai dan sifat yang lebih tinggi dari pada laki-laki, kelihatan bahwa secara nalaran moral dari akuntan maupun akuntanan perempuan secara fundamental berbeda dengan akuntan laki-laki [10]. Dalam profesi bukan hanya harus punya suatu keterampilan dan kepandaian, suatu profesii harus dimiliki etika yang baik pula dalam semua profesi sudah seharusnya baiknya sesesorang mengikuti dan mematuhi aturan yang ada dalam norma agar profesi yang dilakukan bisa dijalankan sebagaiman mestinya [11].

Perkembangan zaman sekarang ini menuntut manusia untuk bertindak lebih kreatif dan cerdas. Akan tetapi,profesi akuntan juga harus diiringi dengan penerapan perilaku etis sesuai kode etika yang berlaku [12]. Ketika kasus terjadi dalam sebuah profesi meningkat, maka akan timbul krisis etis professional. Dengan melihat banyaknya kasus melibatkan akuntan maka menimbulkan beragam persepsi dari banyak pihak, salah satunya mahasiswa. Sehingga dengan adanya informasi pengetahuan tersebut maka mahasiswa dalam memilih dan memilah masa depannya sesuai pertimbangan yang matang [13].

Dengan melatarbelakangi kasus di atas, maka penelitian ini berjudul “Analisis Gender dan Tingkat Pengetahuan terhadap Mahasiswa Akuntansi atas Perilaku Tidak Etis Akuntan (Studi Kasus pada Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo).

Bagaimana Gender dapat Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan ?

Bagaimana Tingkat Pengetahuan dapat Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan ?

Untuk mengetahui Bagaimana Gender dapat Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan ?

Untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Pengetahuan dapat Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa atas Perilaku Tidak Etis Akuntan ?Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta menambah wawasan yang luas.

Penelitian ini dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam mengimplementasikan sedikit pengetahuan mengenai Akuntansi Perilaku.

Penulis sangat berharap dapat memberikan kontribusi dan referensi mengenai pengembangan penelitian gender dan tiingkat pengetahuian atas periilaku tidak etiis akuntan.

Harapan besar dari hasil penelitian kali ini nambah pengetahuan dan pemaahaman mengenai akuntansii dan melatih cara berfikir ilmiiah dan menerapkan iilmu pengetahuan yang selama ini didapatkan di Universiitas. Sehingga pada jenjang karir selanjutnya dapat dipahami dan diimplementasikan atas ilmu akuntansi beserta ilmu lain didalamnya.

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi atau informasi tambahan peneliti selanjutnya di lingkup Universitas dengan topik yang sama, serta dapat menambah pembendaharaan hasil penelitian di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Metode

Penelitian ini memakai pendekatan penelitian kualitatif. Sebagaimana pendekatan kualitatiif merupakan metode penelitian yang dipakai untuk menganalisis, mendeteksi, mengggambarkan dan menjelaaskan kualitas atau keistiimewaan dari arah pengaruh sosial yang tidak bisa dijelaskan , diukur bahkan digambarkan dengan cara pendekatan kualitatif [14]. Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gender dan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan.

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang sedang atau telah menerima mata kuliah pengantar ilmu ekonomi,akuntansi keperilakuan, auditing dan etika bisniis & profesii yang diberikan pada beberapa tingkatan semester. Objek penelitian yang dipakai merupakan perilaku etis akuntan yang terdiri dari : akuntan pendidik, pemerintah, perusahaan serta akuntan publik berdasarkan gender dan tingkat pengetahuan.

Program studi akuntansi Universitas Muhammadiiyah Sidoarjo, Fakultas Bisniis, Hukum, dan Iilmu Sosiial, Jl. Mojopahit No 666 B, Sidowayah, Celep, Kec. Sidoarjo,Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61215. Peneliti memilih lokasi penelitian karena saat ini berkuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, yang memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lebih tepat dibandingkan dengan universitas lain.

