Abstract
This study aims to analyze the headline coverage of Jawa Pos and Kompas newspapers on the April 16 and April 18, 2019 editions, during the Indonesian Presidential and Vice Presidential Election. Employing a qualitative descriptive method, the research focuses on structured observation and writing processes, incorporating Robert N. Entman's framing analysis theory. The findings indicate that both Jawa Pos and Kompas exhibit impartiality towards the presidential candidates, presenting neither bias towards candidate pairs nor indications of favoritism. This neutrality is discerned through a lack of elements reflecting preference in the news coverage provided by both newspapers. The study contributes to the understanding of media dynamics in shaping perceptions during crucial political events.
Highlights :
- The study explores the framing of headlines in Jawa Pos and Kompas during the 2019 Presidential Election, shedding light on media portrayal of political events.
- Notable findings reveal a lack of bias or preference towards any candidate pair, showcasing media neutrality in reporting the election.
- Utilizing Robert N. Entman's framing analysis theory, the research offers insights into the nuanced dynamics of media influence on public perception during significant political moments.
Keywords: Election Framing, Media Neutrality, Presidential Election, Headline Analysis, Robert N. Entman
Pendahuluan
Media dalam berbagai jenisnya seperti surat kabar, koran, majalah, radio, televisi hingga internet memiliki peran utama untuk menyampaikan sebuah berita, informasi atau pesan terhadap khalayak masyarakat secara luas. Akan tetapi dalam perkembangan teknologi yang pesat di era saat ini, salah satu media informasi berita harian seperti koran tetap memiliki banyak peminat dan digemari oleh beberapa kalangan masyarakat tertentu walau kompetitor media terus bermunculan dari masa ke masa.[1] Sumber media informasi yang bersaing saat ini justru lebih menampilkan banyak sisi negatif dan memiliki kesan jauh dari kode etik disebabkan oleh oknum (Jurnalis) yang menulis berita kurang tepat berdasarkan realitasnya atau sering disebut sebagai berita hoax, sehingga informasi yang disampaikan menciptakan opini dalam masyarakat mengenai kepentingan lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hal ini dibuktikan dengan adanya intensitas penyebaran berita hoax sebanyak 44,3% masyarakat Indonesia telah menerima berita hoax setiap hari. Salah satu sumber berita atau informasi yang saat ini masih dipercayai kebenarannya adalah media berita harian koran.[2] Selain dianggap sebagai sumber berita yang up to date, koran juga memiliki nilai valid dan ideal tanpa mengesampingkan fungsi utamanya sebagai media informasi. Sehingga tidak heran jika sebanyak 4,5 juta masyarakat masih aktif membaca media cetak dan 83% di antaranya memilih koran untuk dibaca.[3]
Berita yang dihasilkan oleh berbagai media cetak atau surat kabar adalah bentuk komunikasi massa atau pesan yang berusaha disampaikan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu tentang pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 yang telah menjadi headline di berbagai media cetak dan media lainnya. Namun, masyarakat dikejutkan dengan adanya keberpihakan media elektronik televisi dalam menyampaikan hasil survei atas pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 lalu, yaitu media Metro TV yang dianggap lebih memihak pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dan TV One yang dianggap memihak pada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan berakibat memberikan kesan terhadap masyarakat bahwa adanya persaingan tak sehat yang terjadi pada media, sehingga menghilangkan nilai penting yang seharusnya dianut oleh media, yaitu bersikap netral. Media massa memiliki peran yang krusial dalam proses transisi politik dari zaman otoritarianisme menuju arah demokratisasi, salah satunya dapat terlihat pada saat berlangsungnya pemilihan umum (pemilu).[4]
Dalam penelitin ini, penulis menggunakan subjek media cetak dari perusahaan media, Jawa Pos dan Kompas. Berdasarkan uraian diatas sebelumnya, peneliti memilih kedua subjek tersebut karena Jawa Pos dan Kompas merupakan perusahaan besar dan telah berdiri sejak lama di Indonesia. Selain itu Jawa Pos dan Kompas merupakan perusahaan media yang berbasis cetak yaitu koran sejak awal, sehingga peneliti menggunakan Jawa Pos dan Kompas sebagai subjek dan objek untuk penelitian. Melalui analisis framing, penulis ingin mengkonstruksi suatu berita atau pesan. Dalam komunikasi dan dalam konteks media, analisis framing digunakan untuk menganalisa bagaimana sebuah media massa mengemas suatu kejadian atau peristiwa, media massa “merekontruksi ulang” peristiwa, suasana hingga keadaan sesuai dengan realitasnya, termasuk pelaku, benda, hingga pendapat yang berkaitan dengan peristiwa itu. Pengertian sederhana analisis framing yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana suatu realitas(peristiwa) yang terjadi kemudian dibingkai oleh media, yang tentu saja melalui proses kontruksi. Praktisnya dapat dikatakan bahwa framing digunakan untuk melihat bagaimana suatu aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.[5]
