Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Medicine
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.5957

Analyzing Influences on Premarital Behavior Among Adolescents Through Cross-sectional Analysis


Efektivitas Intervensi Kalsium dan Aspirin dalam Pencegahan Preeklampsia

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

remarital behavior adolescents influencing factors knowledge religiosity

Abstract

This study examines the factors influencing premarital sexual behavior among high school students at SMAN 1 Wonoayu. Findings reveal significant associations between knowledge, religiosity, peer influence, and technology with premarital sexual behavior. Recommendations include enhancing coordination between healthcare professionals and educational institutions to improve awareness and involving relevant government sectors in addressing this issue.

 

Highlight:  

  1. Factors: knowledge, religiosity, peers, technology affect premarital behavior.
  2. Cross-sectional study: high school students, analyze influencing factors.
  3. Recommendations: enhance coordination between sectors, address premarital behavior effectively.

Keyword:  premarital behavior, adolescents, influencing factors, knowledge, religiosity.

Pendahuluan

Banyak dari perilaku seksual pranikah remaja tersebut mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan, seperti terkena penyakit menular seksual, kehilangan keperawanan, menyebabkan kehamilan di luar nikah, pernikahan dini karena hamil tidak terduga, bahkan ada yang memilih untuk menggugurkan kandungan atau menggugurkan anak karena perilaku seksual.[1] Menurut Kementerian Kesehatan, perilaku seksual sebelum remaja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti peningkatan risiko penyakit menular seksual seperti gonore, sifilis, herpes simpleks dan sementara itu, remaja putri berisiko tinggi mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang dilakukan tidak sesuai dengan anjuran, infeksi pada organ reproduksi, anemia, infertilitas dan kematian akibat perdarahan, keracunan selama kehamilan.[2] Dampak psikologis dapat menyebabkan depresi karena putus sekolah, kehamilan yang tidak diinginkan, melahirkan anak yang tidak sehat dan banyak lagi. Dampaknya tidak hanya pada pasangan, tetapi juga dapat merugikan banyak orang, seperti mencemarkan nama baik keluarga, terutama orang tua dan masyarakat sekitar. Pada tahun 2019 Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) di Indonesia memperoleh data 4,5% anak laki-laki dan 0,7% remaja perempuan di Indonesia sudah pernah melakukan hubungan sexual pranikah.[3] Sesuai dengan data dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2017 diketahui sebanyak 2 % pada remaja wanita dan 8 % remaja pria di rentang usia 15-24 tahun, melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan 11 dari mereka mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.[4]

Hasil dari data awal yang diambil dari remaja yang ada di SMAN 1 Wonoayu sejumlah 40 remaja didapatkan 23 remaja (66%) pernah melakukan perilaku seksual pranikah dan 17 remaja (35%) tidak pernah melakukan seksual pranikah. Dan di kecamatan Wonoayu pada tahun 2018 pernah terjadi kematian ibu melahirkan yang tergolong di usia remaja diakibatkan dari kehamilan yang tidak diinginkan.[5] Berdasarkan dari data tersebut menunjukkan tingginya perilaku seksual pranikah remaja di SMAN 1 Wonoayu. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain analitik pendekatan cross sectional. Tempat penelitian di SMAN 1 Wonoayu pada tanggal 04 November 2022. Populasi penelitian adalah seluruh siswa siswi kelas XII SMAN 1 Wonoayu berjumlah 320 orang dan sampel penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini antara lain siswa-siswi yang berusia 17-18 tahun, tinggal bersama orang tua dan bersedia menjadi responden sedangkan kriteria eksklusi adalah siswa-siswi yang sakit atau tidak hadir saat pengambilan data. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan denga nrumus total sampling yaitu dengan mengambil seluruh populasi terjangkau sejumlah 40 orang. Namun saat pelaksanaan pengambilan data jumlah siswa yang hadir dan memenuhi kriteria inklusi hanya 40 siswa karena 7 kelas sedang mengikuti kegiatan belajar.

