Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Philosophy. Psychology. Religion
DOI: 10.21070/acopen.7.2022.4641

Relationship Between Narcissistic Tendencies and Social Media Addiction in Instagram Using Student University


Hubungan Antara Kecenderungan Narsistik dengan Adiksi Media Sosial pada Mahasiswa Pengguna Instagram Universitas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Narcissistic Tendency social media addiction university students Instagram correlation

Abstract

This quantitative research study investigates the presence of narcissistic tendencies and their association with social media addiction in students using Instagram at Muhammadiyah University of Sidoarjo. With a sample size of 300 students selected through quota sampling technique, the study employed the Berge Social Media Addiction Scale (BSMAS) and Narcissistic Personality Inventory (NPI) scale for data collection. Utilizing Pearson's product-moment correlation analysis in SPSS, the findings reveal a significant positive relationship between narcissistic tendencies and social media addiction (rxy = 0.125, p = 0.031 < 0.05). The study's implications suggest that approximately 2.3% of social media addiction can be attributed to narcissistic tendencies among university students. These results contribute to a deeper understanding of the interplay between personality traits and online behavior, urging further research and interventions to address the impact of narcissism on social media engagement.

Highlights:

  • The study explores the relationship between narcissistic tendencies and social media addiction among university students on Instagram.
  • The research utilizes quantitative methods and correlational analysis to examine the association between narcissistic tendencies and social media addiction.
  • Findings reveal a significant positive relationship between narcissistic tendencies and social media addiction among students, highlighting the influence of personality traits on online behavior.

Keywords: narcissistic tendency, social media addiction, university students, Instagram, correlation

Pendahuluan

Mahasiswa masuk dalam tahap perkembangan remaja akhir. Menurut Santrock remaja merupakan individu dengan rentang usia 12-23 tahun [1]. William Kay menyebutkan bahwa salah satu tugas remaja yaitu melakukan penggembangan kecakapan dalam interaksi interpersonal dan juga mencoba berinteraksi dengan teman seumuran atau orang sekitarnya [2]. Mulawarman mengungkapkan sekarang ini, banyak remaja yang menggunakan media sosial sebagai perantara untuk wadah dalam memperluas hubungan sosialnya [3]. Crystal mengungkapkan, adanya perbedaan bahasa diantara bahasa sehari-hari dengan bahasa yang digunakan di media sosial, membuat remaja lebih sering berkomunikasi melaui media sosial [4]. Menurut Nugroho media sosial instagram saat ini tengah terkenal dikalangan remaja [5]. We Are Social melaporkan bahwapada tahun 2020, media sosial Instagram dengan perolehan angka 79% paling sering diakses para remaja (Aldilink.com, 2020).

Kehadiran instagram sebagai media sosial baru tanpa disadari, menciptakan pola interaksi baru dan dapat dikatakan bahwa instagram adalah media sosial yang menyajikan sebuah foto sebagai alat berkomunikasi. Diungkapkan oleh Lugman bahwa “angka” dijadikan salah satu faktor menjamurnya para remaja aktif di media sosial. Banyaknya “angka” yang didapatkan pengguna membuktikan bahwa pengguna tersebut telah eksis di media sosial. Besaran angka yang didapatkan menjadi indikator kepuasan bagi para remaja saat berinteraksi di media sosial. Selain angka, para remaja berlomba juga untuk mendapatkan banyak follower, karena followers juga sangat penting untuk menunjukkan eksistensi remaja. Semakin banyak followers, maka semakin eksis remaja tersebut [6].

Menurut sebuah penelitian apabila remaja sering menggunakan instagram dapat menyebabkan terganggunya waktu tidur malam karena asyik bermain instagram sehingga menganggu aktivitas kesehariannya seperti lupa mengerjakan tugas dari sekolah, sering melupakan waktu saat sedang bermain instagram, dan tidak dapat mengontrol, mengurangi juga menghentikan penggunaan instagram, serta malas belajar karena lebih tertarik mengakses instagramuntuk mencari informasi dan berita terkini [7]. Hal tersebut mengartikan bahwa adanya keinginan yang kuat untuk terus mengakses instagram pada remaja menyebabkan remaja adiksi media sosial.

