Abstract
This study aimed to investigate the current and expected profile of organizational culture and its effect on employee performance. The research employed a quantitative approach, utilizing the Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) to collect data through a survey. Total sampling and non-probability sampling methods were employed, with 184 respondents participating in the study. The analysis, conducted using IBM SPSS Statistics software (Version 24), revealed a common perception between owners and employees, indicating that the current cultural profile of the organization is dominated by hierarchy and market cultures. However, the desired cultural profile aspired to maximize the presence of hierarchy, market, clan, and adhocracy cultures. Furthermore, the study demonstrated a simultaneous and partial influence of hierarchical culture, market culture, clan culture, and adhocracy culture on employee performance. Among these, the variables of hierarchy culture and clan culture were found to have the most significant impact on IKM performance. These findings emphasize the importance of understanding and shaping organizational culture to enhance employee performance and productivity.
Highlights:
- Current and expected profile of organizational culture: The study explores the current and expected cultural profile of Pia Japanan IKM, identifying the prevailing culture as hierarchy and market, while aiming to maximize hierarchy, market, clan, and adhocracy cultures in the future.
- Influence on employee performance: The research reveals a significant impact of hierarchical culture, market culture, clan culture, and adhocracy culture on employee performance, with hierarchy culture and clan culture identified as the most influential variables for IKM performance.
- Quantitative approach and sampling: The study employs a quantitative approach, using the Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) for data collection through a survey. Total sampling and non-probability sampling methods are utilized, with 184 respondents included in the analysis.
Keywords: Organizational culture, Hierarchy culture, Market culture, Clan culture, Adhocracy culture.
Pendahuluan
Usaha Kue Pia Japanan merupakan salah satu IKM yang sangat maju di daerah Kabupaten Pasuruan selain usaha klepon dan telur asin yang sangat terkenal di Pasuruan yang menjadi pusat perbelanjaan atau pusat oleh oleh. Namun untuk mendukung kemajuan IKM Kue Pia Kejapanan maka dibutuhkan kinerja organisasi untuk mendukung pencapaian perencanaan strategis pada IKM Kue Pia Kejapanan. [1] Kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi perencanaan (strategic planning) suatu organisasi, hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi itu dapat mencapai tujuan yang di dasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan data penjualan Pia dapat diketahui bahwa omset Rumah Pia dalam Jumlah paling besar yaitu Rp. 134.062.500 per bulan hanya 2 (dua) tempat IKM yaitu Rumah Pia Mahen dan Crepes, sedangkan 2 IKM mendapatkan omset Rp. 89.375.000 yaitu Rumah Pia R/B dan Rumah Pia Ina, 23 IKM Rumah Pia mendapatkan omset sebesar Rp. 44.687.500 dan sisanya 22 IKM Rumah Pia mendapatkan omset Rp. 22.343.750.
Dari data tersebut peneliti ingin menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan Rumah Pia dapat memperoleh omset yang besar sehingga dapat meningkatkan omset seperti Rumah Pia Mahen dan Crepes. Kultur pasar beroperasi terutama dengan mekanisme pasar. Namun mekanisme pasar pada kondisi Pandemi saat ini menyebabkan sedikitnya pemesanan dari acara hajatan. karena social distancing dan menjaga jarak pada saat hajatan sehingga tidak sedikit yang hajatan tidan mengundang banyak tamu.
Kultur Hierarcy pada IKM Pia Mahen sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari kepemimpinan yang terorganisasi dan teratur dalam membagikan tugas dengan kekeluargaan atau kultur clan. Namun ada indikasi jumlah omset dari 48 Rumah Pia belum sesuai harapan yang dapat ditingkatkan seperti Rumah Pia Mahen dan Crepes. Peneliti melihat pada IKM tersebut kultur market perlu ditingkatkan dengan meningkatkan mekanisme melalui kultur Adhorcarcydengan inovasi yang dinamis.
Mengenai dengan latar belakang diatas judul untuk pembahasan tersebut adalah “ Pemetaan Budaya organisasi Menggunakan Organization Culture Assesment Instrument (OCAI) terhadap Kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan di Kabupaten Pasuruan”. IKM Rumah Pia Kejapanan di Kabupaten Pasuruan dipilih peneliti untuk ditliti karena merupakan industri di sektor makanan yang berkembang pesat namun ada beberapa kendala yang harus ditinjau lebih jauh dengan hasil penjualan yang tidak stabil sehingga peneliti akan menganalisis pemetaan budaya yang meliputi Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture.