Menganggap orang yang paling tahu perihal apa yang kita harapkan, sehingga memudahkan peneliti dalam menjawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut dengan tepat [15]. Menjawab dan memberikan informasi kepada peneliti merupakan manfaat informan. Karena informan memiliki nilai-nilai dan motifnya sendiri. Tidak menutup kemungkinan akan terdapat pertentangan mengenai nilai, maupun maksud dan tujuan antara informan dengan peneliti [16]. Misalnya beberapa tingkatan semester dari angkatan 2019 hingga 2022 diambil satu mahasiswa dan mahasiswi untuk diwawancari serta yang sudah menempuh beberapa mata kuliah.

Berikut kriteria pemilihan informan yang dilakukan peneliti :

Langkah Pertama yaitu, memilih mahasiswa dan mahasiswi jurusan akuntansi Fakultas Bisnis, Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Langkah keduaa yaitu, menggali segala informasi tentang mahasiswa akuntansi yang sudah menempuh mata kuliah Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur.

Langkah ketiga yaitu, memilih informan yang telah mengambil mata kuliah Akuntansi Keperilakukan.

Langkah keeempat yaitu, memilih kelompok responden mhasisw akuntansi yang sudah menempuh mata kuliah Auditing.

Langkah kelima yaitu, memiliih informan akuntansii yang sudah menempuh mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Langkah keenam yaitu, melalui segi subjektifitas dari peneliti. Bahwasannya yakin dengan para informan yang sudah dipilih dan benar-benar paham atas permasalahan yang terjadi sehingga dapat membantu tujuan yang ingin dicapai.

Fokus enelitian ini bermaksud untuk menyajikan arahan dengan gambaaran.yang ada di permasalahan ditujuan penelitian. Hal ini dilaksanakan guna menjauhi bahasan yang lebih luas. Maka dari itu terdapat keterbatasan infroman baik dari tenaga dan waktu [17]. Unit analisis penelitian ini adalah pendapat informan kunci yang terdiri oleh para mahasiswa akuntansi Univesitas Muhammadiyah Sidoarjo yang sudah ditentukan sebelumnya. Penelitian berfokus meneliti pada analisis gender serta tiingkat pengetahuan pada persepsii mahasiiswa akuntansi atas periilaku tidak etis akuntan sehingga bisa menjawab rumusan masalah dari bagaimana gender dan tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa atas perilaku tidak etis akuntan [18].

Data yang dipakai pada peneliti merupakan jenis data kualitatiif . Data kualiitatif adalah informasi berupa penjeelasan atau penegasan bukan angka yang diperoleh dari pendapat informan [19]. Data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan secara tulis maupun lisan sesuai kondisi dilapangan, dilakukannya dokumentasi atau bahkan hanya menyebarkan kusioner dengan pertanyaan yang lebih mendetail. Kemudian data dianalisis, diteliti serta dipelajari sebagai bahan komplit peneliti. Jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti kepada informan menjadi bahan utama dalam menganalisis [20].

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :

Observasi iaalah suatu prosess yang kompleks, suatu proses secara biologis dan psikologis. Dua dari diantara yang terpenting ialah proses atas pengamatan dan ingatan. Aktivitas ini diterapkan untuk melihat peristiws yang terjadi dengan pengamatan langsung, selain itu peneliti bisa cek secara langsung dari keabsahan data yang diinginkan [21].

Wawancara adalah percakapan dengan maksud dan tujuan terntu, wawancara dilaksnakan oleh dua pihak, yaitu perwawancara (interviewer) yang berfungsi sebagai pemberi beberapa pertanyaan dan terwawancaraa (intervieiwee) berperan sebagai beberpaan pemberi jawaban atas pertanyaan itu sendiri [19]. Wawancara dilaksanakan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh peneliti yang selanjutnya akan dijawab oleh beberapa mahasiswa-mahasiswi tersebut, dan jawaban yang diperoleh itulah yang menjadi bahan utama untuk mendukung penelitian ini

Mengemukakan bahwa Dokumentasi adalah setiap akan bahan tertulis atau film,lain dari pe-record yang tidak disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik menurut pendapat [19]. Dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian untuk mendapatkan sumber data karena banyak hal dalam dokumentasi itulah yang dimanfaatkan untuk menguji atau menafsirkan.

