Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.3080

Prenatal Education Planning in the Perspective of the Qur'an


Perencanaan Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Al-Qur’an

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Perencanaan Pendidikan Pranatal dalam Perspektif al-Qur’an

Abstract

Islam more than 14 centuries ago has laid the foundations of prenatal education. This can be seen through Allah’s intructions in the Qur’an surah Ali Imran verses35 and 41. In verse 35 Allah SWT gives intuctions on how the wife should do when pregnant. And in verse 41 explains how a husband should do when he finds out that his wife is pregnant. The method used in this research is literature study (library research), namely by way reviewing books, literature, notes, Qur’anic verses and interpretations related to the problem to be solved. Among the research results are the pregnant wife represents the child she is carrying, carrying out activities in accordance with what she aspires to. While her husband always increases dhikir to Allah so that it makes the atmosphere of the household calm and conducive, which in turn will have a good effect on the life of the child in his wife’s womb. So prenatal education is very urgent in delivering good and quality servants of God.

Pendahuluan

Islam lebih dari 14 abad yang lalu sudah meletakkan dasar pendidikan dalam kandungan (pranatal). Pendidikan pranatal memberikan andil yang sangat besar sekali dalam mengantarkan anak untuk menjadi hamba yang saleh dan berkualitas. Misalnya kita melihat Maryam (ibu Nabi Isa A.S.) menjadi wanita terbaik dan pilihan dizamannya, itu adalah karena hasil dari pendidikan pranatal yang telah dilaksanakan oleh keluarga Imran. Informasi ini didapatkan dalam al-Qur’an pada surat Ali Imran ayat 35:

اِذْ قَالَتِ امرات عِمْرَانَ رَبِّ اِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّى اِنَّكَ اَنْتَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ (ال عمران :٣٥)

Artinya: Ingatlah, ketika isteri Imran berkata: ''Ya Rabbku, sesungguhnya aku menadharkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmad (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nadhar) itu dari padaku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui''. (Q.S Ali-Imran:35).

Di dalam ayat tersebut isteri Imran yang bernama Hannah Binti Fakud sudah mempunyai cita-cita sewaktu ia mengandung, agar anaknya kelak setelah lahir bisa menjadi hamba Allah yang baik, saleh dan mengabdi di Baitul Maqdis. Kemudian ia sangat perhatian terhadap anak yang dikandungnya, merawat dengan sebaik-baiknya. Ia percaya diri dengan penuh keyakinan bahwa apa yang dilakukannya sewaktu mengandung itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dan baik sekali kepada apa yang dikandungnya. Ia lakukan saat-saat mengandung dengan banyak berdhikir, beribadah dan taat kepada Allah Subanahu wa Ta’ala secara tulus ikhlas.

Setelah isteri Imran melahirkan, maka dinamailah Maryam anak yang baru lahir. Kemudian tumbuh berkembanglah Maryam akhirnya menjadi anak yang di idam-idamkan, yakni menjadi wanita pilihan seluruh alam, mulia, suci, taat beribadah, terpuji perangainya serta jauh dan terlindungi dari perilaku keji dan maksiat sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 42:

وَاِذْ قَالَتِ المَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاكِ وَ طَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ العَالَمِيْن (العمران :٤٢ )

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: ''Hai Maryam sesungguhnya Allah telah memilihmu dan mensucikanmu serta melebihkanmu atas segala wanita di dunia (yang semasa denganmu)''. (Q.S Ali-Imran:42).

Demikian pula Yahya bin Zakariya, beliau menjadi hamba panutan, saleh, sangat kuat mengendalikan hawa nafsu dan menjadi Nabi. Yang demikian itu merupakan hasil pendidikan pranatal yang dilakukan oleh keluarga Nabi Zakariya. Sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 41:

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِى ايَة قَالَ ايَتُكَ اَلاَ تُكَلِّمَ النَاسَ ثَلاَثةَ ايَامٍ اِلَا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيْرًا وَسَبِّحْ بِالعَشِيِّ وَالإِبْكَار ( ال عمران :٤١ )

Artinya: Berkata Zakariya: ''Wahai Rabbku berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)''. Allah berfirman: ''Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan berdhikirlah kepada Rabbmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari''. (Q.S. Ali Imran : 41).