Metode Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. [2] Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di di Rumah Pia Kejapanan Jln. Raya Tol Waru By Pass Gempol Kabupaten Pasuruan.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang dirancang untukmemecahkan masalah penelitian yang diajukan. [3] Tujuan penelitian desain deskriptif bersifat paparan pada variabel-variabel yang diteliti, misalnya tentang siapa, yang mana, kapan, dan dimana, maupun ketergantungan variabel pada sub-subvariabelnya.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini yaitu IKM Rumah Pia Kejapanan dengan jumlah populasi yang akan digunakan adalah sekitar 184 yang terdiri dari 36 Pengelola dan 148 Karyawan.
Sampel merupakan komponen dari karakteristik dan kualitas yang dipunyai oleh populasi tersebut. Tehnik sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh dan probability sampling.Tehnik sampel total adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dan non probability sampling adalah teknik penentuan sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota0 populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari data Pendataan Anggota Koperasi Waru Sukses Berkarya maka sampel pada penelitian ini yaitu IKM Rumah Pia Kejapanan dengan jumlah sampel yang akan digunakan adalah sekitar 184 yang terdiri dari 36 Pengelola dan 148 Karyawan yang hadir dalam paguyuban IKM tersebut (Koperasi Waru Sukses Berkarya)
E. Jenis dan Sumber Data
Data primer merupakan sumber data yang dapat langsung membagikan data pada pengumpulan data. Data primer diperoleh langsung dengan menyebar kuisioner, hasil wawancara dan pengamatan langsung kepada pengelola dan karyawan IKM Rumah Pia Kejapanan Kabupaten Pasuruan. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung. Data sekunder, yang berasal dari struktur organisasi, company profil, visi misi IKM Rumah Pia Kejapanan Kabupaten Pasuruan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer adalah dengan kuesioner kepada responden yang kemudian akan diukur dengan skala likert. Sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda, dengan sebelumnya menguji kualitas data yang digunakan yaitu uji validitas dan uji reliabilitas, dan menggunakan uji asumsi kelasik serta uji hipotesis. Dengan menggunakan alat bantu berupa program SPSS (StatisticalProductsAndSolutionService).
G. Hipotesis
a. Pemetan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM saat ini berdasarkan peneliti yang paling dominan adalah Hirarchy Culture dan Clan Culture pada IKM Rumah Pia Kejapanan yang terdiri dari Atasan dan karyawan
b. Pemetaan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM yang diharapkan berdasarkan yang peneliti inginkan adalah memaksimalkan market Culture dan Adhocracy Culture
c. Ada pengaruh Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture secara simultan (bersama-sama) terhadap Kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan
d. Ada pengaruh Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture secara parsial (sendiri- sendiri) terhadap kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan
e. Diantara variabel Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture; variabel Hirarchy Culture dan Adhocracy Culture yang berpengaruh paling signifikan terhadap Kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan
Hasil dan Pembahasan
Pemetaan Budaya Organisasi
1). Analisis OCAI Budaya Organisasi Berdasarkan Karateristik Dominan
Dimensi ini menunjukan kondisi lingkungan organisasi, apa yang dirasakan oleh ada anggota organisasi saat mereka berada di dalam organisasi tersebut. Dengan perhitungan sistematis pada isntrumen OCAI akan menghasilkan gambaran budaya apa yang dominan pada lingkungan organisasi. Dimensi ini menunjukan kondisi lingkungan organisasi, apa yang dirasakan oleh ada anggota organisasi saat mereka berada di dalam organisasi tersebut. Dengan perhitungan sistematis pada instrument OCAI akan menghasilkan gambaran budaya apa yang dominan pada lingkungan organisasi.