Segala upaya peneliti untuk memeriksa keabsahan data merupakan prosedur yang dilakukan peneliti untuk mengoreksi kebingungan mengenai keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Teknik validasi data menggunakan triangulasi abstraksi merupakan teknik yang digunakan peneliti. [22]. Dalam kesempatan penelitian kali ini terdapat dua triangulasi yaitu :

Penelitian ini menerapkan teknik triangulasi suumber. Teknik triangulasi dengan sumber, yaitu verifikasi dan pengumpulan informasi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan penggunaan alat yang berbeda. Cara pengujiannya menggunakan teknik segitiga sumber yaitu membandingkan data observasi dengan hasil observasi dan wawancara, membandingkan hasil wawancara seseorang dengan orang lain. [19]

Triangulasisi teknis menerapkan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama [21]. Triangulasi teknik ini bertujuan untuk memverifikasi keandalan hasil penelitian dengan memverifikasi informasi yang diperoleh dari wawancara observasional, hasil wawancara, dan hasil observasi yang terdokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut dengan model Milies and Huberman ada tiga tahap dalam menganalisa yakni [21] :

Mereduksi data merupakan aktivitas yang mencakup seperti merangkum, memilah serta memfokuskan hal- hal sekiranya penting. Pengumpulan data dan informasi guna mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku tidak etis akuntan merupakan pengertian dari reduksi data.

Dalam penelitian kualitatif, data disajikan (penyajian data) dalam bentuk uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori, dan lain-lain. Dalam hal ini penyajian data ditujukan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan pekerjaan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. .

Langkah terakhir dalam penelitian kita adalah menarik kesimpulan atau memverifikasi. Tahap verifikasi merupakan koreksi terhadap hasil yang akan peneliti gunakan sebagai kesimpulan penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan peneliti membagi ada 4 pemahaman terhadap objek yang telah diteliti yaitu : pemahaman mahasiswa akuntansi atas definisi etika, kesamaan etika secara konsepsi dengan penerapannya, unsur yang perlu diterapkan dalam etika dan faktor terjadinya pelanggaran etika, sebagi berikut :

Manusia memiliiki bentuk pertanggungjawabannya sebagai arahan kehidupannya [23]. Dengan menggunakan unsur etiika, konsep berkehidupan semakin menjadi ”berarti” untuk masyarakat di lingkungan sekitarnya, karena dengan adaanya etika dalam konsep berkehidupan memberikan inspirasi tersendri lebih dalam..

Mahasiswa menganggap bahwa etika sangat penting karena etika sendiri merupakan konsep kehidupan manusia yang menitikberatkan pada norma dan nilai-nilai yang terjadi pada masyakarat. Tujuan mahasiswa memahami seberapa pentingnya etika adalah guna membentuk karakter yang berperilaku baik serta dapat mengaplikasikan dengan kemudian hari.

Jadi, mahasiswa akuntansi yang memiliki pemahaman mendalam mengenai etika dalam berkehidupan maupun berprofesi akan dapat menilai atau mengantisipasi segala aktivitas yang melanggar etika profesi sehinga kode etik profesi akan tetap berjalan dengan semestinya. Pemahaman mengenai etika diperlukan setiap mahasiswa agar dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan menjadi akuntan yang berintregritas dan bertanggung jawab.

Dasar pemikira dalam penentuyaan sikap serrta arah yang tepat yang berhubugan dengan dilematis disebut dengan orientasi etis [24]. Kesimpulan dari jawaban informan diatas adalah secara sifat antara laki-laki dan perempuan mempunyai persepsi yang hampir sama yakni etika memiliki konsep yang baik akan tetapi dalam praktinya banyak terjadi pelanggaran etika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam profesi.

Diharapkan mahasiswa sudah memiliki wawasan maupun pengetahuan secara mendalam ini kelak akan menjadi seorang yang berprofesi akuntan yang menjalankan kode etik profesi akuntan dengan baik, sehingga menimbulkan persepsi baik di masyarakat luas [25]. Walaupun terkadang di dalam praktiknya sendiri yakni dunia kerja masih banyak orang-orang yang tidak mematuhi etika yang berlaku dalam profesi akuntan mahasiswa tetap konsisten dalam menegakkan prinsip kode etika yang baik.

