Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.4.2021.3031

Nahwu Learning for Madrasah Tsanawiyah Students at Islamic Boarding Schools


Pembelajaran Nahwu Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

pembelajaran ilmu nahwu

Abstract

Nahwu science is a science that is not easy to understand and is one of the branches of science that studies the rules of the Arabic language. As well as Arabic literature is needed to make it easier to learn the science of nahwu. However, there are shortcomings in learning that is applied to formal education, both schools and Islamic boarding schools, causing understanding that is not optimal. This study aims to determine the effectiveness of a method in learning Nahwu Science. This research was conducted at the Pondok Pesantren Ibnu Abbas As-Salafy Beku, Keliwonan, Masaran, Sragen, Central Java. It has a fairly good quality in the science of nahwu. This research uses descriptive qualitative method. Data analysis used in this research are observation, documentation and interviews. The results of the study revealed the findings that the learning of Nahwu by the students of Madrasah Ibn Abbas As-Salafy Sragen with the istimbad research method in Arabic was considered more effective. And applying the rules of Arabic by using Arabic everyday makes the students of Madrasah Ibn Abbas As-Salafy Sragen better understand. the method used is through the istimbad learning method and the results of the Nahwu learning.

Pendahuluan

Negara Indonesia merupakan salah satu negara muslim, karena mayoritas warga Indonesia memeluk agama islam. Agama islam adalah agama yang diturunkan di kota Makkah, dimana kota Makkah menggunakan Bahasa Arab sebagai Bahasa komunikasi. Oleh karena itu agama islam sangat identic dengan Bahasa Arab. Dasar agama islam berpedoman pada Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi pedoman hidup baik kehidupan dunia atupun kehidupan setelah dunia yang bertuliskan Bahasa Arab. Sehingga baik doa, ibadah, dan memperdalam agama islam yang paling baik adalah dengan menggunakan Bahasa Arab.

Bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar di Negara Indonesia. Bahasa Arab digunakan sebagai teks primer umat islam yang tertuangkan pada Al-Qur’an dan hadits begitu pula dengan teks sekunder seperti ilmu fiqih, adab mengenai akhlaq sebagai seorang muslim dan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu berbagai Lembaga formal ataupun non formal di Indonesia masih mempelajari dan mengajarkan Bahasa Arab. Akan tetapi dalam pembelajaran Bahasa Arab sering terkendala dalam penggunaan kata, karena kata Bahasa arab memiliki huruf konsonan, sedangkan untuk huruf vocal digantikan oleh huruf syakl. Syakl merupakan pengganti huruf vocal seperti fathah, kasroh, dhomah dan sukun. Dalam pembelajaran, pelajar sangat membutuhkan kemampuan dan usaha yang cukup keras untuk menentukan tata letak kata dalam kalimat (Ilmu Nahwu) dan kemampuan dalam membentuk kata (ilmu sharf) serta pemahaman tentang teks yang dibaca (fahm al-maqru’). [1] bahasa Arab dan keilmuan nahwutermasuk bagian keilmuan bahasa Arab yang mempelajari perubahan kalimat maupun penyusunan kata serta aturan-aturan yang saling berhubungan dengan keadaan susunan keduanya. Susunan bahasa Arab disebut juga tatanan kebahasaan, nahwu-sharfatau qawa’id. [2]

Banyak pelajar yang berpikir bahwa ilmu nahwu adalah ilmu yang sulit untuk difahami. Dalam mengatasai kesulitan yang dihadapi oleh pelajar maka pengajar harus menggunakan metode yang tepat untuk memudahkan pelajar dalam mempelajari dan memahami ilmu nahwu. Pengertian nahwu dalam bahasa Arab merupakan الطریق و الجھة (harapan dan tujuan) Adapun menurut perkataan imam Ar Razi, nahwu adalah القصد و الطریق. Adapun ilmu Nahwu dalam sisi orang terdahulu As-salaf hanya terbatas pada pengajaran tentang الإعراب و البناء merupakan penetapan alamat suatu tanda bacaan akhir pada suatu kata atau kalimat yang tepat dengan keadaannya pada kalimat sempurna (الجملة المفدة) dan para salaf memberikan pengertian sebagai berikut :

النحو قواعد یعرف بھا أحوال الكلمات العربیة إعرابا و بناء

Nahwu merupakan tatanan kata dan kaliamat yang dapat mengertikan tempat dan keadaan kata dan kalimat dalam gramatikal Arab, baik dari segi qa’idah maupun susunan kalimat’[3]

Perkembangan penelitian yang lebih baik mengenai pengkajian mengenai analisa kebahasaan, beberapa ulama mencoba untuk membuat arti lebih besar mengenai pengertian tentang ilmu nahwu. Dimana ilmu nahwu tidak hanya membahas mengenai I’rab dan bina’ akan tetapi juga membahas mengenai susunan kosakata, beberapa kata, kata dalam suatu narasi tertentu, dan antara kata-kata dalam suatu kalimat yang memiliki susunan tertentu untuk membuat sebuah ungkapan atau frasa.[4]