Berikut ini hasil skor rata-rata karateristik dominan dari budaya organisasi yang meliputi Hirarchy, market, clan dan Adhocarchy berdasarkan jawaban dari kuisioner dari pengelola dan karyawan IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan saat ini dan yang diharapkan:
Karakteristik Dominan | ||||
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (Hirarchy Culture) | 1A | 26,42 | 26,49 | 0,07 |
B (MarketCulture) | 1B | 26,01 | 26,09 | 0,08 |
C (ClanCulture) | 1C | 26,12 | 26,2 | 0,08 |
D (AdhocarchyCulture) | 1D | 26,23 | 26,62 | 0,39 |
Dari data diatas dimensi karakteristik dominan didominasi oleh HierarchyCulture(saat ini) dengan nilai rata-rata 26,42 dan karakteristik dominan yang diharapkam adalah Adhocarchy Culture dengan prosentase 26,62. Berikut ini merupakan budaya organisasi yang menggambarkan pemetaan budaya:
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari karakteristik dominan yang dipersepsikan pengelola dan karyawan IKM saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: Adhocracy Culture meningkat sebesar 0,39, Market culture dan Clan Culture meningkat 0.8 poin, dan perbandingan Hierarchy Culturesaat ini dan diharapkan meningkat 0,7 poin.
2) Analisis OCAI Budaya Organisasi berdasarkan Kepemimpinan Organisasi
Dimensi ini menunjukan model kepemimpinan yang ada di dalam organisasi, presepsi para anggota organisasi (karyawan) tentang kepemimpinan yang ada dari anggota. Dengan perhitungan sistematis instrument OCAI pada dimensi ini akan terlihat budaya apa yang menjadi dasar dari kepemimpinan organisasi tersebut. Perubahan tipe budaya organisasi IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan dari Dimensi kepemimpinan organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kepemimpinan Organisasi | ||||
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (Hirarchy Culture) | 2A | 26,21 | 26,28 | 0,07 |
B (Market Culture) | 2B | 26,13 | 26,45 | 0,32 |
C (Clan Culture) | 2C | 26,2 | 26,49 | 0,29 |
D (Adhocarchy Cukture) | 2D | 25,52 | 25,57 | 0,05 |
Dari data diatas dimensi kepemimpinan organisasi saat ini dan yang diharapkan adalah clanculture. Saat ini didominasi oleh Clan Culturedengan nilai rata-rata 26,21 dan yang diharapkan di dominasi oleh ClanCuluredengan nilai rata-rata 26,49. Dibawah ini radar budaya organisasi yang menggambarkan pemetaan budaya:
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari kepemimpinan organisasi yang dipersepsikan pengelola dan karyawan IKM saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: Market Culture meningkat 0,32, ClanCulture meningkat 0,29 poin, Hirarchy Culturemeningkat 0,07 poin dan Adhocracy Culture perbandingan saat ini dan diharapkan meningkat sebesar 0,05 poin.
3) Analisis OCAI Budaya Organisasi Berdasarkan Pengelola Karyawan
Dimensi ini menunjukan kinerja pengelola karyawan yang ada di dalam organisasi, presepsi para pengelola terhadap anggota organisasi (karyawan). Dengan perhitungan sistematis instrumen OCAI pada dimensi ini akan terlihat budaya apa yang menjadi dasar dari pengelola karyawan tersebut didalam organisasi. Perubahan tipe budaya organisasi IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan dari Dimensi pengelola karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pengelola Karyawan | ||||
---|---|---|---|---|
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (HirarchyCulture) | 3A | 25,63 | 25,68 | 0,05 |
B (MarketCulture) | 3B | 26,11 | 26,32 | 0,21 |
C (ClanCulture) | 3C | 25,6 | 25,76 | 0,16 |
D (AdhocarchyCukture) | 3D | 25,34 | 25,43 | 0,09 |
Dari data diatas dimensi pengelola karyawan saat ini dan yang diharapkan adalah clan culture. Atasan dan bawahan pada IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan menerapkan budaya MarketCulture dalam mengelola karyawannya. Saat ini didominasi oleh Clan Culture dengan nilai rata-rata 26,11 dan yang diharapkan di dominasi oleh MarketCulturedengan nilai rata-rata 26,32.
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari pengelola karyawan saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: Market Culture meningkat 0,21, Clan meningkat 0,16 poin, Clan Culture meningkat 0,09 dan, HierarchyCulturemeningkat 0,05 poin.