Pada saat isteri Nabi Zakariya mengandung, beliau banyak menahan diri berbicara, mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak dzikir dan tasbih di petang dan pagi hari. Akhirnya setelah lahir anaknya (Yahya) tumbuh dan berkembang menjadi hamba yang saleh dan berkualitas, juga menjadi Nabi. Informasi ini didapatkan dalan surat Ali Imran ayat 39:

فَنَادَتْهُ المَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِى فِى المِحْرَابِ أَنَ اللهَ يُبَشِرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللهِ وَسَيْدًا وَ حَصُوْرًا وَ نَبِيًا مِنَ الصَالِحِيْنَ (ال عمران : ٣٩)

Artinya: Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia berdiri melakukan salat di Mihrab (katanya), “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.".(Q.S.Ali Imran: 41).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menulis penelitian tesis berjudul “PERENCANAAN PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN”. Dalam pembahasannya penulis membatasi dalam perspektif surat Ali Imran ayat 35 dan 41.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan al-Qur’an, tafsir al-Qur’an, buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Peneliti membaca, dan mencatat berbagai sumber yang berkaitan dengan pendidikan pranatal untuk digunakan sebagai penguat dan penjelas dalam mengungkapkan bukti kebenaran firman Allah dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 35 dan 41 tentang betapa pentingnya pendidikan dalam kandungan (pranatal).

Penelitian kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti buku referensi, hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode/teknik tertentu guna mencari jawabanan atas permasalahan yang dihadapi [1].

Hasil dan Pembahasan

1. Konsep Pendidikan Pranatal dalam perspektif Al-Qur`an Surat Ali Imran ayat 35

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan petunjuk kepada ummat Islam tentang adanya pendidikan pranatal, diantaranya melalui surat Ali Imran ayat 35. Di dalam ayat ini Allah SWT memberi petunjuk tentang bagaimana cara ibu yang sedang mengandung melaksanakan pendidikan kepada anak yang berada dalam kandungannya dan apa serta bagaimana yang seharusnya ia perbuat. Ibu yang mengandung hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Munajat kepada Allah ketika mengandung

Ibu yang sedang mengandung hendaknya banyak berdoa, bermunajat kepada ALLah SWT sesuai dengan cita-cita terhadap anak yang dikandungnya, sebagaimana juga telah dilaksanakan oleh isteri Imran dalam bermunajat kepada Allah yang mengungkapkan keinginannya mempunyai anak yang salih dan berbakti di Baitul Maqdis. Demikian ini telah termaktub di dalam al-Qur`an surat Ali Imran ayat 35, Allah berfirman :

اذ قالت امرأت عمران رب اني نذرت لك ما في بطني محررا فتقبل مني انك انت السميع العليم (ال عمران: ٣٥. (

Artinya: (Ingatlah) ketika isteri Imran berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku menadharkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang salih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nadhar) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.Ali Imran: 35).

Kekuatan doa ternyata juga menjadi penunjang kesuksesan yang dicapai oleh keluarga ini (keluarga Kamil). Betapa sang ayah dan ibu sangat rajin dan sering melantunkan doa sejak mereka dikaruniai janin ini. Menurut Kamil, selain sering melakukan kegiatan membaca al-Qur`an untuk si janin, sang ayah dan ibupun sering mengucapkan doa yang termaktub dalam surat Ali Imran, “Rabbi inni nadhartu laka ma fi batni muharraran fataqabbal minni….[2].

  1. Ibu yang mengandung sudah mempunyai cita-cita yang kuat agar anaknya kelak menjadi hamba yang saleh dan berkualitas .

Seorang ibu hamil sudah harus mempunyai cita-cita, harapan terhadap anak yang dikandungnya, sebagaimana Hanna binti Faqud (isteri Imran) mempunyai nadhar, janji, harapan dan cita-cita terhadap janin yang dikandungnya, agar kelak setelah lahir menjadi hamba Allah yang saleh dan berkhidmad di Baitul Maqdis.Sebagaimana firman Allah berfirman :

اذ قالت امرات عمران رب اني نذرت لك ما في بطني محررا فتقبل مني انك انت السميع العليم (ال عمران:٣٥ )

Artinya: (Ingatlah) ketika isteri Imran berkata: ”Ya Rabbku, sesungguhnya aku menadharkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku untuk menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nadhar) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.Ali Imran: 35).

