Abstract
This research aims to shed light on user reception of the online dating application Tinder as a medium for self-disclosure, prompted by the surge in criminal activities and sexual violence incidents experienced by some users who readily engage with strangers in the virtual realm of social media dating. Employing qualitative research methods and Stuart Hall's encoding-decoding model, the study utilized in-depth interviews and purposive sampling for data collection. The qualitative analysis revealed three informants in a dominant position, two in opposition, and all informants engaged in negotiation. Key findings highlight user interest in Tinder's visually appealing features, including logos, colors, and messaging, along with a focus on the provided security measures and privacy policies. Notably, informants expressed reluctance to disclose personal information, deeming Tinder susceptible to criminal activities and sexual harassment. This study contributes valuable insights for enhancing the safety and user experience within online dating platforms.
Highlights :
- User Perception: Explore how users perceive and engage with the Tinder app, focusing on visual elements and messaging features.
- Privacy Concerns: Uncover the hesitancy of users to disclose personal information due to perceived risks of criminal activities and sexual harassment.
- Security Measures: Highlight the importance of users' positive reception towards security features and privacy policies implemented by Tinder for ensuring a safer online dating experience.
Keywords: Online Dating, Tinder, User Reception, Self-Disclosure, Safety
Pendahuluan
Salah satu kemajuan teknologi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat adalah dengan hadirnya media onlineatau media baru. [1] Media online kini tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam melakukan interaksi dengan orang lain.Lingkungan media baru atau dikenal dengan cyberspace telah membawa tawaran pemikiran baru terhadap riset media yang tidak hanya berfokus pada pesan semata, tetapi mulai melibatkan teknologi komunikasi itu sendiri yang secara langsung maupun tidak memberikan fakta bahwa perangkat komunikasi berteknologi itu merupakan salah satu bentuk atau tipe dari lingkungan sosial tidak hanya bisa dilihat sebagai media dalam makna teknologi semata, tetapi juga makna lain yang muncul seperti, budaya, politik, dan ekonomi.[1]
Salah satu jenis inovasi dari teknologi media baru itu sendiri adalah aplikasi kencan online atau dating apps yang mana saat ini marak digunakan oleh masyarakat. Kencan Online didefinisikan sebagai pengembangan hubungan romantis melalui internet. Sebelum hadirnya aplikasi kencan online seseorang menemukan pasangan melalui cara-cara umum dan sederhana, baik itu dikenalkan oleh teman, keluarga atau kegiatan tertentu yang melibatkan bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang, teman sekolah, teman kerja, bahkan teman sepermainan mereka sendiri. Namun, dengan hadirnya teknologi yang semakin canggih budaya masyarakat dalam menemukan pasangan atau jodoh kian bervariasi dan berkembang.jumlah pengguna aplikasi kencan online Tinder kinitelahmencapai 100 jutalebihberdasarkanjumlahpengunduhpada Play Store. Penggunaan aplikasi kencan online saat ini menjadi fenomena sosial yang sedang populer dan menarik minat masyarakat yang menggunakan media sosial secara aktif.
Dari sini aplikasi kencan online masih dianggap tabu bagi masyarakat yang mana para pengguna dapat mengobrol bebas dengan orang-orang yang tidak dikenal dan baru ditemui secara virtual. Ditambah lagi keaslian identitas pengguna yang masih bisa dengan mudah untuk dipalsukan juga menjadi hal dilematis di masyarakat.Aplikasi kencan online jugamasih dianggap tabu bagi masyarakat yang mana para pengguna dapat mengobrol bebas dengan orang-orang yang tidak dikenal dan baru ditemui secara virtual.Namun, aplikasikencan online masih memiliki banyak peminat dan pengguna Aplikasi kencan online Tinder dikenal sebagai sarana untuk dapat bertemu dan berkenalan secara digital dengan orang lain dengan tujuan sebagai media berkencan atau pencarian jodoh. Tinder sendiri tidak jauh berbeda dengan media sosial pencarian jodohatauaplikasi kencan online lainnya seperti Tantan, Paktor, Beetalk, dan lain-lain.