Berdasarkan fenomena adiksi media sosial yang telah dipaparkan diatas, peneliti melakukan survey untuk studi pendahuluan dengan 10 orang Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berbeda fakultas. Peneliti mendapatkan bahwa 10 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tersebut memiliki akuninstagram dan akun media sosial lainnya. 10 mahasiswa menyebutkan bahwa mereka bisa bermain media sosial lebih dari 6 jam lamanya per hari. Alasan mereka sering mengakses media sosial hampir setiap hari adalah untuk hiburan ketika bosan dan untuk mencari informasi terbaru. Bahkan mahasiswa perempuan menyebutkan, dapat mengaktifkan instagramselama 24 jam untuk memantau jumlah likes dan komentar pujian yang didapatkan setelah mereka mengunggah aktivitas pada akun media sosial mereka. Serta mereka menambahkan bahwa ketika mengakses instagram, malas melakukan kegiatan lainnya dan malas untuk mengerjakan tugas karena sedang asyik melihat gambar-gambar di instagram, serta lebih memilih menunda mengerjakan tugas.

Adiksi media sosial pada individu dipengaruhi beberapa faktor- faktor seperti, adanya budaya individualis, konstruksi egosentris, pemikiran pragmatis, model komunikasi dan identitas narsistik. Pembentukan identitas narsistik yang dimaksudkan adalah, karena media sosial yang dijadikan sebagai wadah untuk mengekspresikan diri sesuai dengan kemauan individu, sehingga banyak individu yang rajin bermain media sosial untuk menunjukkan citra dirinya melalui sebuah unggahan aktivitas keseharian, tanggapan, notes, dan bermacam fitur dalam media sosial yang dapat digunakan penggunanya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Seseorang yang berkecenderungan narsistik akan lebih rajin bermain media sosial untuk menjaga eksistensi supaya menjadi pusat perhatian, karena media sosial mampu menjadikan seseorang berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkannya [4].

Narssistik merupakan suatu fase perasaan cinta yang berlebihan kepada diri sendiri atau self-love. Selain itu, individu dengan kecenderungan narsistik juga cenderung senang membicarakan dan memuji diri sendiri. Yanti mengungkapkan individu dengan kecenderungan narsistik senang apabila menjadi pusat perhatian orang lain, terlebih lagi seseorang berkecenderungan narsistik senang memotret [4]. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Sorokowski, dalam penelitiannya tersebut menemukan bahwa seorang yang berkecenderungan narsistik diatas rata-rata, rajin memperbarui potret dirinya di media sosial [8]. Buffardi & Campbell, juga menemukan adanya keterkaitan diantara narsisme dengan penggunaan media sosial. Media sosial seperti Facebook,Instagram,Snapchat dan situ lainnya sangat tepat dijadikan sebagai lingkungan sosial yang ideal bagi seseorang menghargai dan tertarik dalam aktivitas peningkatan ego. Sehingga seseorang dengan persentase kecenderungan narsistik diatas rata-rata, akan mengakses media sosial secara berulang-ulang dan terus-menerus, hingga kebutuhan akan pengakuan dari orang dan arti diri yang ideal diakui terpenuhi [9].

Adanya perilaku di kalangan mahasiswa yang mengakses media sosial dimanapun dan kapanpun secara terus menerus, tanpa mereka sadari, aktivitas tersebut didasari adanya kecenderungan narsistik yang sekarang banyak menjangkit remaja. Selain itu, Kuss & Griffiths mengungkapkan, pemakaian media sosial secara berlebih mengakibatkan adiksi bahkan menimbulkan penyakit psikis bagi individu [10]. Secsio et al, juga menambahkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi penggunanya seperti pelaku ujaran kebencian hingga perdagangan remaja [9]. Kemunculan media sosial memudahkan bagi remaja dalam menyembunyikan jati diri serta rentan melakukan tindak kriminal [9]. Sama halnya dengan adiksi, perilaku narsistik apabila tidak cepat ditangani akan berakibat fatal terhadap mental individu, karena menurut penelitian di Swiss dalam BBC, individu yang narsistik mengalami lebih banyak stress dalam hidup mereka, hingga dapat menyebabkan kecelakaan juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan dengan teman disekelilingnya [11].