Nadhar adalah janji hendak berbuaat sesuatu jika maksud dan keinginannya tercapai. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular dijelaskan “nadhar adalah janji untuk melakukan sesuatu kebaktian kepada Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya sekaligus rasa syukur atas nikmat-Nya baik dengan syarat maupun tidak” [3].

Maka pelajaran yang perlu diperhatikan bagi wanita-wanita muslimah yang sedang mengandung agar supaya mempunyai niat, harapan dan cita-cita terhadap anak yang dalam kandungannya kelak dikemudian hari setelah lahir menjadi hamba yang salih dan berbakti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

  1. Ibu mewakili janin atau anak dalam kandungan melaksanakan pendidikan pranatal sesuai dengan cita-cita yang diharapkannya.

Pada ayat 35 dalam surat Ali Imran di atas, memberikan informasi tentang cara isteri Imran melaksanakan pendidikan kepada anak yang masih dalam kandungan. Yaitu dengan cara beribadah dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian ini karena beliau mempunyai cita-cita dan harapan agar anaknya kelak setelah lahir menjadi hamba yang saleh, tunduk, patuh kepada Allah dan mengabdi di Baitul Maqdis. Ia selalu taat dan beribadah kepada Allah itu dengan niat mewakili anaknya yang masih dalam kandungan untuk taat dan beribadah kepada Allah. Atau dengan istilah lain menstimulus anak yang di dalam kandungan untuk diajak taat dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Muhammad Ali Assabuni, Ustadh pada Fakultas Syariah dan Dirosah Islamiyah dari Perguruan Tinggi Malik Abdul Aziz Makkatul Mukarramah memberikan tafsiran ayat 35 dalam surat Ali Imran sebagai berikut :

رب اني نذرت لك ما في بطني اى نذرت لعبا دتك و طاعتك ما احمل في بطني

Rabbi inni nadhartu laka ma fi batni “, artinya: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku bernadhar kepad-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu)”, maksudnya “nadhartu li’ibadatika wa ta’atika ma ahmilu fi batni” (aku bernadhar untuk senantiasa beribadah kepada-Mu dan taat kepada-Mu selama bayi dalam kandunganku) [4].

Maka dengan petunjuk ayat di atas hendaknya ibu muslimah yang sedang mengandung memperbanyak amal kebaikan, amal saleh, ketaatan kepada Allah dengan ikhlas dan menstimulus janin supaya kelak setelah lahir juga menjadi anak atau orang yang senantiasa beramal, melakukan kebaikan, ketaatan dan amal saleh seperti yang diamalkan dan dilakukan ibunya.

Sebagian besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung kepada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebabnya adalah ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, itu juga dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indera yang beraneka ragam. Oleh sebab itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia prenatal (chemical prenatal influence) yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian traumatic (traumatic event) [5].

  1. Cita-cita ibu mendambakan anak yang saleh dan merealisasikan nya dalam pendidikan pranatal supaya dilandasi keikhlasan kepada Allah semata.

Muhammad Ali Assabuni, ustadh pada fakultas Syariah dan Dirosah Islamiyah Perguruan Tinggi Malik Abdul Aziz Makkatul Mukarramah memberikan tafsiran pada ayat 35 surat Ali Imran“muharraran”:

مُحَرَّرًا اَىْ مُخْلِصًا لِلْعِبَادَةِ وَالخِدْمَةِ

Muharraran maksudnya adalah ikhlas dalam beribadah dan berkhidmat (mengabdi kepada Allah) [6].