Resepsi adalah kajian terhadap teks media yang berfokus pada bagaimana penerima pesan memberikan respon suatu karya sehingga menimbulkan respon. Khalayak menciptakan respon yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu yang lain dalam menginterpretasikan pesan yang diterima dari suatu media. Khalayak memiliki peran yang penting dalam penelitian karena dasar dari teori resepsi adalah penelitian yang berfokus pada penerimaan khalayak media bukan pengirim pesan di media. Dalam proses resepsi, khalayak tidak hanya sebuah makna namun banyak pemaknaan lain sehingga menimbulkan tanggapan lain dari konten yang ditayangkan oleh media sehingga menciptakan respon yang beragam baik itu respon yang positif maupun respon yang negatif. Morisson menjelaskan menurut Stuart Hall bahwa analisis resepsi memiliki proses decoding terhadap pesan, yakni persepsi, pemikiran, preferensi, dan interpretasi.[2]
Persepsi adalah tanggapan langsung dari penerima pesan atau audience terhadap pesan yang diterima melalui kesan ditangkap oleh panca indera. Indera dapat berfungsi sebagai penghubung dari seseorang terhadap lingkungannya, sehingga seseorang dapat memiliki pengalaman mengenai sebuah objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh melalui informasi dan pemaknaan pesan. Persepsi merupakan pengalaman tentang sebuah objek, kejadian, serta hubungan-hubungan yang didapat dengan menyimpulkan informasi serta menafsirkan pesan (Rakhmat, 2018:63). [2]
Pemikiran dapat dikatakan sebagai suatu proses atau kegiatan dimana seorang individu menimbang, menghubungkan yang didasarkan pada akal, ingatan, serta, angan-angan sehingga seorang individu dapat mengambil kesimpulan dari hasil pemikirannya. [2]
Suatu pemikiran yang muncul dari emosi seseorang sehinngga dapat menciptakan suatu persepsi dalam menerima sebuah pesan disebut dengan preferensi. Dalam analisis resepsi komponen yang sesuai dapat mempengaruhi cara seseorang untuk meneliti suatu media, seperti;film, iklan, atau suatu konten di media. {2]
Interpretasi adalah bagaimana seseorang dalam berpendapat terhadap pesan yang didapat berdasarkan pengalaman hidup massa lalu yang dikombinasikan dengan pengalaman hidup baru sehingga menjadi satu kesatuan arti yang kemudian digunakan dalam menentukan pilihan atau keputusan. [2]
Stuart Hall memaparkan bahwa untuk membentuk kerangka pemikiran yang membedakan khalayak dalam analisis resepsi memiliki beberapa tipe yakni oposisi, dominan, dan negosiasi (Hall, 1993).PosisiOposisidimanakhalayak tidak sependapat dengan pesan yang disampaikan oleh media dan memiliki pemikirannya sendiri mengenai makna dari informasi pesan yang disampaikan oleh media tersebut. PosisiDominanyaitudimanaposisi audiens memiliki pemaknaan informasi yang sama dengan informasi pesan yang mereka dapat melalui media, dengan kata lain audiens menerima informasi pesan dengan baik yang dibuat dan diberikan oleh media. Posisi Negosiasiyaitudimanaaudiens melakukan pemilahan informasi dan menyesuaikan terlebih dahulu dengan tradisi dan norma-norma yang berlaku sebelum memberikan pendapat terhadap informasi-informasi dari media. Ketika pesan yang disampaikan oleh media sesuai dengan norma dan tradisi setenpat maka audiens akan menerimanya, begitupun sebaliknya. [2]
Tinder merupakan media sosial atau aplikasi kencan berbasis online yang dikembangkan oleh perusahaan dari Amerika Serikat yaitu InterActiveCorp (IAC).[3]Tinder dapat membantu penggunanya dalam menemukan orang-orang baru yang mungkin berpotensi sebagai relasi baru bahkan pasangan. Tinder menggunakan basis lokasi atau biasa dikenal dengan fitur GPS dalam menghubungkan pengguna satu dengan pengguna lainnya. Pengguna dapat melihat profil mulai dari foto. usia, pendidikan, bahkan pekerjaan pengguna lainnya yang mana dapat mendukung pengguna lain tertarik dan memungkinkan kecocokan pengguna untuk mengobrol. Konsep penggunaanpada Tinder bisa dikatakan sama dengan konsep ketertarikan percintaan di dunia nyata, yang mana apabila salah satu pihak dari sepasang manusia tidak tertarik maka tidak dapat melanjutkan obrolan yang pribadi bahkan hubungan yang lebih serius seperti pernikahan. Bedanya penggunaan Tinder ini berlangsung didunia maya atau virtual yang mana seseorang dapat bertemu dengan siapa saja bahkan dengan orang yang tidak pernah mereka kenal.