4) Analisis Ocai Budaya organisasi berdasarkan Perekat Organisasi
Dimensi ini menunjukan faktor yang mendorong anggota organisasi berada didalam organisasi. Dengan perhitungan sistematis instrumen OCAI, budaya yang menjadi faktor perekat anggota organisasi akan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (HirarchyCulture) | 4A | 27,13 | 27,26 | 0,13 |
B (MarketCulture) | 4B | 25,44 | 25,57 | 0,13 |
C (ClanCulture) | 4C | 26,03 | 26,18 | 0,15 |
D (AdhocarchyCukture) | 4D | 25,78 | 26,01 | 0,23 |
Berdasarkan data diatas dimensi perekat organisasi yang dominan saat ini adalah Hierarchyculture dengan nilai 27,13 dan budaya dominan yang diharapkan adalah Hirarchy culture dengan nilai 27,26. Perekat organisasi antara atasan dan bawahan dan antara sesama karyawan pada IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan di mulai dari budaya (Hirarchy Cultre) dan diharapkan kedepannya perekat organasasi juga di mulai dari hubungan dengan atasan (Hirarchy Cultre). Berikut ini merupakan budaya organisasi yang menggambarkan pemetaan budaya:
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari pengelola karyawan saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: AdhocracyCulturemeningkat menjadi 0,23, ClanCulturemeningkat 0,15, HierarchyCulturedan MarketCulturemasing-masing meningkat menjadi 0,13 poin .
5) Analisis OCAI Budaya Organisasi Berdasarkan Penekanan Strategis
Dimensi ini menunjukan bagaimana organisasi menitikberatkan strategi yang dijalankan. Dengan perhitungan sistematis instrumen OCAI pada dimensi ini akan terlihat budaya yang dominan pada penekanan strategi organisasi. Berikut ini budaya yang paling dominan terhadap penekanan Strategis:
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (Hirarchy Culture) | 5A | 25,58 | 25,63 | 0,05 |
B (Market Culture) | 5B | 26,19 | 26,25 | 0,06 |
C (Clan Culture) | 5C | 26,13 | 26,23 | 0,1 |
D (Adhocarchy Cukture) | 5D | 25,48 | 25,63 | 0,15 |
Berdasarkan data diatas dimensi penekanan strategis yang dominan saat ini dan yang diharapkan adalah dengan nilai saat ini pada market culture dengan nilai 26,19 dan budaya dominan yang diharapkan adalah marketculturedengan nilai 26,19. Penekanan strategis market culturepada IKM Rumah Pia Kejapanan di kabupaten Pasuruan untuk meningkatkan penjulan dan pendapatan Kue Pia. Berikut ini merupakan grafik radar yang menggambarkan pemetaan budaya pada penekanan strategis:
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari penekanan Strategis saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: Adhocracy Culture meningkat 0,15, Clan Culture meningkat 0,10 poin, MarketCulturemeningkat 0,06 poin dan HirarchyCulture meningkat 0,05 poin.
6) Analisis OCAI Budaya Organisasi berdasarkan Kriteria Keberhasilan
Dimensi ini menunjukan hal apa saja yang menjadi kriteria keberhasilan di dalam organisasi. Dengan perhitungan sistematis instrumen OCAI pada dimensi ini akan terlihat budaya yang dominan dan mendasari kriteria keberhasilan.
Kriteria Keberhasilan | ||||
---|---|---|---|---|
Tipe Budaya Organisasi | Saat ini | Yang Diharapkan | Selisih | |
A (HirarchyCulture) | 6A | 25,77 | 26,3 | 0,53 |
B (MarketCulture) | 6B | 24,45 | 24,79 | 0,34 |
C (ClanCulture) | 6C | 25,49 | 25,55 | 0,06 |
D (AdhocarchyCukture) | 6D | 25,52 | 25,66 | 0,14 |
Berdasarkan data diatas dimensi kriteria keberhasilan yang dominan saat ini dan yang diharapkan adalah Hirarchy culture dengan nilai saat ini pada dengan nilai 25,77 dan nilai yang diharapkan 26,30. Kriteria Keberhasilan saat ini dan yang diharapkan adalah Hirarchy culture karena kepemimpinan dengan manajemen yang terorganisir adalah salah satu pada kunci atau kriteria dari keberhasilan itu sendiri. Berikut ini merupakan grafik radar yang menggambarkan perubahan dan pemetaan budaya pada penekanan strategis:
Berdasarkan Gambar diatas grafik radar rata-rata skor OCAI dari kriteria keberhasilan saat ini (garis biru) dan yang diharapkan (garis merah) telah terjadi pergeseran garis. Pergeseran garis menunjukkan bahwa: Hierarchy Culture meningkat 0,53, Market Culture meningkat 0,34 poin, AdhocracyCulturemeningkat 0,14 poin, dan ClanCulturemeningkat 0,06 poin.