Secara umum framing dapat dimaknai sebagai “a scat-tered conseptualization” pembingkaian konseptualiasi, di mana frame dalam media juga dapat diartikan sebagai “a central organizing idea or story line that provides meaning to an unfolding strip of events.. The frame suggest what controversy is about, the essence of issue” (pokok pikiran atau penuliasan berita yang memberikan makna mengenai peristiwa-peristiwa.. Frame media menunjukkan hal-hal seperti mengenai apa kontoversi berkembang dan esensi dari isu tersebut). Berbeda dari pandangan tersebut, maka frame media mengkonstruksikan dan mendekonstruksikan realitas dengan cara memberikan penonjolan terhadap substansi-substansi persoalan dan esensi dari persitiwa atau isu yang diberitakan.[6] Oleh karena itu, peneliti ingin menunjukkan terkait atau tidak media dalam keberpihakan media dalam konteks di bidang politik, dengan menggunakan sampel berupa harian surat kabar atau headline koran Jawa Pos dan Kompas dengan masing-masing edisi pada 16 April 2019 dan 18 April 2019.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memfokuskan pada proses pengamatan dan penulisan secara terstruktur, kemudian melakukan pembahasan hingga penyelesaian menggunakan teori analisis framing menurut Robert N. Entman yang merupakan salah satu cara penyelesaian alternatif analisis yang dapat mengungkap rahasia sebuah perbedaaan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh suatu media.[7] Dengan demikian realitas sosial tersebut dapat dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentuk sekaligus makna sebuah berita yang disusun oleh media. Nantinya peneliti akan mencari solusi permasalahan dengan mengkaitkan analisis framing Entman pada headline pemberitaan koran Jawa Pos dan Kompas pada tanggal 16 april 2019 dan 18 april 2019 mengenai konstruksi media dalam pemilu. Dalam penelitian ini peneliti akan mencari kebenaran dan makna dalam berita harian Jawa Pos dan Kompas yang dijadikan objek dari penelitian dalam bentuk dokumentasi/foto dengan menggunakan teori tersebut.
Subjek adalah orang, tempat atau suatu benda yang diamati sebagai sasaran.[8] Adapun subjek dari penelitian ini adalah koran berita harian Jawa Pos dan Kompas masing-masing pada bagian headline atau halaman utama koran tanggal 16 april 2019 dan 18 april 2019. Sedangkan objek adalah hal yang menjadi sasaran suatu penelitian. [9] Adapun objek dalam penelitian ini akan difokuskan pada konstruksi pemilu dalam media yang termuat dalam bagian headline atau halaman utama pemberitaan Jawa Pos dan Kompas tanggal 16 april 2019 dan 18 april 2019 dengan menggunakan analisis framing menurut Robert N. Entman.
Data yang akan digunakan oleh peneliti adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data premier didapatkan langsung dari subjek penelitian, yaitu media koran bagian headline atau halaman utama pemberitaan Jawa Pos dan Kompas tanggal 16 april 2019 dan 18 april 2019 dengan cara pengamatan dan pendokumentasian berupa bukti foto. Sedangkan sumber data sekunder adalah hasil dari referensi literartur lain berupa headline Koran, berita online maupun video yang menunjukkan subjek maupun objek penelitian yang sesuai dan data-data penunjang lain.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau setting, maupun dari berbagai sumber. Data yang akan diteliti tersebut dapat dikumpulkan pada setting yang bersifat alamiah (natural setting), misal pada sebuah eksperimen, pada sebuah kondisi sosial dengan menggunakan responden, pada suatu seminar ataupun suatu perkumpulan diskusi. Namun jika dilihat dari sumber data yang diperoleh peneliti, maka pengumpulan data tersebut berasal dari sumber primer, dan sumber skunder. Sumber primer adalah sebuah sumber data yang dapat secara langsung memberikan data kepada peneliti, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data tersebut kepada pengumpul data, sebagai contoh yaitu penelitian terdahulu maupun literatur atau berbagai sumber referensi lain.
Namun dalam penelitian ini, analisis framing menurut Entman akan diterapkan pada dua subjek penelitian yaitu koran Jawa Pos dan Kompas masing-masing pada tanggal 16 april 2019 dan 18 april 2019 dalam melihat konstruksi media dalam pemilu. Peneliti akan mengumpulkan data dengan cara observasi (Pengamatan) dengan memperhatikan hal diantaranya:[10]
1. Membaca dengan teliti mulai dari judul, isi hingga opini masyarakat dan maksud berita yang terdapat pada masing-masing headline Jawa Pos dan Kompas sesuai dengan tanggal yang disebutkan peneliti.