Adanya penjabaran latar belakang diatas, menyimpulkan bahwasannya tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan diantara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna instagram Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan positif diantara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna instagram Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Dimana, semakin tinggi tingkat kecenderungan mahasiswa, maka semakin tinggi pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa pengguna instagram, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kecenderungan mahasiswa, maka semakin rendah pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa pengguna instagram.

Metode Penelitian

Ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel [12]. Adapun untuk populasi, peneliti menggunakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan jumlah 9.943 mahasiswa. Peneliti menggunakan 300 mahasiswa sebagai subjek dengan kuota sampling sebagai teknik sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan skala psikologi Narcissistic Personal Inventory (NPI) (α= 0,836) [13] dan skala likert Berge Social Media Addiction Scale (BSMAS) milik Maheswari dan Dwiutami (α= 0,899) [14]. Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan SPSS for windows. Untuk mengetahui hubungan antara variabel kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti menggunakan analisis data dengan bantuan SPSS for windows. Peneliti lebih dahulu melakukan uji asumsi sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Dari hasil uji Kolmogrov-Smirnov untuk uji normalitas, menunjukkan pada variabel kecenderungan narsistik memperoleh nilai signifikansi 0,382 > 0,05 dan variabel adiksi media sosial memperoleh nilai signifikansi 0,261 > 0,05, dan dapat disimpulkan kedua variabel memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang mengartikan keduanya berdistribusi normal. Sedangkan, hasil uji linieritas mendapatkan nilai signifikansi yang terdapat di kolom Deviation from Linierity diperoleh nilai F 0,839 dengan signifikani 0,699, yang menandakan bahwa variabel kecenderungan narsistik dan adiksi media sosial memiliki hubungan yang linier. Adapun pada uji hipotesis pada penelitian ini, didapatkan nilai korelasi (rxy) 0,031, dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima yang mengartikan bahwa, terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial. Jika kecenderungan narsistik tinggi, maka adiksi media sosial juga tinggi, dan apabila kecenderungan narsistik rendah, maka adiksi media sosial juga rendah.

Kategori Skor Subjek
Kecenderungan Narsistik Adiksi Media Sosial
∑ Siswi % ∑ Siswi %
Sangat Rendah 31 10,3% 18 6%
Rendah 76 25,3% 76 25.3%
Cukup 98 32,7% 106 35.3%
Tinggi 79 26,3% 80 26.7%
Sangat Tinggi 16 5,3% 20 6.7%
Jumlah 300 100% 300 100%
Table 1.Tabel Kategorisasi Skor Subjek

Untuk kategorisasi skor subjek, data dilihat pada tabel diatas, menujukkan bahwa hasil kategorisasi subjek dengan 300 subjek pada variabel kecenderungan narsistik, sebanyak 31 mahasiswa memiliki kecenderungan narsistik sangat rendah, 76 mahasiswa memiliki kecenderungan narsistik rendah, 98 mahasiswa memiliki kecenderungan narsistik cukup atau sedang, 79 mahasiswa memiliki kecenderungan narsistik tinggi dan 16 mahasiswa memiliki kecenderungan narsistik sangat tinggi. Adapun untuk variabel adiksi media sosial berdasarkan hasil kategorisasi 300 subjek, sebanyak 18 mahasiswa memiliki tingkat adiksi sangat rendah, 76 mahasiswa memiliki tingkat adiksi rendah, 106 mahasiswa memiliki tingkat adiksi sedang atau cukup, 80 mahasiswa memiliki tingkat adiksi tinggi dan 20 mahasiswa memiliki tingkat adiksi sangat tinggi. Hal tersebut mengartikan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki tingkat kecenderungan narsistik sedang dan adiksi media sosial sedang. Hal tersebut berdasarkan presentase serta data jumlah subjek diatas.

Pembahasan

Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna instagram Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai koefisien korelasi (rxy)sebesar 0,125 dengan nilai signifikansi sebesar 0,031. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif diantara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan narsistik mahasiswa, maka semakin tinggi pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa pengguna instagram, begitu juga sebaliknya semakin rendah kecenderungan narsistik mahasiswa, maka semakin rendah pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa pengguna instagram.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sakti mendapatkan hasil yang sama seperti penelitian ini, dimana dalam penelitian tersebut dinyatakan, diantara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna Path di Universitas Negeri Makassar terdapat hubungan positif. Sakti menyebutkan bahwa seseorang dengan kecenderungan narsistik memiliki sifat ingin menjadi pusat perhatiandan ingin dipuji, oleh karena banyaknya pujian dan menjadi pusat perhatian didapatkan dari jejaring sosial membuat individu dengan kecenderungan narsistik sangat aktif mengunggah potret dirinya di jejaring sosial sehingga mengalami adiksi media sosial. Karena hanya media sosial yang dapat memberikan kepuasan dirinya [4].