Teknik pengambilan sampling menggunakan teknik purposive samplingyaitu memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Variabel independen penelitian ini adalah faktor pengetahuan, faktor religiusitas, faktor teman sebaya dan faktor teknologi. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian adalah perilaku seksual pranikah remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Penyajian data penelitian melalui proses editing, scoring, coding, entry dan tabulating. Kemudian di lakukan analisis data dengan menggunakan analisis uji korelasi uji Sperman Rho. Tingkat kemaknaan ≤ 0,05 dengan hipotesis hubungan yang signifikan antara religiusitas, pengetahuan, teman sebaya, dan teknologi perilaku seksual pranikah pada remaja.

Hasil dan Pembahasan

Responden pada penelitian ini mempunyai karakteristik demografi. Jumlah responden penelitian adalah 40 orang, disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut.

Karakteristik Jumlah
Frekuensi %
Usia 17 tahun 22 55
18 tahun 18 45
Total 40 100
Jenis kelamin Laki-laki 15 37
Perempuan 25 62
Total 40 100
Status berpacaran saat ini Tidak berpacaran 29 72,5
Berpacaran 11 27,5
Total 40 100
Table 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa SMAN 1 Wonoayu

Tabel I. Menjelaskan bahwa sebagian besar remaja berusia 17 tahun (55%) dan berjenis kelamin perempuan (62%), sedangkan ditinjau dari aspek status berpacaran saat ini sebagian besar tidak berpacaran (72,5%).

Karakteristik Frekuensi %
Pendidikan ayah Pendidikan Dasar 6 15
Pendidikan Menengah 26 65
Pendidikan Tinggi 8 20
Total 40 100
Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 4 10
Pendidikan Menengah 28 70
Pendidikan Tinggi 8 20
Total 40 100
Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 0 0
PNS 4 10
Swasta 27 67,5
Wiraswasta 9 22,5
Total 40 100
Pekerjaan Ibu PNS 2 5
Swasta 6 15
Wiraswasta 8 20
IRT 24 60
Total 40 100
Table 2.Data karakteristik orang tua responden

Tabel II. Menunjukkan bahwa karakteristik orang tua berdasarkan pendidikan ayah dan ibu sebagian besar berpendidikan menengah (SMA). Sebagian besar pekerjaan ayah yaitu swasta. Pekerjaan swasta yang dimaksud antara lain pedagang, usaha bengkel, supir dan membuka warung di rumah. Sedangkan sebagian besar (60%) pekerjaan ibu sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).

Pengetahuan Perilaku Seks Pranikah Total p r
Tidak Menyimpang Menyimpang
f % f % f %
Kurang 8 36 14 64 22 100 0,001 0,498
Cukup 9 75 3 25 12 100
Baik 4 66 2 34 6 100
Total 19 52,5 21 47,5 40 100
Table 3.Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Perilaku Seksual Pranikah di SMAN 1 Wonoayu

Tabel III. Menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah menyimpang lebih banyak pada remaja yang berpengetahuan kurang ( 64%), dibandingankan dengan remaja yang berpengetahuan cukup (25%) dan dan baik (34%) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Sperman’s Rho dengan α ≤ 0,05 didapatkan hasil nilai p=0,001 dan nilai r =0,498. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMAN 1 Wonoayu dan korelasinya cukup kuat.