a. Uji Keabsahan Data
1). Uji Validitas
Hasil penelitian akan valid apabila ada kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang ada pada obyek yang diteliti. Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas menggunakan IBM SPSS Statistik 24, jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang signifikan antara skor itemterhadap nilai construck0,3 maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid.
Hasil uji validitas pada tabel diatas diketahui nilai pada setiap item pernyataan yang dapat dilihat dari nilai correlationslebih besar dari 0,3 (nilai construck), maka dapat diputuskan bahwa kuesioner penelitian yang digunakan adalah valid.
2). Uji Reliabilitas
Dalam mengukur reliabilitas penelitian ini menggunakan koefisien alpha atau Cronbach’S Alphaatau kosistensi internal diantara item-item pertanyaan dalam sebuah instrumen. Menurut Sugiono (2008) dalam suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0,60 dan apabila hasil tersebut sebaliknya, maka dinyatakan tidak reliable. Berikut hasil uji reabilitas pada setiap variabel yang dilakukan peneliti.
No | Item | Construck | Cronbach Alpha | Keterangan |
1. | HirarchyCulture(A) | 0,6 | 0,889 | Reliabel |
2. | MarketCulture(B) | 0,6 | 0,871 | Reliabel |
3. | ClanCulture(C) | 0,6 | 0,906 | Reliabel |
4. | AdhocarcyCulture(D) | 0,6 | 0,915 | Reliabel |
5. | Kinerja IKM (Y) | 0,6 | 0,947 | Reliabel |
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha diketahui variabel instrumen memiliki cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Sebuah variabel dikatakan reliabel apabila cronbachalpha
> 0,6 (Sugiyono:2008). Nilai cronbacch alpha pada Hirarchy Culture(A) 0,889, Market Culture (B) 0,871, Clan Culture (C) 0,906, AdhocarcyCulture (D) 0,915 dan Kinerja IKM (Y) 0,947 sehingga nilai setiap variabel lebih besar dari 0,6 dan setiap variabel dapat dikatakan reliabel.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam rangka menguji pengaruh Kualitas Layanan , Harga dan lokasi terhadap Kepuasan Konsumen, maka digunakan analisis regresi berganda. Perhitungan dilaksanakan dengan dengan program IBM Statistic SPSS versi 24 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Coefficients a | |||
Unstandardized Coefficients | |||
Model | B | Std. Error | |
1 | (Constant) | 1,002 | 1,865 |
Hirarchy Culture | -,392 | ,106 | |
Market Culture | 345 | ,109 | |
Clan Culture | ,376 | ,106 | |
Adhocarchy Culture | ,609 | ,114 |
Pada tabel tersebut mengenai hasil pengolahan SPSS, maka dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = 1, 002 + (-0, 392 X1) + 0, 345 X2 + 0, 376X3 +0,4609
Dari hasil persamaan tersebut diatas, maka dapat diartikan bahwa :
1) Nilai konstanta adalah 1,002 Hal ini berarti bahwa tanpa adanyapengaruh variabel bebas yaitu Hirarchy Culture (X1), Market Culture (X2), Clan Culture (X3), Adhocarcy Culture (X4) maka nilai variable terikat yaitu Kinerja IKM (Y) tetap konstan sebesar 1,002.
2) Nilai koefisien regresi dari Hirarchy Culture (X1) sebesar 0,392 Artinya bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Hirarchy Culture (X1), akan mengakibatkan menurunkan variabel Kinerja IKM (Y) sebesar 0,392 atau 39,2 %
3) Nilai koefisien regresi dari Market Culture (X2) sebesar 0,345. Artinya bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Market Culture (X2), akan mengakibatkan kenaikan variabel Kinerja IKM (Y) sebesar 0,345 atau 34,5%.