Penelitian terdahulu yang lainnya juga dilakukan oleh Rahmaridha & Aviani, “Hubungan Antara Kecanduan Jejaring Media Sosial Dengan Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Negeri Padang”. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara kecanduan jejaring media sosial dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa Universitas Negeri Padang memiliki hubungan positif. Rahmaridha & Aviani menyebutkan Seringnya individu menunjukkan potret dirinya mengenai kesempurnaan dirinya membuat individu terserang adiksi media sosial. Individu dengan kecenderungan narsistik memiliki ciri-ciri ingin menonjol sendiri, selalu memperhatikan penampilan untuk mendaptkan pujian, dan selalu berperilaku baik agar disukai banyak orang menbuat individu dengan kecenderungan narsistik aktif mengunggah potret diri di jejaring media sosial dengan menampilkan kesempurnaan dan segala kehebatannya hanya untuk mendapatkan pujian dan diakui kehebatannya. Sehingga terdapat hubungan diantara Kecanduan Jejaring Media Sosial Dengan Kecenderungan Narsistik [15].

Berdasarkan hasil analisa dari variabel kecenderungan narsistik 31 mahasiswa kecenderungan narsistik sangat rendah, 76 mahasiswa kecenderungan narsistik rendah, 98 mahasiswa kecenderungan narsistik tinggi dan 16 mahasiswa kecenderungan narsistik sangat tinggi. Diketahui dari data tersebut, sebagian mahasiswa pengguna instagram Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki kecenderungan narsistik dalam kategori cukup atau sedang. Koresponden dalam penelitian ini secara keseluruhan berkencenderungan narsistik dalam batasan rata-rata yang menandakan bahwa kemunculan perilaku kecenderungan narsistik sebagai luapan mengekspresikan diri dalam proses membentuk identitas seseorang. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti sebagaian besar koresponden berperilaku seperti memamerkan kecantikan, kehebatannya, dan kekuasaan di media sosial untuk menjadi pusat perhatian dari orang lain sebagai langkah memenuhi kebutuhan aktualisasi dan eksistensi dirinya. Menurut Sabekti menyatakan penggunaan media sosial dengan intensitas yang tinggi akan berhubungan dengan aktualisasi remaja, karena media sosial yang dapat memfasilitasi remaja untuk mencapai tujuannya. Salah satu perilaku kecenderungan narsistik adanya perilaku seseorang yang membagikan potret mengenai sesuatu yang membuat dirinya bangga ataupun sekedar berbagi mengenai keadaan dirinya kepada orang lain. Perilaku kecenderungan narsistik akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari [9], seperti mengunggah foto ataupun vidio ke dalam media sosial sebagai contoh mahasiswa yang mengunggah aktivitas kesehariannya di instagram seperti tempat wisata yang indah, gaya busana yang sedang di sukai remaja, hingga makan makanan dengan merek terkenal, unggahan tersebut dapat membantu seseorang membentuk citra diri positif terhadap dirinya [4]. Kata narsistik biasanya ditunjukkan kepada seseorang yang terobsesi dengan delusi fantastis keagungan dan keungulan hingga terjadilah persaingan sebagai yang teratas [9].