Menerangkan bahwa kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya [26]. Sehingga kesimpulan dari jawaban mahasiswa bahwa pada dasarnya harus ada kesadaran pribadi diri sendiri mengenai etika serta didalam penerapannya memang harus ada dan harus dijalankan. Kesadaran diri atas etika diperlukan untuk mengoptimalkan tujuan tercapainya penerapan etika dilingkungan profesi akuntan. Mahasiswa yang sudah mendapatkan ilmu serta pemahaman mengenai etika diharapkan secara sadar menegakkan kode etik secara baik dan konsisten.

Bagi kedelapan informan ini, materri menjadi hal realistis terhadap penetapan etika. Karena matersi sendiri dapat menjadi tolak ukur serta bentuk ketetapan standarisasi. Jadi ukuran keberhasilan seseorang selalu ditentukan oleh sejauh mana ia dapat mengumpulkan pendapatannya baik berupa materi maupun uang [27]. Tentunya penilaian ini juga berlaku bagi karyawan perusahaan tempatnya bekerja. Semakin tinggi tingkat tunjangan yang diterima dari karyawan, maka semakin tinggi kinerjanya yang dihargai. [23].

Diharapkan mahasiwa sebagai calon akuntan berfikir bijaksana dalam menentukan suatu keputusan di masa mendatang. Memang materi merupakan hal yang tidak bisa dibantahkan ketika seseorang dihadapkan dengan kebutuhan atau keinginan sesaat, akan tetapi seseorang akan lebih mensyukuri apa yang sudah di dapatkan dan melakukan hal-hal yang tidak merugikan pihak lain ketika seseorang tersebut ingin meraih sebuah keingian yang dicapai.

.

Dari pembahasan di atas dapat ditemukan kesimpulan dengan judul “Analisis Gender dan Tingkat Pengertahuan pada Persepsi Mahasiswa Akuntansi atas Perilaku Tidak Etis Akuntan” adalah sebagai berikut :

Setelah mempelajari dan menganalisis hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

Hasil penelitian ini dapat dijadikan evaluasi dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai etika profesi yang kedepannya akan menjadi seorang calon akuntan. Penerapan etika profesi akan berjalan baik dengan mematuhi segala kode etika yang berlaku. Hilangkan ego untuk mendapatkan materi lebih dengan cara yang tidak baik. Membentuk pribadi yang jujur, berintegritas dan bertanggung jawab atas profesi yang akan dijalani. Fokus menggapai cita-cita dengan cara yang baik tanpa merugikan pihak manapun.

Kajian penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian dengan kajian yang sama dan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan penelitian ini di bidang yang sama. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber yang terkait dengan orientasi etis seorang akuntan, karena pada dasarnya mahasiswa (calon akuntan) perlu untuk memahami dan menggusai diri atas perilaku etis pada kegiatan proses belajar maupun pekerjaan.

Simpulan

Dari hasil penelititan ditemukan bahwa pemahaman serta penafisran yang sama antara mahasiswa serta mahasiswi akuntansi terhadap konsep etika. Namun mhasiswa mempunyai pemahaman yang berbeda-beda mengenai pemahaman etika dalam penerapan perilaku etis. Secara khusus, mahasiswi mempunyai pemahaman yang jauh lebih baik dibandingkan mahasiswa akuntansi dan mahasiswa akuntansi mempunyai pemahaman yang berbeda dan lebih baik dibandingkan mahasiswa etika [28].

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan (semester) akan mempengaruhi pemahaman yang lebih luas bila dibandingkan semester awal. Kemampuan memahami menurut kepekaan dan daya serap materi dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu penerjemahan, interpretasi, dan ekstrapolasi. [29]. Namun, tingkat pengetahuan tidak selalu menentukan orientasi etika tergantung moral dan kepentingan pribadi.