Oleh karena itu sebagai orang tua terutama si ibu yang mengandung hendaklah setiap kenginan, harapan, cita-cita terhadap anaknya serta segala aktivitas: mendidik, merawat anak dalam kandungan hendaknya selalu dilandasi atas dasar keikhlasan karena Allah semata. Keadaan seperti ini secara langsung akan ditransfer kepada janinnya, yang selanjutnya mudah-mudahan kelak setelah lahir menjadi hamba Allah yang mukhlas. Hamba Allah yang mukhlas inilah yang tidak mampu dipengaruhi dan diganggu oleh para Setan.

  1. Sikap berserah diri kepada Allah dalam menerima karunia baik anak laki-laki ataupun perempuan sama saja.

Di akhir ayat 35 dalam surat Ali Imran dijelaskan bahwa isteri Imran menyatakan dalam pengaduannya kepada Allah,” Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.Dengan petunjuk ayat ini, sebagai isteri muslimah dari Imran tetap melaksanakan sikap dan jiwa tawakkal kepada Allah, menyerahkan urusannya kepada Allah yang didahului dengan ikhtiyar dan usaha mendidik anak yang masih dalam kandungan secara maksimal. Demikian ini adalah, sebab ia yakin bahwa Allah lah yang lebih mengetahui perkara yang lebih baik bagi Hanna binti Faqud, apakah Dia memberi bayi laki-laki atau peremuan. Maka Allahlah yang lebih mengetahui akan hikmah dibalik itu semuanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 36:

فلما وضعتها قالت رب اني و ضعتها انثى والله اعلم بما وضعت وليس الذكر كالانثى و اني سميتها مريم و اني اعيذها بك و ذريتها من الشيطان الرجيم ( ال عمران : ٣٦ )

Artinya: Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata,” Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkan itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari pada setan yang terkutuk”. ( Q.S.Ali Imran :36 ).

Oleh karena itu para ibu muslimah khususnya yang sedang mengandung hendaklah meneladani apa yang sudah dicontohkan oleh isteri Imran, yakni sikap dan jiwa tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah berbuat, mendidik anak dalam kandungan sebaik-baiknya, termasuk juga apakah natinya Allah menganugerai anak laki-laki ataupun perempuan, menerimanya dengan penuh kesyukuran. Karena pada hakekatnya Allahlah yang lebih mengetahui terhadap sesuatu itu yang terbaik dan lebih bermanfaat bagi hamba-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman di dalam surat al-Baqarah ayat 216:

...و عسى ان تكرهوا شيءا و هو خر كم و عسى ان تحبوا شيءا و هو شر لكم والله يعلم و انتم لا تعلمون ( البقرة : ٢١٦ )

Artinya:…Dan boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.(Q.S.al-Baqarah: 216).

2.Konsep Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Al-Qur`an Surat Ali Imran ayat 41

Dalam surat Ali Imran ayat 41 ini penulis menangkap tiga hal yang harus dilakukan oleh suami ketika isterinya dalam keadaan hamil, sebagaimana yang telah diperbuat oleh Nabi Zakariyya, yakni sebagai berikut: 1. Nabi Zakariya tidak bisa berbicara kepada manusia selama tiga hari tiga malam. 2. Nabi Zakariya memperbanyak dhikir kepada Allah. 3. Nabi Zakariya selalu berdhikir kepada Alah Subhanahu wa Ta’ala diwaktu petang dan pagi hari. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 41:

قال رب اجعل لي اية قال ايتك الا تكلم الناس ثلاثة ايام الا رمزا وازكر ربك كثيرا و سبح بالعشي والابكار (ال عمران:٤١)

Artinya: Dia berkata,”Ya Rabbku berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku hamil).Allah berfirman,”Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari”.(Ali Imran :41).

Oleh sebab berdasarkan petunjuk ayat 41, ketika isteri dalam keadaan hamil, maka suami hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

  1. Ayah si janin memusatkan perhatian dan bertafakkur kepada Allah (tidak banyak bicara)selama 3 hari diawal-awal kehamilan isterinya.