4) Nilai koefisien regresi dari Clan Culture (X3) sebesar 0,376 Artinya bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Clan Culture (X3), akan mengakibatkan kenaikan variabel Kinerja IKM (Y) sebesar 0,376 satuan atau 37,6 %.
5) Nilai koefisien regresi dari Adhocarcy Culture (X4) sebesar 0,609 Artinya bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Adhocarcy Culture (X4), akan mengakibatkan kenaikan variabel Kinerja IKM (Y) sebesar 0,609 satuan atau 60,9 %.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa OCAI dan regresi linear berganda yang dilakukan menggunakan data penelitian yang disesuaikan penelitian sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hipotesis Pertama: Pemetaan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM saat ini berdasarkan hasi dari anaalisa OCAI dari 6 Dimensi kriteria kuisioner yaitu karakteristik dominan, kepemimpinan, pengelola karyawan, perekat organisasi, penekanan strategis dan kriteria keberhasilan, yang paling dominan adalah Hirarchy Culture dan Market Culture pada IKM Rumah Pia Kejapanan yang terjadi pada hubungan atau budaya organisasi dari Atasan dan karyawan dan antara sesasama karyawan
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi karakteristiik dominan yaitu Hirarchy Culture .Sikap pemimpin merupakan contoh bagi karyawannya. Sehingga hubungan yang baik antara atasan dan bawahan akan berlangsung sebagaimana contoh dari pemimpinnya.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi pengelola karyawan, budaya organisasi yang paling dominan adalah market culture dimana dengan adanya budaya dalam memgoperasikan mekanisme pasar maka mengelola karyawan lebih mudan sehingga bisa memberikan kinerja yang meningkat dengan adanya targer dalam penjualan.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi perekat organisasi yaitu HirarchyCulturedimana pemimpin merekatkan organisai dengan pengarahan terhadap kerja sama tim yang merekatkan organisasi
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi penekan strategis budaya organisasi yang paling dominan adalah marketculturedimana dengan mengendalikan pengoperasian mekanisme pasar itu sendiri dengan memantau pengendalian harga dan transaksi.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi kriteria keberhasilan budaya organisasi yang paling dominan adalah hirarchyculturedimana melaui pemimpin rencana target yang terstruktur akan tercapai.
b. Hipotesis Kedua : Pemetaan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM yang diharapkan berdasarkan yang peneliti inginkan atau harapan yang akan datang dapat dilihat dari dimensi kriteria kuisioner yaitu karakteristik dominan, kepemimpinan, pengelola karyawan, perekat organisasi, penekanan strategis dan kriteria keberhasilan, adalah memaksimalkan Hirarchy culture, market Culture, clan culture dan Adhocracy Culture.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi karakteristiik dominan yaitu Adhocarchy Culture dapat terjadi pada pemimpin dan karyawan di masa yang akan datang Dimana kinerja akan meningkat dengan adanya pembaruan dari sistem pemasaran, produk yang bervariasi dan sistem pemasaran yang baru.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi kepemimpinan organisasi yang diharapkan dimasa yang akan datang, budaya organisasi yang paling dominan dan diharapkan pada masa mendatang adalah clan culture dimana atasan dan bawahan memiliki sistem kekeluargaan yang erat sehingga mudah menjalin kerja sama tim yang baik dan kinerja yang meningkat dan kepemimpinan organisasi tidak idealis dan senggang meskipun ada jenjang jabatan.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi pengelola karyawan yang diharapkan dimasa yang akan datang, budaya organisasi yang paling dominan dan diharapkan pada masa mendatang adalah market dimana atasan dan bawahan memiliki sistem kekeluargaan yang erat sehingga mudah menjalin kerja sama tim yang baik dan kinerja yang meningkat.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi perekat organisasi yang diharapkan di masa mendatang adalah hirarchyculture dimana dengan pemimpin menyatukan kerja sama yang baik untuk mencapai targeet penjualan maka pengoperasian mekanisme pasar atau pendistribusian produk berjalan lancar.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi penekan strategis budaya organisasi yang paling dominan diharapkan di masa mendatang adalah Adhocarchyculturedimana adanya pembaruan produk tidak menghilangkan kualitas produk sehingga cara yang dilakukan berdasarkan strategi yang teratur.