2. Melakukan pengamatan pada gambar/foto yang dipajang pada masing-masing headline Jawa Pos dan Kompas sesuai dengan tanggal yang disebutkan peneliti, sehingga dapat ditelaah makna dan menyesuaikannya dengan judul dan penulisan berita.
3. Melakukan pendokumentasian berupa foto subjek atau menyimpan subjek secara fisik demi menyumbang keakuratan peneliti.
4. Menafsirkan dan melakukan analisis dengan teori yang digunakan pada masing-masing headline pemberitaan Jawa Pos dan Kompas sehingga menemukan hasil yang sesuai dengan permasalahan, kemudian mempresentasikannya berdasarkan hasil yang diperoleh.
Selain itu, peneliti akan memperhatikan unsur-unsur yang ada pada halaman utama/headline suratkabar seperti penggunaan judul dan gambar/foto yang dipilih media selain menggunakan isi berita. Oleh karena itu peneliti memilih menggunakan pendekatan analisis framing yang merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia di balik sebuah perbedaaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu pada kedua subjek media yang digunakan dalam penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Jawa Pos dan Kompas merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak lama, melalui kiprahnya dalam memberikan berita Jawa Pos dan Kompas menyajikan banyak pilihan berita melalui surat kabar dan hingga saat ini memiliki platform baru di dunia digital. Didirikan dan di bentuk berdasarkan kebutuhan untuk memberikan informasi, Jawa Pos dan Kompas membuktikan konsistensinya dalam menyampaikan berita melalui eksistensi.
Koran Jawa Pos edisi 16 april 2019 bagian headline atau halaman utama memuat berita mengenai pemilihan presiden atau Pilpres. Berita yang dimuat cenderung hanya seputar persiapan dan permasalahan yang dihadapi pra maupun paska pemilihan. Pada berita utama Jawa Pos menuliskan “Sepakat Tolak Golput dan Politik Uang” sebagai berita utama. Apabila dikaitkan dengan analisis Entman, diketahui isu yang diangkat adalah mengenai politik uang dan ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu dengan memilih golput. Isu tersebut dianggap masih menjadi relitas yang sering terjadi hingga saat ini. Maka dari itu Jawa Pos berusaha untuk mengajak seluruh masyarakat agar menggunakan hak pilihnya dengan baik, dan berkewajiban menjadi warga negara hukum dengan tidak menerima “uang politik” dalam bentuk apaun dan alasan apapun selama kampanye. Jawa Pos dalam menulis beritanya juga mengajak masyarakat untuk memahami dan menilai paslon dari segi kredibilitas atau kinerja, hingga dari segi karakter dalam bekerja dan memipin, bukan dari jumlah nilai yang diberikan untuk membeli sebuah suara.
Jawa Pos juga memuat berita yang menggambarkan kondisi sebelum pencoblosan. Salah satunya adalah “Kerusakan Logistik Ditemukan di 153 TPS” dan Logistik yang harus diangkut menggunakan kuda untuk sampai dilokasi pemungutan suara. Isu yang dibangun adalah ketidaksiapan dalam menjalankan pemilu. Dari berita tersebut dapat disimpulkan Jawa Pos lebih concern terhadap persiapan dalam pemilu. Apabila dikaitkan dengan analisis Entman, Jawa Pos cenderung tidak berpihak dan terlihat netral dalam pemberitaan sebelum proses pemilu.
Koran Kompas edisi 16 April 2019 memuat berita utama berjudul “Masalah Secepatnya Diatasi” yang secara singkat menggambarkan persiapan yang dilakukan oleh masyarakat sebelum pemilu. Kompas juga memuat berita lain seputar pemilu namun diluar persiapan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah, yaitu “Habis “Nyoblos” Terbitlah Diskon” pada bagian tengah koran dan bagian iklan pada bawah koran. Salah satu pemilik gerai yang memberikan “diskon“ menggunakan momen pemilu sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat karena telah menggunakan hak dan kewajibannya dalam pemilu. Apabila dikaitkan dengan analisis Entman, ada isu yang dibangun oleh Kompas yaitu ketidaksiapan sepenuhnya dari pemerintah dan masyarakat dalam menyambut pemilu. Namun selain itu Kompas juga berusaha mengimbangi dengan memberikan berita “segar” pada masyarakat yaitu diskon, tentu dengan alasan agar masyarakat antusias dalam pemilu dengan memberikan hak suaranya, dan secara singkat belum menunjukkan keberpihakan Kompas dalam pemilu.