Perkembangan yang tetap dibahasa adalah pengertian ilmu nahwu yang harus mempertahankan kepentingan I’rab. Karena I’rab juga termasuk bagian yang tidak dapat dipisah dengan penentuan kalimat Bahasa Arab, dimana tanpa I’rab kalimat dalam Bahasa Arab tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Namun beberapa kelompok berfikir cukup ketika hanya mensukun pada setiap akhir kata, dimana hal tersebut sesuatu yang tidak dapat diterima. Untuk memudahkan pelajar maka materi Ilmu Nahwu harus diajarkan secara efektif dengan cara digunakan ke dalam Bahasa sehari-hari, berbicara secara langsung dan penggunaan kegunaan secara dasar nahwu yaitu menentukan tanda baca pada akhir kata serta penyusunan kalimat yang sempurna.[5]

Metode Penelitian

Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, seorang peneliti harus merangkum masalah, mencari, menganalisis dan membahas suatu permasalahan dengan suatu metode. Dimana metode memiliki arti seperti aplikatif dan praktis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan design deskriptif. Yakni suatu penelitian yang menyuguhkan gambaran- gambaran secara mendetail mengenai suatu individu atau kelompok tertentu tentang kondisi lingkungan dan gejala yang sedang terjadi.[6] Subjek pada penelitian ini yakni: Guru bahasa arab, siswa MTs di pondok Pesatren Ibnu Abas As-Salafy Masaran

Peneliti juga menggunakan cara wawancara, dokumentasi dan observasi untuk menghasilkan suatu data. Dalam tahap wawancara peneliti memerlukan beberapa siswa dan guru Bahasa arab. Sedangkan untuk observasi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti mencatat dan mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah Mts Pondok Pesantren Ibnu Abbas As-Salafy Masangan, Sragen. Dan untuk hasil penelitian dari wawancara dan observasi yang semakin real dapat disertai soal yang diwawancarakan, teks hasil wawancara dan objek gambar dari dokumentasi seperti foto-foto. Yang terakhir setelah pengumpulan data yakni analisi, reduksi, disajikan dan penarikan kesimpulan.[7]

Hasil dan Pembahasan

Pembelajaran Nahwu Pada Siswa MTs di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As-Salafy Masaran, Sragen Pada Tahun Ajaran 2018-2019

Pembelajaran Nahwu yang diterapkan pada pelajar menggunakan metode استقرائیة sebagai salah satu metode yang baik. Metode ini memiliki beberapa tahap yakni:

a. Persiapan (Pendahuluan)

Pada tahap pertama yakni tahap persiapan, pengajar mempersiapkan materi secara spesifik terhadap materi pelajaran yang akan diberikan kepada pelajar, kemudian pengajar memulai dengan munaqasyah (tanya-jawab) tentang bagian-bagian qawaid baik teks ataupun contoh-contohnya, bagian qawaid merupakan yang telah dipelajari sebelumnya yang masih memiliki hubungan dengan topik yang baru. Pengajar yang mengaitkan materi lama dengan materi yang baru sama juga dengan pengajar yang memberikan apersepsi.[8]

Dalam tahap ini, pengajar harus lebih focus terhadap penjelasan makna, dimana para pelajar diberikan pemahaman makna mengenaiالاسم، الفعل، الحرف، المبتدأ، الخبر، الاستثناء، التفضیل، serta beberapa istilah lain yang terdapat dalam ilmu nahwu.[9]

b. Penyajian

Setelah tahap persiapan dan pemberian apersepsi, pengajar mulai memberikan materi menganai Ilmu Nahwu, dimulai dari materi yang mudah, menengah lalu ke yang sulit dan dari yang abstrak menjadi kongkrit. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini, pengajar memberikan beberapa contoh yang telah dituliskan di papan tulis, baik contoh yang diberikan oleh pengajar ataupun contoh yang dituliskan oleh pelajar setelah pelajar menerima pertanyaan dari pengajar. Dan dengan menambahkan beberapa contoh yang telah ditulis pengajar di kertas dan memberikan secara terpisah kepada pelajar.

Metode teks sempurna pada pembelajaran ini yakni dengan cara pengajar memberikan contoh teks ilmu nahwu yang ditulis ke papan tulis, atau yang telah dituliskan pengajar di kertas dan dibagikan kepada pelajar. Setelah pemberian contoh, pengajar menjelaskan bagaimana teks pada ilmu nahwu dengan cara pendahuluan, bacaan, dan menjelaskan makna pada setiap kosakata lalu membahas bersama mengenai makna umum dari teks tersebut. Karena pengajar memberikan contoh dari teks yang telah ada, sehingga pengajar memberikan pertanyaan kepada pelajar dimana jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan kalimat rumusan kaidah. Dan jawaban yang telah dituliskan oleh pelajar tersebut digaris bawahi atau bisa ditulis dengan tulisan berwarna, kemudian memberi harakat(tanda baca) yang tepat.

c. Menimbang Dan Mempertemukan.