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah individu melakukan dan mendapatkan penginderaan dari suatu objek yang diamati. Pengetahuan seseorang mendapatkan pengaruh dari pendidikan, informasi, pengalaman dan lingkungan.[6] Pendidikan memungkinkan individu untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat tentang kesehatan diri terutama tentang seks pranikah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuan yang dimilikinya. Individu yang mempunyai informasi yang banyak akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuannya. Pengalaman akan membentuk seseorang dan menjadikan individu tersebut kaya akan pengetahuan tentang kesehatan dirinya.[7] Lingkungan berpengaruh kuat dalam menentukan pengetahuan seseorang. Semakin baik lingkungan maka akan semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Pada masa remaja, khususnya pada remaja-remaja yang rata-rata mengalami peningkatan perubahan hormone hasrat seksual (hasrat seksual) karenanya remaja membutuhkan tokoh dalam beberapa bentuk perilaku. Distribusi ini tidak langsung karena usia lanjut nikah.[8] Lalu pemuda akan berkembang lebih ke arah keinginan seks untuk bertindak lebih seperti berpegangan tangan, berciuman, sampai seks. Tingkat pengetahuan tentang seks maka mereka akan cenderung memiliki perilaku seksual yang positif sebelum menikah. Di sisi lain, remaja di tingkat sedikit pengetahuan tentang seks, mereka cenderung sikap negatif terhadap seks sebelum menikah.[9]

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan seks pranikah dan sejalan dengan penelitian Silfia (2021) yang juga terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang perilaku seksual pranikah.

Religiusitas Perilaku Seks Pranikah Total p r
Tidak Menyimpang Menyimpang
f % f % f %
Kurang 2 10,5 17 89,5 19 100 0,000 0,679
Cukup 8 57,1 6 42,9 14 100
Kuat 7 100 0 0 7 100
Total 17 42,5 23 57,5 40 100
Table 4.Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Pranikah di SMAN 1 Wonoayu

Tabel IV. menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah menyimpang lebih banyak pada remaja yang religiusitas kurang ( 89,5%), dibandingankan dengan remaja yang religusitas cukup (42,9%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Sperman’s Rho dengan α ≤ 0,05 didapatkan hasil nilai p=0,000 dan nilai r =0,679. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada hubungan religiusitas dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMAN 1 Wonoayu dan korelasinya cukup kuat.

Seseorang yang mempunyai tingkat religiusitas yang rendah tidak menghayati agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilakunya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Orang yang seperti ini mempunyai religiusitas yang rapuh sehingga dengan mudah dapat ditembus oleh daya atau kekuatan yang ada pada wilayah seksual. Maka dengan demikian, seseorang akan dengan mudah melanggar ajaran agamanya misalnya dengan melaksanakan perilaku seks bebas sebelum menikah.[10] Sebaliknya, apabila seseorang mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi akan memandang agamanya sebagai tujuan utama hidupnya, sehingga dia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari. Hal ini berarti bahwa religiusitas yang ada dalam dirinya mempunyai batas yang kuat sehingga dorongan seksual berupa penyaluran hasrat seksual tidak dapat menembus wilayah religiusitas yang ada dalam dirinya.[11]

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ibnu (2016) yang menyatakan ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku seksual pranikah, mahasiswa yang mempunyai religiusitas rendah maka akan semakin tinggi perilaku seksual pranikahnya.[12] Sebaliknya mahasiswa yang mempunyai religiusitas tinggi maka akan semakin rendah perilaku seksual pranikahnya.

Kenakalan remaja sedang menjadi tren pemuda melakukan perbuatan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan diri dan orang lain oleh pemuda kelompok umur 13 sampai 17 tahun. Remaja dengan perilaku buruk ditetapkan sebagai memiliki gelar agama yang rendah dan kontrol diri yang rendah lemah. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah kemampuan pengendalian diri. Remaja dengan kegagalan untuk mengembangkan pengendalian diri cukup perilaku berarti kegagalan dalam mempelajari perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh masyarakat.[13] Hasil studi terbaru oleh Santrock (2007) menunjukkan hal itu bahwa pengendalian diri berperan penting dalam kenakalan remaja. Kendalikan dirimu menggambarkan keputusan individu yang menjalani pertimbangan kognitif untuk setuju perilaku yang telah terstruktur untuk mempromosikan hasil dan tujuan tertentu seperti belajar. Orang-orang dengan pengendalian diri yang hebat sangat tertarik dengan jalan yang benar berperilaku dalam situasi yang berbeda. Remaja memiliki kontrol diri yang besar cenderung menghindari perilaku buruk dan tidak akan terjebak dalam campuran lingkungan.