Self disclosureadalah suatu kegiatan berkomunikasi dalam mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri seseorang kepada orang lain yang mana sebelumnya informasi tersebut hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan ia bersedia membagi informasi pribadi tersebut kepada orang lain secara sadar. [4] Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkanself disclosureatau penyingkapan diri yang dilakukan oleh pengguna media sosial yaitu aplikasi kencan online Tinder yang mana mudah memberikan informasi pribadi mengenai dirinya atau sekedar menceritakan perasaannya saat itu serta kejadian-kejadian yang baru ia saksikan atau lalui saat itu.Self disclosuredapat terjadi apabila seorang individu menyampaikan informasi tentang dirinya secara terbuka dan akrab dengan individu lainnya. Artinya Self disclosuredilakukan tanpa adanya paksaan melainkan atas kemauan dari diri seorang individu. Self disclosureterjadi karena adanya rasa nyaman dan kepercayaan dari seorang individu terhadap individu yang lain, dan rasa nyaman serta kepercayaan ini memerlukan proses dan waktu tertentu. [5]
Dalamsebuahpenelitianmilik Joyce Angela Wibowodankawan-kawanpadatahun 2021 lalumenyatakanbahwapenggunakencan online Tinder melakukanself disclosureatauketerbukaandirimengenaiinformasidirinyadengancarabertahapkepadalawanbicaranya, aspekkeleluasaandankedalamandalammelakukanketerbukaandiriatauself disclosureakanberkembangseiringberjalannyawaktu. Makadariitu, dalammelakukanketerbukaan, diperlukanwaktuuntukmembangunkomunikasi yang baiksehinggadapatmenumbuhkan rasa kepercayaansatusama lain dariindividu yang berkomunikasidanmampumembuatsatusama lain terbukamengenaiinformasidiripengguna. [6] Dengan bersikap terbuka antar pengguna maka pengguna akan merasa dekat dan nyaman dalam tahap perkenalan dengan satu sama lain bahkan dengan orang baru sekaipun. [8]
Teori Self disclosurepertama kali digagas dan dikenal dengan Johari Window, yang merupakan penggabungan dari dua orang penemunya yaitu Joseph Luft dan Harry Ingham. Johari Window merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan hubungannya antara pengungkapan diri dan umpan balik didalam suatu hubungan. [9] Self disclosureadalah bentuk dari interaksi atau komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi mengenai diri kita yang pada umumnya tidak dapat dengan mudah diungkapan. Dalam melakukan pengungkapan diri atau self disclosureseseorang menyampaikan informasi mengenai dirinya secara sadar.[10]
Sedangkan menurut De Vito (1997:40) yang memaknai self disclosuresebagai salah satu tipe komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberitahukan kepada orang lain. [11]Ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu informasi yang diutarakan tersebut harus informasi yang biasanya disimpan atau dirahasiakan dan informasi tersebut harus diceritakan kepada orang lain baik secara tulisan atau verbal.[12]
Self Disclosureadalah kemampuan seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain yang meliputi pikiran/pendapat, keinginan, perasaan maupun perhatian. Pada umumnya orang akan sulit terbuka pada orang lain apalagi di muka umum dalam hal ini media sosial namun dalam fenomena penggunaan media sosial orang dapat dengan mudah bersikap terbuka bahkan mempublikasikan hal-hal pribadi mengenai dirinya. [13] Maka dengan ini secara tidak langsung hal-hal yang tidak seharusnya dipublikasikan mengenai hal pribadi mengenai dirinya menjadi diketahui oleh orang lain.