Adapun hasil analisis variabel adiksi media sosial instagram menunjukkan 18 mahasiswa adiksi media sosial instagram sangat rendah, 76 mahasiswa adiksi media sosial instagram rendah, 106 mahasiswa adiksi media sosial instagram tinggi, dan 16 mahasiswa adiksi media sosial instagram sangat tinggi. Koresponden dalam penelitian ini secara keseluruhan dalam kategori sedang atau cukup dan masih dalam taraf rata-rata. Adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna instagram Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, belum sampai menganggu kehidupan sehari-hati, namun tetap mahasiswa perlu mengontrol agar tidak bertambah parah adiksi media sosialnya. Ditemukan selama penelitian, sebagian besar koresponden merasakan bahwa adiksi media sosial meupakan adanya perilaku yang mendorong keinginan untuk terus mengecek media sosial dan sulit dikontrol. Mahasiswa selalu ingin mengakses media sosial instagram dengan intensitas durasi yang lama. Cabral menyebutkan bahwa ketidakmampuan mengatur waktu menyebabkan peningkatan durasi mengakses media sosial dengan tujuan mendapatkan kepuasan yang diinginkan dari pemilik media sosial [4].

Limitasi pada penelitian ini adalah pengaruh yang diberikan variabel kecenderungan narsistik terhadap variabel adiksi media sosial masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 2,3%. Adapun semestinya variabel lainnya yang sangat berpengaruh terhadap adiksi media sosial adalah seperti aktualisasi diri seperti penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nidya Zahra Hayumi (2014), Sakinah, Zatrahadi,dan Darmawati (2019), dan Sabekti (2019). Selain itu terdapat variabel lainnya yang juga mempengaruhi adiksi media sosial adalah harga diri seperti yang telah diteliti oleh Gobel (2021), Rizky (2017), dan Ratri (2018). Limitasi lainnya pada penelitian ini yaitu, dalam metode untuk pengumpulan datanya yang melalui google form, dikarena pada saat penelitian berlangsung mahasiswa sedang libur serta karena adanya wabah virus Covid-19, sehingga peneliti tidak mampu secara langsung melakukan pengawasan sehingga mahasiswa tidak mengisi dengan sungguh-sungguh dan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya pada saat memberikan jawaban, selain itu, untuk menemukan subjek sesuai dengan kriteria terkait bagi peneliti, masih menemukan kesulitan karena harus memilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti.

Simpulan

Dapat disimpulkan dalam penelitian ini, diantara kecenderungan narsistik dengan adiksi media sosial pada mahasiswa pengguna instagramUniversitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki hubungan yang positif. Hal tersebut terlihat dari nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,125 dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 < 0,05 dan dalam penelitian ini diterima hipotesisnya. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecenderungan narsistik mahasiswa pengguna instagramUniversitas Muhammadiyah Sidoarjo, maka semakin tinggi pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa, begitu juga sebaliknya semakin rendah kecenderungan narsistik mahasiswa pengguna instagramUniversitas Muhammadiyah Sidoarjo, maka semakin rendah pula tingkat adiksi media sosial mahasiswa. Kekuatan pengaruh variabel kecenderungan narsistik terhadap variabel adiksi media sosial dalam penelitian ini sebesar 2,3%. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh diantara kecenderungan narsistik terhadap adiksi media sosial sebesar 2,3% dan sisanya, sebesar 97,7% dipengaruhi faktor lainnya yang bukan merupakan fokus peneliti dalam penelitian ini.

Diharapkan agar mahasiswa dapat menghindarkan diri dari perilaku kecenderungan narsistik yang terlihat melalui pembagian aktivitas menunjukkan citra diri yang positif pada media sosial sehingga dapat menghindarkan diri dari cyber bullying dan kecemburuan sosial yang dapat merusak kesehatan mental mahasiswa. Atau mulai membatasi interaksi dengan media sosial dan internet serta smartphone agar tidak menimbulkan gejala narsistik. Selain menghindari kecenderungan narsistik, mahasiswa yang mengalami adiksi media sosial, agar dapat mencari dan mendaptakan cara untuk dapat lepas dari adiksinya tersebut, misalnya memulai dengan melakukan kegiatan sesuai dengan hobi, menambah kegiatan offline lainnya yang tidak berhubungan dengan internet atau smartphone.

Intitusi perguruan tinggi dapat membantu menciptakan usaha pencegahan untuk mengantisipasi adiksi media sosial pada mahasiswa, misalnya dengan memberikan seminar yang berhubungan dengan adiksi media sosial untuk menurangi dampak adiksi yang terjadi pada mahasiswa, agar terhindar dari perilaku-perilaku negatif yang akan timbul setelahnya, atau mungkin menerapkan peraturan satu hari tanpa smartphone guna menggurangi adiksi smartphone.

Semoga yang akan meneliti judul yang sama dengan penelitian ini dapat mengaitkan variabel lainnya yang dapat berhubungan dengan narsistik misalnya, dengan variabel harga diri atau aktualisasi diri maupun presentasi diri. Juga semoga peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang serupa lebih lanjut dengan wilayah penelitian yang jauh lebih luas seperti, penelitian dengan subjek semua mahasiswa di daerah Jawa Timur, tidak hanya sebatas wilayah di Universitasnya nya saja.

References

  1. A. Afandi, “Konsep perencanaan dan perancangan wadah 3E bagi remaja di surakarta,” 2012.
  2. M. Jannah, D. Fakultas, P. Universitas, I. Negeri, B. Aceh, and M. Jannah, “REMAJA DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA DALAM ISLAM ADOLESENCE ’ S TASK AND DEVELOPMENT IN ISLAM,” vol. 1, no. April, pp. 243–256, 2016.
  3. A. Bhakti, “HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI,” 2016.
  4. B. Sakti, “Hubungan Antara Kecenderungan Narsistik Dengan Adiksi Jejaring Sosial Pada Mahasiswa Pengguna Path,” Hub. Antara Kecenderungan Narsistik dengan Adiksi Jejaring Sos. pada Mhs. Pengguna Path, vol. 120, no. 11, p. 259, 2015.
  5. A. Trissandy, “Hubungan Antara Subjective Well Being Dengan Perilaku Narsistik Pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kampus,” vol. 15, pp. 1–13, 2021, doi: 10.21070/acopen.4.2021.3032.
  6. I. Sirajuddin, “DINAMIKA PERILAKU NARSIS MAHASISWA TERHADAP MEDIA SOSIAL INSTAGRAM,” Adv. Drug Deliv. Rev., vol. 135, no. January 2006, pp. 989–1011, 2017, [Online]. Available: https://doi.org/10.1016/j.addr.2018.07.012%0Ahttp://www.capsulae.com/media/Microencapsulation - Capsulae.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2019.05.001.
  7. A. D. Aprillia, “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Media Sosial(Instagram) Pada Remaja Di Sma Harapan 1 Medan,” Univ. Medan Area, pp. 1–112, 2019, [Online]. Available: http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11082/1/158600036 - Arista Dwi Aprillia - Fulltext.pdf.
  8. Y. dan P. sabekti, “AKTUALISASI DIRI DAN KECENDERUNGAN NARSISME PADA REMAJA AKHIR PENGGUNA MEDIA SOSIAL (Self-Actualization and Trends of Narcissism in Adolescent Social Media User),” Jurnala Keperawatan Jiwa, vol. 1, no. 2, pp. 57–63, 2019.
  9. R. Sabekti, Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial (Jejaring Sosial) Dengan Kecenderungan Narsisme Dan Aktualisasi Diri Remaja Akhir. 2019.
  10. D. J. Kuss and M. D. Griffiths, “Online social networking and addiction-A review of the psychological literature,” Int. J. Environ. Res. Public Health, vol. 8, no. 9, pp. 3528–3552, 2011, doi: 10.3390/ijerph8093528.
  11. S. Liang, “Shania Liang: Kecenderungan perilaku narsistik dengan intensitas penggunaan... Hal. 9-18,” Psikol. Indones., vol. 9, no. 1, pp. 9–18, 2021.
  12. R. Y. W. Nurdiana, “Hubungan Narsisme dan Perilaku Selfie (Self-Potrait Sharing) Pada Mahasiswa,” Univ. Muhammadiyah Malang, pp. 1–61, 2018, [Online]. Available: http://eprints.umm.ac.id/38263/1/SKRIPSI.pdf.
  13. H. D. Ratri, “Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Tingkat Harga Diri Remaja di SMA Negeri 2 Jember,” Skripsi, pp. 1–139, 2018, [Online]. Available: http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/89035/Handita Diani Ratri %28142310101073%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
  14. S. Rahmaridha and Y. I. Aviani, “Hubungan Antara Kecanduan Jejaring Sosial Dengan Kecenderungan Narsistik Pada Mahasiswa Universitas Negeri Padang,” J. Ris. Psikol. , vol. 2021 (4), pp. 1–12, 2022.