Berdasarkan pendekatan budaya organisasi dari indikator OCAI yaitu mendapatkan hasil dari dimensi kriteria keberhasilan budaya organisasi yang paling dominan diharapkan di masa mendatang adalah Hirarchyculture dimana pemimpin mampu memberikan target, memberikan cara dalam mencapai target dan akhirnya memperoleh keberhasilan.
c. Hipotesis Ketiga: Ada pengaruh Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture secara simultan (bersama-sama) terhadap Kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan
Pengolahan data kuisioner dengan bantuan software SPSS menunjukkan ada pengaruh HierarchyCulture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture secara simultan (bersama-sama) terhadap Kinerja IKM. Dengan Seimbangnya Ke Empat Budaya organisasi ini maka akan meningkat juga kinerja IKM. Pengaruh keempat budaya ini secara bersama sama terjadi juga pada penelitian terdahulu [4] Hasil penelitian dengan menggunakan instrument OCAI (OrganizationalCultureAssessmentInsturment)menunjukkan bahwa budaya organisasi yang selama ini melatarbelakangi keberhasilan. Hal tersebut ditandai dengan hierarchy culture, market culture, clan culture, adhocracy culture terjadi antara atasan dan karyawan di PT. Wisata Dewa Tour
d. Hipotesis Keempat: Ada pengaruh Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan
1. Pengaruh Hierarchy Culture Terhadap Kinerja IKM
Hirarchy Culture sudah tersistem dengan baik dengan adanya manajemen terhadap industri kecil menengah rumah pia ini memudahkan produk terjual dan kualitas produk terjaga. [5] Hirarchy Cultureberpengaruh terhadap Kinerja IKM karena perubahan budaya organisasi disatu sisi dapat meningkatkan kinerja namun disisi lain dapat pula mengalami kegagalan apabila tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik. Teori ini diperkuat dengan penelitian terdahulu. [4] Hasil penelitian dengan menggunakan instrument OCAI (OrganizationalCultureAssessmentInsturment)menunjukkan bahwa budaya organisasi yang selama ini melatarbelakangi keberhasilan adalah budaya Hierarchy (Hierarchy culture).Kesuksesan perusahaan didefinisikan dalam penjadwalan yang lancar, biaya yang rendah, dan peraturan yang mutlak dari sistem yang di rencanakan pemimpin.
2. Pengaruh Market Culture Terhadap Kinerja IKM.
Market Culture berpengaruh terhadap Kinerja IKM karena budaya pemasaran dapat mengenalkan produk kepada pembeli dengan berbagai media baik secara langsung maupun tidak langsung. [6] Budaya Market adalah tipe budaya yang berfungsi sebagai pasar itu sendiri yang beoperasi terutama dengan mekanisme ekonomi pasar dengan melakukan transaksi – transaksi yang ditujukan untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Konsep penting yang digunakan adalah “transaction cost” yang berorientasi pada hasil, dimana nilai - nilai adalah daya saing dan produktivitas. Tujuan jangka panjang organisasi adalah melakukan aktivitas – aktivitas kompetitif dan mencapai sasaran dan target – target yang terukur. Sukses diukur dari pangsa pasar dan penguasaan pasar. Teori dan budaya yang terjadi di IKM Rumah Pia Kejapanan sesuai dengan [7] Penelitian terdahulu mengenai budaya organisasi dengan metode OCAI. Penelitian tersebut dilakukan di PT. Njonja Meneer dengan hasil penelitian dimensi kriteria keberhasilan saat ini berdasarkan persepsi manajer dan staff adalah market.
3. Pengaruh Clan Culture Terhadap Kinerja IKM
Budaya klan merupakan tipe budaya yang sangat menekankan keakraban dan ikatan emosi untuk saling berbagi, sehingga, organisasi lebih seperti sebuah keluarga besar ketimbang entitas ekonomi. Budaya klan memiliki nilai yang diutamakan yaitu kerja tim (teamwork) yang menghasilkan kinerja karyawan yang baik. Kinerja IKM terlihat antara atasan dan bawahan dengan prinsip kekeluargaan. Maka, pemimpin organsasi diposisikan sebagai pembimbing (mentor), karyawan
membentuk organisasi di dalamnya yang diikat oleh kekuatan loyalitas dan makna sukses diartikan berdasar kepekaan atau respon terhadap konsumen [8] Teori di atas di dukung oleh hasil penelitian yang berjudul “Analisis Pemetaan Budaya Organisasi Mennggunakan Organizational Culture AssessmentInstrument (OCAI) Pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro”, yang menyatakan bahwa Profil budaya organisasi FEB Undip saat ini berdasarkan persepsi alumni, karyawan, dan dosen menyatakan bahwa budaya clandirasakan lebih dominan. Dimana anggota organisasi didalamnya merasakan bahwa organisasi seperti sebuah keluarga serta kebersamaan yang terjalin sangat kuat.