Kedekatan atau proximity memiliki kaitan yang erat dengan self disclosureini, karena seseorang yang merasa memiliki kedekatan cenderung dipercaya, dengan kepercayaan yang diberikan maka seseorang dapat sangat mudah untuk menceritakan tentang dirinya atau hal-hal yang mereka alami. Kedalaman self disclosureditentukan dari keakraban seseorang dengan lawan bicaranya. Informasi yang diungkapkan dapat bersifat umum namun tidak menutup kemungkinan bersifat pribadi juga. Hal tersebut ditentukan sedalam apa keakraban yang terjalin. [14] Dalam kehidupan sehari-hari Self disclosuretidak hanya dapat terjadi dalam melakukan komunikasi secara langsung, namun komunikasi menggunakan media perantara yaitu media sosial. [15]
Berdasarkan fenomena tersebut sehingga menjadi ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana resepsi daripenggunaaplikasikencan online Tinder sebagai media Self Disclosure apakah penerima informasi cenderung menerima, menolak, atau menerima dengan suatu alasan tertentu.Seperti yangdisampaikanpadateoriresepsioleh Stuart Hall.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian ini berfokus pada penggunaan data yang akan diuraikan berupa kata-kata secara tertulis maupun secara lisan dari informan yang diamati. [7] Subjek dalam penelitian ini merupakan penggunaaplikasikencan online Tinder. Kemudian objek dari penelitian ini adalah aplikasi kencan online Tinder yang menjadi media dalam melakukan self disclosure.Peneliti memilih kandidat informan sebanyak 5 orang dengan kriteria yaknipenggunaaktifkencan online Tinder. Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data adalah metode mencari, mengkaji, dan mengulas informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sehingga informasi ini akan diolah dan dijadikan data oleh peneliti. [7]Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yakni dengan wawancara mendalam secara langsungdengandidokumentasikanmelaluirekamansuaraserta observasi. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data kemudian melakukan reduksi data, penyajian data, dan terakhir akan menarik kesimpulan. [7]
Hasil dan Pembahasan
Tinder adalah aplikasi kencan online yang menawarkan penggunanya untuk terhubung dengan banyak orang dengan berbagai karakter. Umumnya tujuan dari para penggunanya adalah untuk mendapatkan pasangan namun tidak sedikit pula pengguna Tinder menggunakan aplikasi kencan ini sebagai media untuk mendapatkan banyak relasi baru. Tinder merupakan layanan pencarian sosial yang memiliki basis lokasi dari GPS di ponsel yang memberi fasilitas pada penggunanya untuk saling tertarik berdasarkan jarak lokasi dari pengguna itu sendiri yang memungkinkan penggunanya untuk saling mengobrol dan mengenal satu sama lain dengan berbagai tujuan baik mendapatkan pasangan maupun hanya mendapatkan relasi baru.
Tinder didirikan oleh Sean Rad, Jonathan Badeen, Justin Mateen, Joe Munoz,, Dinesh Moorjani, Chris Gylczynski, serta Whitney Wolfe dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 2012 di beberapa lokasi tertentu.[13] Aplikasi Tinder dapat diunduh melalui smartphone secara gratis baik di Google Play ataupun App Store. Para penggunanya dapat mempunyai akun Tinder hanya dengan log in melalui nomor ponsel dan mereka sudah dapat menggunakannya. Pengguna Tinder pun memiliki pilihan untuk menggunakan dengan layanan berbayar maupun regular, yang mana memiliki perbedaan jenis fitur istimewa yang dapat diakses.
Persepsi merupakan tanggapan dari penerima pesan terhadap pesan yang diterima melalui kesan yang di tangkap oleh panca indera. [16] Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan mengenai persepsi terhadap aplikasi kencan online Tinder. seluruh informan menyatakan bahwa mereka tertarik setelah melihat tampilan dari aplikasi Tinder baik itu dari segi logo, warna, dan fitur yang terlihat dan informan ingin mencari informasi lebih mengenai aplikasi Tinder. Selain itu, 3 diantara informan menyatakan ingin terbuka mengenai informasi diri mereka setelah melihat tampilan yang ada pada Tinder meskipun hanya pada informasi dasar atau informasi yang tidak pribadi.
Pemikiran adalah kegiatan yang dilakukan suatu individu untuk menimbang, menghubungkan yang didasari oleh akal, ingatan, serta angan-angan sehingga suatu individu dapat mengambil keputusan atau menghasilkan pemikiran baru.[16] Dalam mengungkap pemikiran dari informan penelitian mengenai aplikasi kencan online Tinder peneliti memberikan pertanyaan mengenai pemikiran terhadap pengguna aplikasi kencan online Tinder. Pemikiran pengguna terhadap aplikasi kencan online Tinder sebagai media Self disclosuredari seluruh informan adalah aplikasi kencan online Tinder layak menjadi tempat untuk mengungkapkan informasi mengenai diri tetapi perlu memiliki batasan informasi mana saja yang akan disampaikan dan mana yang tidak harus di konsumsi oleh publik di media sosial. Selain itu, 3 informan tertarik menggunakan Tinder karena ingin mendapatkan pasangan dengan hanya mengungkapkan informasi dasar mengenai diri mereka, lalu diantaranya memilih untuk terbuka pada informasi dasar untuk mendapatkan teman dan relasi baru.