Teman Sebaya Perilaku Seks Pranikah Total p r
Tidak Menyimpang Menyimpang
f % f % f %
Positif 14 77,8 4 22,2 18 100 0,001 0,503
Negatif 6 27,3 16 72,7 22 100
Total 20 50 20 50 40 100
Table 5.Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Pranikah SMAN 1 Wonoayu

Tabel V. Menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah menyimpang lebih banyak pada remaja dari pengaruh negatif dari teman sebaya (72,7%), dibandingankan dengan pengaruh positif dari teman sebaya (22,2%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Sperman’s Rho dengan α ≤ 0,05 didapatkan hasil nilai p=0,001 dan nilai r =0,503. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMAN 1 Wonoayu dan korelasinya cukup kuat.

Perilaku teman sebaya yang tidak baik dalam satu kelompok remaja akan berdampak kepada penyimpangan perilaku seksual yang tidak baik juga. Misalnya putus sekolah, timbul penyakit kelamin, pernikahan dini dan aborsi pada remaja. Tingginya perilaku penyimpangan seksual di kalangan siswa, salah satu disebabkan faktor lingkungan pergaulan yang tidak sehat. Misalnya mereka senang berkumpul di tempat hiburan, tempat sepi (gelap), secara tidak disadari akan membawa dampak negatif terhadap perkembangan sosialnya.[14] Biasanya remaja selalu mencari teman sebaya yang mempunyai keinginan yang sama, dalam memuaskan keinginannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ganda (2019) yang juga mengungkapkan adanya hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seksual remaja di SMK Medan Area Medan Sunggal dan sejalan dengan penelitian Hanifah (2015). Pergaulan teman sebaya mempunyai dampak yang besar bagi perilaku seksual remaja karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama temannya.

Didapatkan peran teman pada remaja pria lebih berharga wanita. secara biologis perbedaan anatomi dan fisiologi anak laki-laki dan anak perempuan. Dewasa seks lebih lambat untuk pria dibandingkan wanita ditandai dengan mimpi basah dan luas penis, testis dan skrotum, pertumbuhan rambut di bagian dada, kaki dan kumis, suaranya menjadi lebih banyak, tubuhnya berat dan dimulai otot. Hasil ini dorongan seksual muncul dan tumbuh lebih kuat pada alat kelamin pria.[15] Saat itu hal-hal ini, remaja melakukan masturbasi untuk kepuasan diri melepaskan hasrat seksual mereka. Di samping itu perbedaan biologis, ada perbedaan kognitif dan emosional pada remaja disebabkan oleh peran gender yang ditanamkan sejak kecil. Remaja cenderung tidak menunjukkan emosinya, mereka lebih menyendiri dan menjauhkan diri dari orang lain. Remaja dalam pola perilaku cenderung berani melakukan perilaku tersebut risiko seperti terlibat dalam kekerasan dan pidana. Remaja benar berbagai tingkat kepentingan karena tekanan kemerdekaan lebih cepat, tekanan lebih kuat memenuhi peran dan kehadiran gender pengaruh yang kuat dari peran teman sebaya.

Teman sebaya memiliki fungsi sebagai tempat perubahan perilaku yang terjadi karena adanya transfer perilaku antar sesama teman. Pendapat dari Santrock ini dengan analisa jawaban kuesioner pergaulan teman sebaya yang menemukan bahwa sebanyak 75,4% responden mengaku bahwa mendapatkan ajakan dari temannya untuk mendapatkan pacar. Atas dasar hal tersebut dapat terlihat bahwa hal keinginan remaja untuk berpacaran ternyata dipengaruhi ajakan teman sebaya.