References

  1. S. dan A. H. Abdullah, "Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset Akuntansi," J. Akunt., 2002.
  2. A. Ardianingsih, "Audit Laporan Keuangan," J. Akunt., vol. 1, 2018.
  3. E. Briantono and T. Achmad, "Pengaruh Locus of Control, Love of Money, dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Etika Profesi Akuntan," Diponegoro J. Account., vol. 9, no. 1, pp. 1–11, 2020.
  4. K. I. D. Lestari, I. W. Ramantha, and I. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, "Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan," J. Akunt., 2019.
  5. S. Ahmad, "Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar," J. Publik, 2013.
  6. K. S. Yuliani, "Pengaruh Orientasi Etika, Tingkat Pengetahuan dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Perilaku Tidak Etis Akuntan," J. Ilm. Mhs. Akunt. Undiksha, vol. 1, no. 1, pp. 180–220, 2019, [Online]. Available: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.27
  7. Djaali, "Psikologi Pendidikan," J. Publik, 2009.
  8. S. M. Mulia, "Tauhid dan Risalah Keadilan Gender," 2006, [Online]. Available: http://www.fahmina.or.id/pemikiran-fahmina/fiqh-perempuan/695-tauhid%0Adan-risalah-keadilan-gender
  9. Aulia, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi di Kota Surabaya dalam Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik," E-Jurnal Akunt., 2016.
  10. S. Loue, "Textbook of Research Ethics: Theory and Practice," Acad. Publ., 2002.
  11. E. Efran, "Pengaruh Idealisme, Relativisme, Gender dan Tingkat Pengetahuan Terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan," J. Ilm. Mhs. Akunt. Undiksha, vol. 15, 2020.
  12. E. Mulyana, "Jurnal Pendidikan," vol. 12, no. 1, pp. 24–29, 2022, [Online]. Available: http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp/search/authors/view?givenName=Mery Noviyanti&familyName=&affiliation=Universitas Terbuka&country=ID&authorName=Mery Noviyanti
  13. Higgins and Kelleher, "Comparative Perspectives on the Ethical Orientations of Human Resources, Marketing and Finance Functional Managers," J. Bus. Ethics, vol. 56, 2005.
  14. S. K. Kusrini, "Sistem Pakar: Teori dan Aplikasinya," J. Pendidik., 2006.
  15. S. A. Mu’min, "Regulasi Diri dalam Belajar Mahasiswa yang Bekerja (Studi pada Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari)," vol. 9, no. 1, pp. 1–20, 2016, [Online]. Available: https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-tadib/article/view/499
  16. Limbong, "Ekonomi Kerakyatan," J. Publik, 2013.
  17. Zimmerman, "Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview," Educ. Psychol., pp. 3–17.
  18. R. H. Lubis, "Cara Mudah Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa," J. Akunt., 2017.
  19. L. J. Moloeng, "Metodologi Penelitian Kualitatif," Pt. Remaja, 2017.
  20. Mulyadi, "Akuntansi Biaya," J. Akunt., ed. 5, 2014.
  21. Sugiyono, "Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D," Alfabeta, 2018.
  22. F. Nurainah and R. Lisnasari, "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)," J. Akunt., 2008.
  23. E. dan I. T. Subiyantoro, "Laba Humanis: Tafsir Sosial atas Konsep Laba dengan Pendekatan Hermeneutika," J. Publik, 2003.
  24. Mutmainah, "Studi tentang Perbedaan Evaluasi Etis, Intensi Etis (Ethical Intention) dan Orientasi Etis Dilihat dari Perbedaan Gender dan Disiplin Ilmu," J. Akunt., 2006.
  25. R. E. Slavin, "Educational Psychology: Theory and Practice," J. Pendidik., ed. 8, vol. 2, 2011.
  26. M. S. Hasibuan, "Manajemen SDM," J. Publik, 2012.
  27. S. P. Robbins, "Manajemen," J. Manaj., ed. 1, 2009.
  28. M. dan Marini, "Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa dan Mahasiswi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi," J. Akunt., 2013.
  29. Daryanto, "Evaluasi Pendidikan," J. Pendidik., 2008.