Suatu pemikiran yang muncul dari emosi seseorang sehinngga dapat menciptakan suatu persepsi dalam menerima sebuah pesan.[16] Peneliti menyodorkan beberapa pertanyaan mengenai preferensi pengguna terhadap aplikasi kencan online Tinder sebagai media Self Disclosure. Preferensi pengguna terhadap aplikasi kencan online Tinder sebagai media Self disclosureadalah seluruh informan pernah menggunakan aplikasi kencan online selain Tinder karena ingin coba-coba dan membandingkan aplikasi Tinder dengan aplikasi kencan online lainnya. 4 informan memilih aplikasi kencan online Tinder karena mendapatkan rekomendasi dari teman. Selain itu, seluruh informan memiliki jawaban yang sama bahwa mereka tidak memutuskan untuk terbuka setelah melihat aplikasi kenan Tinder karena hanya informasi dasar saja yang mereka ungkapkan.
Interpretasi adalah bagaimana seseorang dalam berpendapat terhadap pesan yang didapat berdasarkan pengalaman hidup massa lalu yang dikombinasikan dengan pengalaman hidup baru sehingga menjadi satu kesatuan arti yang kemudian digunakan dalam menentukan pilihan atau keputusan. [16]
Dalampenelitianiniinformanmengungkapkan bahwa aplikasi kencan online Tinder hanya dapat menjadi tempat mengungkapkan informasi dasar saja mengenai diri informan dan 3 diantara informan mengungkapkan bahwa Tinder sudah cukup untuk menjadi tempat mengungkapkan informasi mengenai diri informan dan tidak ada keinginan untuk menggunakan aplikasi kencan lainnya, 2 diantaranya masih ingi menggunakan aplikasi kencan online lain.
Setelah melakukan wawancara terhadap informan yang terpilihberdasarkankriteria yang sudahditentukan, peneliti kemudian memaparkan data-data yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut dan menganalisis data tersebut sehingga menjadi pembahasan guna mengetahui resepsi atau penerimaan pesan terhadap aplikasikencan online Tinder sebagai media Self Disclosure. Khalayak ataupenerimapesanakan melakukan decoding terhadap pesan-pesan yang ada dalam aplikasikencan online sebagai media Self Disclosure yang kemudian akan menghasilkan sudutpandang yang berbeda.
A. Posisi Oposisi
Dalampenelitianini, 2 Informan berada pada posisi oposisi yang mana dua informan tersebut menyatakan bahwa dengan menggunakan aplikasi kencan online Tinder tidak membuat mereka merasa cukup untuk mengungkapkan informasi mengenai diri informan tersebut dan masih memiliki keinginan untuk menggunakan aplikasi kencan online lain selain Tinder. Hal tersebut dikarenakan informan masih ingin menambah pengalaman menggunakan aplikasi kencan online lainnya.
B. Posisi Dominan
Dalampenelitianiniseluruhinformanmenolakmemberikaninformasisecaraterbukapadaaplikasikencan online Tinder. Hal inidikarenakaninformanmengkhawatirkanadanyatindakankriminalitasdanpelecehanseksual.
C. Posisi Negosiasi
Pengguna aplikasi kencan online Tinder yangjugainformandalampenelitianiniyaitu 3 informanberada pada posisi negosiasi memiliki pendapat bahwa aplikasi kencan online Tinder memang dapat menjadi tempat untuk mengungkapkan informasi mengenai diri informan baik itu bertujuan untuk mendapatkan pasangan, teman ataupun relasisehinggatidakmemilikikeinginanuntukmenggunakanaplikasikencan online selainaplikasi Tinder. Namun, beberapa informan memiliki pendapatbahwa informan hanya mengungkapkan informasi umum atau informasi dasar saja mengenai diri informan. Ini dikarenakan informan ingin menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada diri informan apabila mengungkapkan informasi yang berlebihan. Terlebih lagi didalam aplikasi Tinder, pengguna dapat bertemu dengan siapa saja dan dari mana saja yang memungkinkan terjadinya tindak kriminalitas dan pelecehan seksual. Menurut informan salahsatuinforman, ia terbuka dalam mengungkapkan informasi mengenai dirinya di Tinder karena menurutnya keterbukaan diri perlu dilakukan agar tujuannya dalam menggunakan Tinder dapat tercapai yaitu ingin mendapatkan pasangan, namun dalam aspek informasi yang lebih pribadi informantidak menyampaikannya demi keamanan diri informansendiridalam didunia nyata.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian resepsi pengguna aplikasi kencan online Tinder sebagai media Self disclosureyang dilakukan wawancara secara mendalam, memiliki kesimpulan bahwaresepsiaplikasikencan online Tinder sebagai media Self disclosuremenurut informan adalah tampilan padaaplikasikencan online Tinder menarik dan meyakinan secara keamanan aplikasi dari segi logo, warna, fitur, dan penyampaian bahasa yang digunakan serta kebijakan privasi yang dimiliki oleh Tinder. Yang mana menurut para informan tersebut membuat mereka tertarik serta memutuskan untuk mencari informasi lebih mengenai aplikasi kencan Tinderdanmemberikaninformasimengenaidiriinforman.