Teknologi Perilaku Seks Pranikah Total p r
Tidak Menyimpang Menyimpang
f % f % f %
Positif 7 87,5 1 12,5 8 100 0,000 0,627
Negatif 4 12,5 28 87,5 32 100
Total 11 27,5 29 72,5 40 100
Table 6.Hubungan Teknologi dengan Perilaku Seksual Pranikah di SMAN 1 Wonoayu

Tabel VI. Menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah menyimpang lebih banyak pada remaja dari pengaruh negatif dari teknologi (87,5%), dibandingankan dengan pengaruh positif dari teknologi (12,5%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Sperman’s Rho dengan α ≤ 0,05 didapatkan hasil nilai p=0,000 dan nilai r =0,627. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada hubungan teknologi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMAN 1 Wonoayu dan korelasinya cukup kuat.

Banyak faktor yang melatarbelakangi penggunaan teknologi informasi seseorang. Tidak tersedianya arus informasi yang akurat dan benar, menjadikan remaja melakukan pencarian akses dan eksplorasi sendiri melalui media. Perkembangan teknologi informasi yang pesat menjadikan seseorang mudah menggunakan akses informasi, termasuk mencari informasi mengenai seks. Informasi yang diakses baik dari televisi, majalah, radio atau internet inilah yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk remaja. Penggunaan teknologi informasi mempengaruhi perolaku seseorang, karena apabila seseorang menggunakan teknologi informasi dengan frekuensi sering cenderung mendapatkan informasi yang lebih banyak termasuk informasi mengenai seks.[16]

Era semakin cepat dengan segala macam perangkat elektronik salah satunya yang sangat canggih adalah smartphone yang jumlahnya banyak dulunya aplikasi app, baik app bawaan maupun app keren seperti youtube, di sini saya menganggap hampir semua orang menyukai aplikasi youtube ini, terutama remaja kontemporer menganggap youtube sebagai sarana untuk menghibur mereka bahkan ketika fakta sederhana dari melihat telah dibawa rasa puas bagi mereka, dan mereka juga memainkan setiap gerakan dan serta fitur yang dikandungnya. Pengamatan saya sebagai kepala pemuda desa sekarang lebih aktif di dunia maya dan lebih sedikit di masyarakat, topiknya juga perilaku tidak dalam batas usia.[17]

Remaja lebih suka mengakses media sosial. penggunaan teknologi yang didukung pada nilai budaya sebagai aturan dalam pergaulan dapat mencegah timbulnya perilaku seks pranikah pada remaja. Persentase remaja yang mempunyai uang saku sedang cenderung mengarah pada penggunaan teknologi yang negatif. Hal ini dikarenakan kemungkinan remaja menggunakan uang sisa sakunya untuk membeli internet. Remaja dengan uang saku sedang perharinya rata-rata dari keluarga yang mempunyai ekonomi yang sedang.

Simpulan

Terdapat hubungan faktor pengetahuan, religiusitas, teman sebaya dan teknologi dengan perilaku seksual pranikah di SMAN 1 Wonoayu. Saran untuk penelitian selanjutnya tenaga kesehatan meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor dimana meningkatkan peran bapak/ibu guru dalam pengetahuan tentang perilaku seksual pranikah remaja serta berkoordinasi dengan Kemendikbud ( Peran UKS ) dan Kementerian Kominfo.