Pada ayat 41 sural Ali Imran di atas dijelaskan Nabi Zakariya tidak bisa berbicara selama 3 hari ketika isterinya mulai mengandung padahal beliau tidak sakit. Tetapi bisa apabila dipergunakan untuk dhikir dan tasbih kepada Allah SWT. Ini hikmahnya adalah supaya para suami harus banyak-banyak bertafakkur kepada Allah terutama di awal-awal kehamilan isterinya.

Diantara rahasia firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 41 di atas adalah setelah 3 hari dari masa pembuahan sel telur wanita (isteri) oleh sel sperma laki-laki (suami) yang menghasilkan sel zigot. Zigot ini lalu membelah menjadi sel-sel yang berbentuk bulatan-bulatan kecil yang disebut blastokis. Setelah 3 hari dari pembuahan atau konsepsi, blastokis mengandung sekitar 60 sel. Dari blastokis inilah nantinya akan berkembang menjadi sel yang bersifat khusus, seperti sel saraf, sel otot, sel darah, sel tulang dan sebagainya.

Tahap germinal, yang sering disebut periode zigot, ovum atau periode nutfah, adalah periode awal kejadian manusia. Periode germinal ini berlangsung kira-kira 2 minggu pertama dari kehidupan, yakni sejak terjadinya pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur (ovum) perempuan, yang dinamakan dengan “pembuahan”(fertilization) . Saat itu sel sperma pria bergabung dengan sel sperma wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel baru, yang disebut zigot (zygote). Zigot ini lalu membelah-belah menjadi sel-sel yang berbentuk bulatan-bulatan kecil, yang disebut blastokis. Setelah sekitar 3 hari, blastokis mengandung sekitar 60 sel. Tetapi karena jumlahnya semakin banyak, maka sel-sel ini semakin mengecil, sebab blastokis tidak mungkin lebih besar dari zigotnya yang asli. Pada saat terjadinya pembelahan, blastokis mengapung dan berproses di sepanjang tubafalopi [7].

Oleh karena itu seorang suami hendaknya selalu memperhatikan dan merenungkan terhadap janin yang ada dalam kandungan isterinya, yang dari pembuahan sel telur (ovum) oleh sel sperma, lalu menjadi yang namanya zigot, kemudian membelah diri dan berkembang menjadi sel-sel baru yang begitu banyaknya yang disebut blastokis. Dari blastokis inilah nantinya akan menjadi jaringan dan seluruh organ tubuh, sehingga menjadi manusia sempurna.

Tahapan berikutnya setelah satu sel dibuahi adalah proses membelah sel secara berulang yang menghasilkan ribuan, jutaan, bahkam miliaran sel. Dari sel yang sama bentuk dan fungsinya berkembang menjadi sel yang bersifat khusus, seperti sel saraf, sel otot, sel darah, sel tulang. Sel-sel tersebut membentuk jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan otot, jaringan darah, jaringan epitel dan jaringan tulang. Jaringan tersebut membentuk organ, seperti otak, jantung, mata, telinga, kaki, tubuh dan rambut. Berbagai organ tersebut membentuk satu sistem organ seperti sistem pencernaan yang terdiri dari berbagai organ, seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus, anus serta berbagai kelenjar pencernaan [8].

  1. Ayah si janin berusaha menciptakan suasana rumah tangga yang tenang, tenteram dan harmonis dengan cara berdhikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah memerintahkan kepada Nabi Zakariya untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya ketika isterinya mengandung:

قال رب اجعل لي اية قال ايتك الا تكلم الناس ثلاثة ايام الا رمزا وازكر ربك كثيرا و سبح بالعشي والابكار(ال عمران:٤١)

Artinya: Dia berkata: ”Ya Rabbku berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku hamil).Allah berfirman,”Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari”.(Ali Imran :41).

Hikmah dari dhikir adalah menjadikan hati tenang, tenteram. Yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap lingkungan keluarga menjadi kondusip, aman, tenteram, damai, serta penuh sakinah mawaddah dan sekaligus menjadikan kondisi kejiwaan ibu yang sedang hamil menjadi tenang dan bahagia yang selanjutnya akan berpengaruh kepada kejiwaan, perkembangan dan pertumbuhan janin dalam kandungan menjadi baik.