Paska Pemilu, Jawa Pos edisi 18 April 2019 memuat berita utama berjudul, “Sepakat Tunggu Penghitungan KPU”, serta menampilkan foto masing-masing paslon dengan jari yang bertinta. Pada foto, paslon tampak menunjukkan identitasnya dengan tanda pada jari yang sudah bertinta. Kemudian menampilkan persentase hasil quick count dengan angka dan warna. Jawa Pos tampak memberikan warna merah sebagai identitas paslon nomor urut 1 dengan warna merah, sedangkan paslon nomor urut 2 dengan warna jingga. Pada angka tidak terdapat perbedaan pada ukuran, namun ada perbedaan pada gradasi warna, dimana angka pada paslon nomor urut 2 berwarna abu-abu atau pudar berbeda dengan paslon nomor urut 1 yang berwarna hitam. Selain berita tersebut, Jawa Pos masih menampilkan isu mengenai proses pemilu, “Kurang Personel, Logistik Pemilu Tak Terkirim”. Hal ini menunjukkan Jawa Pos tetap konsisten memberikan berita mengenai kesiapan dalam pemilu. Apabila dikaitkan dengan analisis Entman, Jawa Pos masih terlihat netral dengan tidak menampilkan secara eksplisit salah satu paslon.
Pada Kompas edisi 18 April 2019, dimuat berita utama berjudul “Bersatu Untuk Bangsa”. Dengan menampilkan bagian tambahan yaitu persentase dan diagram hasil dari penghitungan lembaga survei diluar KPU, SMRC 96,03%, CSIS 97,60%, Indobarometer 96,83%, Poltracking 97,30%, Indikator 89,31% dan Charta Politica 96,16%. Kompas juga menampilkan angka, ukuran dan warna yang sama pada berita headline. Kompas hanya menggunakan perbedaan warna pada diagram untuk menampilkan persentase. Apabila merujuk pada bentuk komunikasi Verbal dan Non-verbal, termasuk kedalam Non-Verbal dapat diartikan untuk memudahkan pembaca dalam membaca atau menganalisa gambar. Namun, apabila dikaitkan dengan analisis Entman, isu yang dibangun oleh Kompas pada edisi 18 April 2019 untuk mengajak masyarakat “Bersatu Untuk Bangsa” dengan benr-benar menghilangkan segala bentuk perbedaan pendapat maupun pilihan, setelah ditentukannya perolehan suara sementara yang masuk.
Simpulan
Kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti pada penelitian “Konstruksi Pemilu dalam Media (Analisis Framing Headline Pemberitaan Jawa Pos Dan Kompas Pada Pilpres 2019)” adalah sebagai berikut:
1. Bahwa Jawa Pos dan Kompas tidak memiliki keberpihakan terhadap pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden baik dari nomor urut 1 maupun nomor urut 2. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya unsur yang merujuk pada keberpihakan dalam melalui berita yang dimuat oleh Jawa Pos maupun Kompas. Hasil penelitian menunjukan Jawa Pos pada edisi 16 April 2019 dan edisi 18 April 2019 lebih banyak memuat isu berita-berita mengenai persiapan pemilu dan kesiapan pemerintah beserta masyarakat selama periode pemilu berlangsung. Selain itu berita utama Jawa Pos juga memuat isu untuk mengajak seluruh masyarakat agar menggunakan hak pilih dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu, dengan sepakat tolak golput dan sepakat tunggu perhitungan resmi dari KPU.
2. Pada Kompas edisi 16 April 2019 dan edisi 18 April 2019 juga memuat berita seputar persiapan sebelum dan selama periode pemilu. Kompas cenderung lebih menyajikan berita diluar kegiatan pemilu, isu yang diangkat pada berita-berita tersebut juga berusaha untuk mengajak masyarakat dalam berpartisipasi pada pemilu melalui iklan diskon yang ditampilkan pada halaman utama. Sehingga Kompas juga tidak memiliki kecenderungan dalam memihak pada salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam beritanya dan bersikap netral seabagi sebuah media melalui berita yang disampaikan.
References
- A. N. Abrar, "Analisis Pers Teori dan Praktik," Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2011.
- Kominfo RI, "Intensitas Penyebaran Berita Hoax," 2014.
- A. F. Pahlevi, "Grafik Kepercayaan terhadap Media Konvensional atau Koran," 2019.
- E. Eriyanto, "Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media," PT. LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2005.
- Pawito, "Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan," Jalasutra, Yogyakarta, 2009.
- E. Flora, "Analisis Framing Berita Calon Presiden RI 2014-2019 Pada Surat Kabar Kaltim Pos dan Tribun Kaltim," eJournal Ilmu Komunikasi, vol. 02, 2014.
- "Kamus Bahasa Indonesia," 1989, p. 862.
- "Kamus Bahasa Indonesia," 1989, p. 622.
- P. Romadhonita, "Analisis Framing Berita Capres dan Cawapres Pada Pemilu 2014 di Harian Republika dan Jawa Pos," Commonline Departemen Komunikasi, vol. 04, 2014.