References

  1. S. Janti, “Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap Pengembangan SI/TI Dalam Penentusn Pengambilan Keputusan Penerapan Strategic Planning pada Industri Garmen.,” in Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SNAST), pp. 155–160, Nov. 2014.
  2. T. Wahyuningrum, N. Saudah, and W. W. Novitasari, “Hubungan Paritas Dengan Berat Bayi Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.,” in Jurnal Kebidanan Midwiferia, vol. 1, no. 2, Art. no. 2, Oct. 2015, doi: 10.21070/mid.v1i2.352.
  3. D. E. Akaputri et al., “Pengaruh Penggunaan Teknik Digital Teenager Health Care Service(Thecars) Dalam Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (Pkpr) Terhadap Perubahan Perilaku Sehat Remaja Putri Tentang Infeksi Menular Seksual (Ims) Di Sma Negeri 1 Ciseeng Kabupaten Bogor.,” in Jurnal Sistem Kesehatan, vol. 5, no. 2, Art. no. 2, 2019. [Online]. Available: http://journal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/25660
  4. E. Mardyantari et al., “Hubungan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja.,” in Strategi Jurnal Ilmiah Kesehatan, vol. 7, no. 1, pp. 36–39, May 2018, doi: 10.30994/sjik.v7i1.145.
  5. W. Handayani and E. R. Kustanti, “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Dengan Intensi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja.,” in Jurnal EMPATI, vol. 7, no. 1, Art. no. 1, Jun. 2020.
  6. Maryatun and W. Purwaningsih, “Hubungan Pengetahuan Dan Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Anak Jalanan DI Kota Surakarta.,” in Gaster, vol. 9, no. 1, Art. no. 1, Feb. 2012.
  7. Y. Gustiani and T. Ungsianik, “Gambaran Fungsi Afektif Keluarga dan Perilaku Seksual Remaja.,” in Jurnal Keperawatan Indones., vol. 19, no. 2, Art. no. 2, Jul. 2016, doi: 10.7454/jki.v19i2.459.
  8. M. Azinar, Z. Shaluhiyah, and H. Pietojo, “Perilaku Seksual Pranikah Berisiko pada Mahasiswa yang Menyebabkan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).,” in Jurnal Promosi Kesehatan Indones., vol. 6, no. 1, pp. 9–18, 2011.
  9. H. Suharsa, “Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Atas serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2006.,” no. 2, 2016.
  10. D. Pradhana and S. K. Winarsih Nur A., “Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di Lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan Y Di Pacitan.,” s1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016. Accessed: Mar. 06, 2023. [Online]. Available: http://eprints.ums.ac.id/47579/
  11. Hijrah and N. Intan, “Dampak Negatif Pemanfaatan Aplikasi Tik-tok Di Kalangan Remaja Desa Mata IE Kabupaten Aceh Barat Daya.,” in TANZIR Jurnal Ilmiah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, pp. 277–283, Dec. 2021, doi: 10.47498/tanzir.v12i2.731.
  12. Unknown, “Religiusitas, Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja.,” Accessed: Mar. 06, 2023. [Online]. Available: https://core.ac.uk/reader/229330550
  13. S. A. N. Halu and N. Dafiq, “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah.,” in Wawasan Kesehatan, vol. 6, no. 1, Art. no. 1, Jul. 2021, Accessed: Mar. 06, 2023. [Online]. Available: https://stikessantupaulus.e-journal.id/JWK/article/view/114
  14. M. R. S. Wulandari and A. A. N. N. Kusuma, “Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja Laki - laki Dan Remaja Perempuan : Studi Komparatif.,” in Jurnal Riset Kesehatan Nasional, vol. 3, no. 1, Art. no. 1, May 2019, doi: 10.37294/jrkn.v3i1.135.
  15. G. Sigalingging and I. A. Sianturi, “Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja DI SMK Medan Area Medan Sunggal.,” in Jurnal Darma Agung Husada, vol. 5, no. 1, Art. no. 1, Feb. 2019.
  16. P. Lestari, E. A. Pratiwi, and I. Wasliah, “Pengetahuan Remaja terhadap Perilaku Seksual Pranikah,” in Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, vol. 2, no. 2, p. 77, Oct. 2019, doi: 10.32584/jika.v0i0.360.
  17. Unknown, “Peran kontrol diri dan intensitas mengakses porno media terhadap perilaku seksual pranikah remaja madya di SMKN 1 Denpasar.”