Ketika tahap persiapan dan penyajian selesai, pengajar melakukan asosiasi dan menggabungkan materi yang lalu dengan materi yang baru, sehingga materi memiliki kaitan yang erat. Dalam hal ini, pengajar mencoba untuk mengaitkan setiap bagian teks atau contoh yang telah disajikan, agar pelajar mengetahui persamaan dan perbedaan setiap bagian teks atau contoh.

Pengajar yang teliti yang mampu menemukan persamaan, maka semakin besar pula kemungkinan mencapai target serta kesuksesan dalam mata pelajaran. Dan pengajar yang cerdas adalah pengajar yang mampu mengaitkan materi yang lalu dengan materi yang baru, sebab pengajar berperan sebagai pemandu, pengarah dan pengoreksi. Sehingga pelajar yang telah terbentuk beberapa kelompok mencari titik persamaan dan perbedaan, membandingkan, mempertemukan, dan memberikan beberapa kesimpulan dalam bentuk perumusan kaidah.[10]

d. Menghafal Kaidah Nahwu

Selanjutnya menghafalkan kaidah ilmu Nahwu yang berkaitan dengan materi yang akan di pelajari oleh pelajar. Apabila pengajar telah melaksanakan langkah-langkah yang sebelumnya, maka akan mempermudah pelajar untuk memahami kaidah ilmu Nahwu yang telah dihafalkan.

e. Penetapan Kaidah Nahwu

Sebagai langkah akhir, pengajar memberikan latihan soal yang terdapat dalam buku atau yang telah dibuat pengajar sendiri, dan mempraktikkan hasil pembelajaran yang telah diberikan. Tegasnya untuk mengetahui sedikit banyaknya kaidah Nahwu yang telah dihafalkan. Pengajar memberikan latihan tambahan kepada pelajar, hal ini ditujukan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh pelajar. Oleh karena itu buku pembelajaran Nahwuh pada setiap akhir materi pembelajaran diikuti dengan latihan-latihan yang disusun secara berbeda-beda, baik dalam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan. Sehingga penguasaan pelajar terhadap kaidah Nahwu semakin baik dan benar.

Berdasarkan wawancara, dokumentasi dan observasi penggunaan metode penelitan dalam pembelajaran Ilmu Nahwa dalam Bahasa Arab dinilai lebih efektif. Karena metode tersebut digunakan dengan penerapan Bahasa keseharian maka menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode biasa yang digunakan oleh guru Bahasa Arab serta latihan yang bervariasi menambahkan penguasaan belajar kaidah nahwu.

Kesimpulan

Dalam beberapa metode pengajaran nahwu Bahasa Arab yang telah dibahas dan dikaji, maka dapat disimpulkan bahwa.

Pengajaran ilmu Nahwu harus memiliki inovasi dengan cara memperluas objek serta harus mengetahui urutan materi mana yang harus didahulukan dan menunda materi yang lain, seperti materi yang tidak sering dipakai dalam Bahasa sehari-hari bagi para pelajar.

Pelajar yang berkomunikasi dengan Bahasa arab perlu belajar ilmu Nahwu, dan menjadikan ilmu Nahwu sebagai kaidah dalam penyusunan kosakata Bahasa Arab. Sehingga pelajar dapat menghindari kesalahan dalam penggunaan Bahasa Arab dan dapat menggunakan Bahasa Arab dengan baik dan benar. Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran ilmu Nahwu memiliki pendukung dan penentang, sehingga masih belum bisa diunggulkan salah satu metode dengan metode yang lainnya.

Oleh karena itu, penelitian yang intensif secara langsung oleh ahlinya sangat di perlukan sehingga dapat ditemukan metode pengajaran ilmu Nahwu yang paling efektif. Dan pelajar dapat mengatasai kesulitan dalam belajar Ilmu Nahwu dengan beberapa metode efektif sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi pelajar, tidak terpaku dengan satu metode tertentu.

References

  1. Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi, Yogyakarta, LkiS, 2004
  2. Ibnu Khaldun, al-muqaddimah, Maktabah Syamillah.
  3. Biek, Hifniy dkk, Qawa’id al-lughah al-arabiyah, Surabaya: Maktabah Al-Hidayah, 2000
  4. Mujib, Rahmawati, Permainan Edukatif pendukung Pembeljaran Bahasa Arab (2), Jogyakarta : DIVA Press, 2012
  5. Sagala, Saiful, Konsep dan makna pembelajaran membantu memecahkan problematika belajar, Bandung: Alfabeta 2005
  6. Izan, Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung : Humaniora, 2009
  7. Musfiqon, Panduan lengkap metodologi penelitian pendidikan, Jakarta : Prestasi Pusaka Publisher 2010
  8. L. Moleong, Metode penelitian kualitatif. Bandung : Rosda Karya, 2007