Dalam teori Stuart Hall ini, kode yang digunakan (encode) dan yang disandi balik (decode) tidak selalu simetris.Simestrisnya derajat yang digunakan dalam teori ini memiliki makna sebagai derajat sepemahaman dan kesalahpahaman dalam bertukar informasi pesan berkomunikasi, bergantung pada reaksi simetris atau tidaknya yang terbentuk anntara komunikator sebagai encoder dan komunikan sebagai decoder. [16]
Berdasarkan decoding pengguna aplikasi kencan online Tinder diperoleh hasil 3 informan berada di posisi negosiasiyang mana hanya ingin melihat dan menggunakan aplikasi kencan online Tinder dan tidak memiliki keinginan untuk menggunakan aplikasi kencan online lain untuk mendapatkan pasangan, teman, maupun relasi. Yang mana menurut para informan tersebut membuat merekatidakmemilikikeinginanuntukmenggunakanaplikasikencan lain selainaplikasi Tinder. Namun, meskidemikian, informantidakmengungkapseluruhinformasimengenaidiriinforman yang manamenurutmerekatermasukkedalamranahprivasi.
Sedangkan pada posisioposisi, terdapat 2 informan yang berada dalam posisi resepsi ini yang mana dua informan tersebut menyatakan bahwa dengan menggunakan aplikasi kencan online Tinder tidak membuat mereka merasa cukup untuk mengungkapkan informasi mengenai diri informan tersebut dan masih memiliki keinginan untuk menggunakan aplikasi kencan online lain selain Tinder. Hal tersebut dikarenakan informan masih ingin menambah pengalaman menggunakan aplikasi kencan online lainnya
References
- R. Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014.
- P. Sarintiya, "Analisis Resepsi Tayangan Beauty Vlogger Pria Dalam Channel Youtube Andreas Lukita," Skripsi Universitas Satya Negara Indonesia, 2020.
- C. Ferdiana, E. H. Susanto, and S. Aulia, "Penggunaan Media Sosial Tinder dan Fenomena Pergaulan Bebas di Indonesia," Journal Untar, pp. 112-118, 2020.
- J. Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018.
- Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV Alfabeta, 2017.
- J. Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
- J. A. Wibowo, G. Priyowidodo, and D. Yoanita, "Self-disclosure dalam Komunikasi Interpersonal Pengguna Aplikasi Kencan Online untuk Mencari Pasangan Hidup," Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, pp. 1-8, 2021.
- Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press, 2011.
- Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
- Sari, W. P., & Kusuma, R. S. (2018). Presentasi Diri dalam Kencan Online di Situs dan Aplikasi Setipe dan Tinder. Mediator:Jurnal Komunikasi , 155-164.
- Hall, S. (1996). Critical Dialogues in Cultral Studies. London and New York: Routledge.
- Hall, S. (1996). Questions of Cultural Identity. London: SAGE Publications.
- Manu, N. P., Joni, I. D., & Purnawan, N. L. (2017). Self disclosurePengguna Aplikasi Kencan Online (Studi Pada Tinder). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ilmu Komunikasi:Medium , 1-9.
- Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi . Bogor: Ghalia Indonesia.
- Buwana, W. (2015). Komunikasi Interpersonal Dalam Dimensi Self disclosure(Studi Deskriptif Kualitatif Remaja Di SMK Negeri 2 Kasihan, Yogyakarta). Skripsi Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta , 1-43.
- Hakim, P. A. (2021). Analisis Resepsi Isu Politik Dalam Konten YouTube Deddy Corbuzier Bersama Taufik Hidayat (Teori Encoding – Decoding Stuart Hall). Skripsi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo