Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Medicine
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.4544

Efficacy of Physiotherapy in Plantaris Fasciitis for Inconclusive Results Demands Further Investigation


Khasiat Fisioterapi pada Fasciitis Plantaris untuk Hasil yang Tidak Meyakinkan Menuntut Penyelidikan Lebih Lanjut

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Plantar fasciitis physiotherapy gait training inner sole support functional ability

Abstract

Plantar fasciitis patients often undergo physiotherapy interventions like gait training exercises with inner sole support to enhance functional ability. However, the efficacy of these additional interventions remains unclear. This quasi-experimental study aimed to assess the impact of such interventions on functional ability. Eight patients were divided into treatment and control groups. After a month of intervention, no significant difference was found in functional ability between the groups. While the study suggests some potential benefit, further research is needed to confirm the effectiveness of these interventions.

 

Highlight:

  1. Evaluated physiotherapy on plantar fasciitis functional ability, with eight patients.
  2. No significant difference found after a month of intervention.
  3. Further research needed to confirm effectiveness of physiotherapy interventions.

 

Keyword:  Plantar fasciitis, physiotherapy, gait training, inner sole support, functional ability

Pendahuluan

Nyeri tumit biasa dikenal dengan istilah plantar fasciitis [1], merupakan suatu kondisi patologis yang umumnya terjadi di masyarakat pada semua lapisan umur dan pada tingkatan aktivitas yang bervariasi [2]. Biasanya, sindroma nyeri tumit berhubungan dengan peradangan atau iritasi pada plantar fascia.

Penurunan aktivitas fungsional sehari-hari juga dirasakan pada pasien plantar fasciitis yang gejalanya diawali dengan timbulnya rasa nyeri pada ligamen telapak kaki. Adanya penurunan aktivitas fungsional dikaitkan karena adanya inflamasi pada plantar fascia yang berdampak nyeri pada kaki sehingga dapat menimbulkan anatomic impairment lainnya [3]. Prevalensi angka kejadian plantar fasciiitis di dunia dilaporkan pada angka 8% - 15% di kategori ankle and foot injury, biasanya plantar fasciitis terjadi pada usia 40-70 tahun, sementara data prevalensi plantar fasciitis di Indonesia tidak ada [4]. Hal ini disebabkan karena plantar fasciitis tidak dianggap penting di Indonesia [5].

Plantar Fascia merupakan jaringan berserat dan berserabut tebal menyerupai pita (ligamen), bersifat elastis yang memiliki bagian penting untuk bertugas menyangga dan meredam getaran yang diterima kaki pada saat beraktivitas. Bentuk struktur plantar fascia memiliki karakter panjang melengkung membentuk lengkungan pada bagian telapak kaki, rusaknya jaringan inilah yang menyebabkan plantar fascia kehilangan elastisitasnya [6]. Penyebab kebiasaan dan faktor usia sering memengaruhi kualitas ligamen, sehingga elastisitas pada plantar fascia tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya. Permasalahan ini biasa ditandai dengan munculnya rasa nyeri berulang pada telapak kaki. Adanya nyeri tersebut memengaruhi impairment akibat penderita jadi jarang menggerakkan kakinya sehingga muncul keterbatasan gerakan, gerakan kompensasi nyeri akhirnya dilakukan oleh penderita secara tidak sadar dan menjadikan gait cycle penderita menjadi tidak sempurna. Dampak selanjutnya adalah menurunnya aktivitas fungsional seperti berjalan dan berdiri dalam waktu yang lama, hal ini dikarenakan terjadinya penguluran atau adanya beban berlebih pada arkus longitudinal dan hilangnya arkus longitudinal [7]. Lalu kondisi sepatu dan penggunaan alas kaki yang tidak mendukung sesuai dengan kontur telapak kaki, pemakaian sepatu yang kurang nyaman, dan bantalan alas kaki yang tidak mendukung akan beresiko terjadi peradangan pada plantar fascia dari waktu ke waktu [8], distribusi tumpuan beban tubuh pun menjadi terganggu.

Fisioterapis melatih secara aktif lower extremitydengan serangkaian gait training exercise sebagaitambahan penanganan fisioterapi [9]. Dalam penelitian ini fisioterapis menyarankan adanya penambahan pemakaian inner soleuntuk mendukung efektivitas latihan yang dapat mengurangi distribusi tekanan dan tegangan yang terjadi pada plantar fascia, serta mengembalikan point of gravity dengan sistem biomekanik kaki normal. Maka dari itu, sesuai pengkajian yang didapatkan penulis indeks prevalensi dan penanganan terhadap penderita plantar fasciitisdi Indonesia yangt masih disepelekan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan peninjauan lebih dalam terhadap manfaat penambahan pemberian intervensi gait training exercisedengan penggunaan inner sole pada tindakan fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional kaki pada pasien plantar fasciitis.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan rancangan penelitian pre-pos test design dengan membandingkan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan selama di 2 lokasi berlokasikan di RS Delta Surya Sidoarjo dan RS Siti Khodijah Sidoarjo periode 8 Februari - 14 Mei 2022. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, sampel dipilih peneliti yang memenuhi kriteria inklusi; 1) pasien plantar fasciitis di RS Delta Surya dan RS Siti Khodijah Sidoarjo, 2) Pasien yang bersedia mengikuti terapi rutin dari awal hingga akhir penelitian. Eksklusi yang telah ditetapkan; 1) Pasien tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus, 2) Pasien tidak ada riwayat OA hip maupun OA knee, 3) Pasien tidak ada riwayat cidera ankle dalam 1 tahun terakhir, 4) Pasien sedang dan telah menggunakan sepatu koreksi. Sampel yang terpilih diberikan penjelasan, tujuan, manfaat, dan program latihan yang dilakukan. Setelah itu peneliti memberikan informed consent untuk ditanda tangani sampel yang menyatakan bahwa sampel telah mengerti penjelasan yang diberikan dan menyetujui untuk menjadi subjek dalam penelitian.

Hasil pengukuran peningkatan aktivitas fungsional dievaluasi menggunakan instrumen FADI dan dilakuan analisa untuk dibandingkan pada kedua kelompok tersebut sebelum dan sesudah tindakan. Secara keseluruhan jumlah sampel adalah 8 orang dan dibagi menjadi dua kelompok. Dimana kelompok pertama adalah kelompok perlakuan yang diberikan intervensi tambahan berupa gait training exercise dan tambahan support pemakaian inner sole yang dapat dibawa pulang oleh sampel berjumlah 4 orang. Sedangkan 4 orang lainnya dimasukkan pada kelompok kedua yang merupakan kelompok kontrol yang hanya diberikan tindakan fisioterapi pada umumnya tanpa pemberian intervensi tambahan. Setelah 5 minggu dilakukannya intervensi dilakukan evaluasi untuk menilai hasil peningkatan aktivitas fungsional pada kasus plantar fasciitis.

Gait Training Exercise

Serangkaian latihan yang secara khusus diterapkan oleh fisioterapi untuk membantu pola jalan lebih baik lagi [9]. Latihan ini melibatkan peningkatan gerakan pada sendi ekstremitas bawah, meningkatkan kekuatan dan keseimbangan [10], dan menirukan sifat natural gerakan berulang kaki normal yang terjadi saat berjalan. Adapun program gait training exercise yang dilakukan selama 5 minggu meliputi gerakan ankle pumps (2 sets, 2 reps), ankle circles (2 sets, 4 reps), quad sets (8 reps), tandem stance (2 sets), up on toes (2 sets, 2 reps), single leg stance (2 reps), walking in different directions (2 sets).

Inner Sole (InSole)

Inner sole atau yang biasa disebut insole adalah alas kaki bagian dalam sepatu, merupakan media yang ditekan oleh plantar fascia yang berperan sebagai indenter pada telapak kaki [11]. Keergonomisan bentuk alas kaki dapat mengatasi dan mengurangi rasa nyeri yang bertujuan untuk mengembalikan kemampuan fungsional kaki dalam jangka panjang dengan mengembalikan point of gravity saat berjalan maupun berdiri tegak. Tambahan support inner sole pada latihan gait training untuk meratakan distribusi tegangan selama berdiri tegak, diberikan sesuai bentuk kontur telapak dan ukuran kaki pasien guna mengurangi tekanan yang terjadi di dalam plantar fascia.

Foot and Ankle Disabilty Index (FADI)

FADI adalah instrument pengukuran fungsional kaki, batas skor maksimal yang didapatkan oleh orang normal 104. FADI merupakan kuesioner yang berisikan aktivitas pasien yang terdiri dari 26 item (4 intensitas nyeri dan 24 aktivitas sehari-hari) guna mengukur intensitas disabilitas pasien [12]. Penurunan aktivitas fungsional sehari-hari dapat terjadi pada pasien plantar fasciitis diawali adanya nyeri pada fascia. Nyeri pada plantar fasciitis terjadi akibat adanya inflamasi yang akan menyebabkan anatomic impairment. Anatomic impairment merupakan suatu gangguan gerak dan fungsi tubuh, dimana pada kondisi plantar fasciitismengindikasikan gangguan pola gerakterhadap kaki dan pergelangan kaki yang merupakan penyangga kuat badan dinamis untuk melakukan gerakan fungsional [13]. Jika hal ini tidak diberikan intervensi dengan baik maka akan terjadi peningkatan foot and ankle disability yang dapat menimbulkan cidera kronis berulang [14].

Analisis Data

Data yang dikumpulkan oleh peneliti dilakukan analisis menggunakan data statistics software (IBM SPSS ver.25). Data karakteristik penelitian antara lain usia, jenis kelamin, dan skor FADI yang diambil sebelum dan setelah diberikan tindakan. Untuk uji normalitas data skor FADI dianalisa menggunakan Saphiro-Wilk Test dan hasil uji hipotesis menggunakan Independent Sample T-test.

Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini disajikan hasil peningkatan skor FADI dari sebelum dan setelah tindakan pada kelompok perlakuan yang ditunjukkan pada tabel 1, sedangkan tabel 2 menunjukkan hasil peningkatan skor FADI dari sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok kontrol.

Hasil

Sampel Kelompok Perlakuan Selisih Skor
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
1 72 91 19
2 83 96 13
3 94 101 7
4 93 100 7
Mean 85,5 97 11,5
SD 10,2794293 4,546060566 5,74456265
Sumber: Data Pribadi
Table 1.Skor FADI Sebelum dan Setelah Tindakan Pada Kelompok Perlakuan
Sampel Kelompok Kontrol Selisih Skor
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
1 94 97 3
2 92 97 5
3 89 96 7
4 91 95 4
Mean 91,5 96,25 4,75
SD 2,081665999 0,957427108 1,70782513
Sumber: Data Pribadi
Table 2.Skor FADI Sebelum dan Setelah Tindakan Pada Kelompok Kontrol
Sampel Tindakan Intervesi Selisih (mean)
Sebelum (mean) Sesudah (mean)
Kelompok Perlakuan 85,5 97 11,5
Kelompok Kontrol 91,5 96,25 4,75
Sumber: Data Pribadi
Table 3.Hasil Pre-Post Test Pada Kedua Kelompok

Figure 1.

Hasil Uji Saphiro-wilk Test Lavene’s Test
Perlakuan Kontrol
Sebelum Tindakan 0,377 0,995 0,031
Sesudah Tindakan 0,517 0,272
Selisih 0,272 0,577
Sumber: Data Pribadi
Table 4.

Hasil data pengukuran peningkatan aktivitas fungsional sebelum dan sesudah tindakan pada kedua kelompok perlakuan uji normalitas (Saphiro-wilk Test) berdistribusi normal (p>0,05) dan uji homogenitas dengan Lavene’s Test pada kedua kelompok pre-testdengan hasil data (p<0,05) maka data disimpulkan tidak homogen. Hasil uji hipotesis untuk mengetahui adanya manfaat yang signifikan pada perlakuan tambahan pada kelompok 1 menggunakan uji parametrik yaitu Independent Sample T-test karena nilai normalitas sebelum dan sesudah p>0,05 maka data yang digunakan adalah data selisih.

Uji Hipotesis

Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat nilai mean selisih nilai FADI pada kelompok perlakuan adalah 11,5000 dengan Standard Deviation (SD) 5,74456, sedangkan nilai mean selisih nilai FADI pada kelompok kontrol adalah 4,7500 dengan Standard Deviation (SD) 1,70783 Berdasarkan hasil uji T-test Independent Sample dari selisih nilai mean FADI tersebut didapatkan nilai p = 0,096 dimana p > α (α = 0,05), hal ini berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan tidak adanya manfaat yang signifikan dalam pemberian penambahan intervensi gait training exercise dengan penggunaan inner sole pada tindakan fisioterapi untuk meningkatkan kemampuan fungsional kaki pasien plantar fasciitis.

Pembahasan

Dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang diberikan tindakan sesuai kebijakan RS berupa terapi modalitas TENS dan US lalu dilanjutkan dengan pemberian intervensi tambahan gait training exercise dan penggunaan support inner sole yang dapat dibawa pulang dengan jumlah sampel 4 orang dan kelompok kontrol yang hanya diberikan tindakan sesuai kebijakan RS berupa terapi modalitas TENS dan US dengan jumlah sampel 4 orang. intervensi diberikan sebanyak ±2 kali seminggu selama 5 minggu. Sampel diukur sebelum intervensi diberikan dan dilakukan evaluasi pada akhir intervensi untuk menilai adanya peningkatan kemampuan fungsional kaki pasien plantar fasciitis, hal ini bertujuan untuk mengetahui adakah manfaat yang signifikan setelah pasien diberikan intervensi tambahan berupa gait training exercise dan penggunaan support inner sole.

Berdasarkan hasil peningkatan nilai FADI sebelum dan sesudah tindakan pada tabel 4 dan gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kemampuan fungsional kaki pasien plantar fasciitis pada semua sampel sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Pada kelompok perlakuan, nilai mean sebelum tindakan adalah 85,5 dan nilai mean sesudah tindakan adalah 97. Sedangkan pada kelompok kontrol, nilai mean sebelum tindakan adalah 91,5 dan nilai mean sesudah tindakan adalah 96,25. Hasil tabel ini menunjukkan bahwa kedua sampel dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol sama-sama terjadi peningkatan.

Lalu untuk mengetahui hasil adanya manfaat yang signifikan yang diberikan pada kelompok perlakuan berdasarkan hasil pengujian uji T dengan menggunakan T-test Independent Sample dimana nilai mean selisih nilai FADI pada kelompok perlakuan adalah 11,5000 dengan Standard Deviation (SD) 5,74456, sedangkan nilai mean selisih nilai FADI pada kelompok kontrol adalah 4,7500 dengan Standard Deviation (SD) 1,70783 Berdasarkan hasil uji T-test Independent Sample dari selisih nilai mean Foot and Ankle Disability Index (FADI) pada kedua kelompok tersebut didapatkan nilai p = 0,096 dimana p > α (α = 0,05), hal ini berarti Ho diterima.

Menurut Jurnal Ilmiah Fisioterapi oleh Muawanah dan Herli (2021) yang berjudul “Efektivitas Peningkatan Aktifitas Fungsional Dengan Intervensi Ice Massage dan Terapi Latihan Pada Kasus Plantar Fasciitis” dikemukakan bahwa hasil terapi latihan yang diberikan lebih baik daripada intervensi berupa ice massage [12]. Begitu pula dengan bukti hasil data pada tabel dan grafik yang dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa hasil peningkatan dari pengambilan selisih data pre-test (sebelum tindakan) dan data post-test (setelah tindakan) kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai mean sangat jelas berbeda. pada kelompok perlakuan selisih hasil nilai mean ditemukan 11,5 dengan nilai standard deviation (SD) 5,74456265. Sedangkan kelompok kontrol ditemukan hasil nilai mean 4,75 dan nilai standard deviation (SD)nya 1,70782513. Dengan kata lain, tindakan fisioterapi yang diberikan dengan tambahan intervensi gait training exercise serta penggunaan support inner sole justru dapat meningkatkan efek terapi jauh lebih optimal. Ada beberapa faktor hasil pengujian T-test Independent Sample yang menyebabkan pernyataan Ho diterima, seperti adanya keterbatasan dalam pencarian sampel karena populasi kasus plantar fasciitis masih jarang sekali ditemukan. Bahkan data prevalensi kasus plantar fasciitis di Indonesia belum ditemukan. Disamping itu, sampel yang didapat di lapangan belum memenuhi target subjek penelitian yang sudah dirancang di awal penelitian dan terbatasnya durasi dalam mencari subjek penelitian sehingga peneliti hanya mendapatkan sedikit sampel untuk dapat ditinjau dan diteliti lebih dalam. Faktor lainnya adalah hasil uji homogenitas dari data pre-test (sebelum tindakan) sampel yang mengindikasikan hasil tingkat keparahan menggunakan FADI pada subjek penelitian pasien plantar fasciitis yang diambil menunjukkan hasil data tidak homogen yang artinya data sampel kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak sepadan. Randomisasi alokasi sampel pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang telah dilakukan di tempat penelitian, hasil pre-test dari kuesioner FADI pada kelompok perlakuan didapatkan hasil lebih rendah dari kelompok kontrol yang menunjukkan tingkat keparahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu peneliti tidak melakukan pemeriksaan terhadap tinggi badan dan berat badan sampel sesuai standar idealnya (BMI) juga tidak diperhitungkan. Oleh karenanya, penelitian ini mungkin dapat memungkinkan pernyataan Ha dapat diterima apabila dalam penelitian memerlukan lebih banyak sampel untuk dapat mencapai nilai level signifikansinya.

Simpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan tambahan intervensi gait training exercise dengan penggunaan support inner sole pada tindakan fisioterapi dapat meningkatkan kemampuan fungsional kaki pasien plantar fasciitis walaupun tidak didapatkan hasil manfaat yang signifikan.

References

  1. A. D. P. Wulandari, "Penatalaksanaan Ultrasound dan Stretching Pada Kasus Plantar Fasciitis Dextra di RSUD Sleman," Master's thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia, 2019.
  2. L. Djahaya and L. Viratama, "Hubungan Tinggi Hak dan Lama Waktu Pemakaian High Heels Terhadap Fasciitis Plantaris Pada Siswi Sekolah Pramugari Di Tlogomas," UMM Institutional Repository, Malang, Indonesia, 2020.
  3. D. Hendarto, "Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadapo Penurunan Nyeri Plantar Fasciitis," Bachelor's thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia, 2015.
  4. N. K. M. Purvitagiri, L. Dewanti, S. Bayusentono, and I. L. Wardhani, "Correlation Between Prolonged Standing and Plantar Fasciitis," vol. 6, no. 10, pp. 33-39, 2017.
  5. S. Handayani, "Calf Raise Meningkatkan Fungsional Pada Plantar Fasciitis Sales Promotion Girl," Bachelor's thesis, Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 2017.
  6. E. A. Welte et al., "The Extensibility of The Plantar Fascia Influences The Windlass Mechanism During Human Running," vol. 288, pp. 1-10, 2021.
  7. M. Tschopp and F. Brunner, "Diseases and Overuse Injuries of The Lower Extremities in Long Distance Runners," vol. 76, no. 5, pp. 443-450, 2017.
  8. H. Hasanah, "Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Plantar Fasciitis pada Polisi Wanita (Polwan) Di Polda Kalimantan Barat," Bachelor's thesis, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Pontianak, Indonesia, 2014.
  9. J. Maratis, S. Zunaedi, and U. Pramudya, "Perbedaan Efektivitas Visual Cue Training Dengan Gait Training Exercise Terhadap Kemampuan Fungsional Berjalan Pada Insan Pasca Stroke," vol. 1, no. 1, pp. 31-39, 2020.
  10. Nugraha, Saraswati, Negara, and Tianing, "Pelayanan Kesehatan Fisioterapi Lanjut Usia Melalui Pemeriksaan dan Pelatrihan Keseimbangan Fleksibilitas Serta Kekuatan Otot Genggam di Banjar Kesian Desa Lebih Kabupaten Gianyar," vol. 18, no. 4, pp. 1-7, 2019.
  11. P. P. Purnomo, "Finite Element Analysis Pada Desain Insole Shoe Orthotic," Bachelor's thesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 2017.
  12. S. Muawanah and M. A. Herli, "Efektivitas Peningkatan Aktivitas Fungsional dengan Intervensi Ice Massage dan Terapi Latihan Pada Kasus Plantar Fasciitis," vol. 21, no. 1, pp. 29-36, 2021.
  13. M. Cotchett et al., "The Association Between Pain Catastrophising and Kinesiophobia With Pain and Function in People With Plantar Heel Pain," vol. 32, pp. 8-14, 2017.
  14. T. D. Garret, "A Follow-up of Patient Reported Outcomes in Chronic Plantar Heel Pain Participants Treated with greated with Graston Technique. A mix technique : A mixed methods approach," Master's thesis, University of Northern Iowa, Cedar Falls, IA, USA, 2016.