Sebagian besar proses pertumbuhan janin itu sangat bergantung kepada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, itu dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indera yang beraneka ragam. Oleh karena itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia prenatal (chemical prenatal influence) yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian traumatic (traumatic event). Ribuan bayi yang lahir cacat atau terbelakang secara mental setiap tahun merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan ibu [9].

Memang ayah si janin harus menciptakan lingkungan keluarga yang tenang dan damai, agar supaya psikologis ibu yang sedang mengandung bisa merasakan ketenangan dan ketenteraman. Ibu yang merasa tenang, tenteram selanjutnya secara biologis akan ditransmisikan kepada janin dalam kandungannya. Sehingga janin akan merasakan ketenangan, ketenteraman juga sebagai hasil dari pesan biokimia kesenangan yang telah dirasakan ibunya.

  1. Ayah si Janin selalu bertasbih kepada Allah diwaktu petang dan pagi hari

Allah memerintahkan kepada Nabi Zakariya untuk senantiasa bertasbih ketika isterinya sedang mengandung:

قال رب اجعل لي اية قال ايتك الا تكلم الناس ثلاثة ايام الا رمزا واذكر ربك كثيرا و سبح بالعشي والابكار (ال عمران:٤١)

Artinya: Dia berkata,”Ya Rabbku berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku hamil).Allah berfirman,”Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari.(Ali Imran :41).

Di ujung ayat 41 pada Surat Ali Imran di atas, Allah memerintahkan supaya Nabi Zakariya bertasbih baik dipetang maupun dipagi hari ketika isterinya sedang hamil. Firman Allah ini memberikan petunjuk agar kita sebagai suami juga harus selalu mendekatkan diri dan bertasbih kepada Allah ketika isteri sedang hamil. Lafaz tasbih adalah “سبحان الله “ artinya Maha Suci Allah. Kita bertasbih kepada Allah, maksudnya adalah kita mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak patut atau tidak pantas bagi-Nya.

Oleh karena itu para suami harus banyak bertasbih kepada Allah ketika isteri mereka telah mengandung. Yakni dengan banyak berdoa, mendekatkan diri kepada-Nya dan yakin terhadap ke-Maha Kuasa-an Allah bahwa Dia akan menganugerahkan keturunan yang baik kepada kita.

Kesimpulan

Islam telah memberi petunjuk tentang pendidikan pranatal, yakni seorang ibu hamil hendaknya memperbanyak doa kepada Allah dan ia telah mempunyai cita-cita terhadap masa depan anak yang dikandungnya. Cara melaksanakan pendidikan pranatal adalah ibu itu sendiri yang mewakili anak yang dikandungnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang ia cita-citakan, yang semuanya itu dikerjakan dengan ikhlas karena Allah disertai tawakkal kepada-Nya. Sementara suami dari isteri yang mengandung juga harus memperbanyak dhikir dan tasbih kepada Allah SWT, banyak mengendalikan diri dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Demikian ini akan berpengaruh baik kepada lingkungan rumah tangga, kemudian bisa menjadikan kondisi dan psikis isteri menjadi baik, tenang yang selanjutnya akan berpengaruh kepada kebaikan dan kesehatan janin yang dikandungnya.

References

  1. Milya Sari, Jurnal Penelitian Bidang IPA, melalui http://.scolar.google.com
  2. Fathin Masyhud, Ida Husbanur Rahmawati, 3 Hafidh Qur’an Cilik mengguncang Dunia, Jakarta Timur: Zikrul Hakim, 2016, 172
  3. Pius A.Partanto, M.Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya; Arkola, tt, 507
  4. Muhammad Ali Assabuni, Safwah at-Tafasir, Jakarta: Darul Kutub al Islamiyah, 1999, 198.
  5. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015, 81.
  6. Muhammad Ali assabuni, Safwah at-Tafasir, Jakarta: darul kutub al Islamiyah, 1999, 198
  7. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015, 71-72
  8. Siti Aisyah, dan kawan-kawan, Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia Dini, 2.7.
  9. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosdakarya, 2015, 81.