4. Pengaruh Adhocarchy Culture terhadap Kinerja IKM
Budaya Adhokrasi adalah tipe budaya yang mengacu pada unit-unit, yang bersifat temporer, spesialisasi dan dinamis yang di jiwai semangat kewiraswastaan dan kreativitas. Nilai yang diutamakan adalah inovasi dan keberanian mengambil resiko. Organisasi diikat oleh komitmen terhadap eksperimen dan inovasi. IKM Pia kejapanan juga dituntut memenuhi ujuan jangka panjang organisasi adalah perumbuhan dan meraih sumber daya baru. Sukses diukur dari penemuan produk yang inovatif. Dengan mengembangkan rasa pada kue PIA, maka akan menghasilkan inovatif produk [9] Teori dan realita yang terjadi dialapangan sesuai dengan penelitian terdahulu yang menggunakan metode analisis budaya organisasi OCAI dengan hasil penelitian pada Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar Rahmah Tangerang yaitu adanya peningkatan jarak budaya antara tenaga medis dan tenaga manajerial pada tipe budaya adhokrasi sehingga belum semua bagian menerapkan budaya ardhokasi tersebut yang dapat berpengaruh terhadap Kinerja.
e. Diantara Hierarchy Culture, Market Culture, Clan Culture dan Adhocracy Culture ; variabel Hierarchy Culture dan Clan Culture yang berpengaruh paling signifikan terhadap Kinerja IKM Rumah Pia Kejapanan.
Kinerja IKM akan maksimal apabila Adhocarchy Culture berjalan dengan baik. Budaya organisasi Adhokarsi (AdhocarchyCulture) menitikberatkan pada inovasi sistem pemasaran, pengemasan dan pengembangan produk sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja IKM adalah adhokarsi dibanding hierarchy culture, market culture, dan clan culture. Dengan adanya inovasi maka budaya adhokrasi dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk merumuskan budaya yang sesuai dengan visi misi perusahaan. maka penjualan akan meningkat dan kinerja IKM akan meningkat berdasarkan banyaknya pesanan Pia..
Hal ini sesuai dengan jurnal terdahulu dengan menggunakan metode analisis budaya organisasi OCAI yang dilakukan penelitian pada Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar Rahmah Tangerang dengan hasil penelitian budaya adhokrasi yang bercirikan independen juga cukup tinggi mewarnai budaya tenaga medis saat ini sebagai ciri khusus tenaga medis yang dinamis dalam merawat pasien. [10] Dan jurnal d yang berjudul Analisis Pemetaan Budaya Organisasi Menggunakan OrganizationalCultureAssessmentInstrument (OCAI) Pada PT Bandeng Juwana Elrina dengan hasil BoardofDirector merasa budaya dominan saat ini adalah adhokrasi
Jurnal ini juga didukung oleh teori dari Adhocarchy culture yang didefinisikan oleh Cameron dan Quinn (2011) yang mengatakan jenis budaya organisasi ini dicirikan dengan tempat kerja yag dinamis, dan entrepreneurial.Pemimpin yang efektif adalah mereka yang mempunyai visi jauh kedepan, inovatif, dan berani mengambil resiko. Perekat di organisasi ini adalah komitmen pada peluang untuk melakukan eksperimen dan inovasi terus menerus.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan analisis pemetaan budaya organisasi menggunakan organizational culture assement instrument (OCAI) terhadap Kinerja IKM, maka kesimpulan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pemetaan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM saat ini berdasarkan hasil dari anaalisa OCAI dari 6 Dimensi kriteria kuisioner yaitu karakteristik dominan, kepemimpinan, pengelola karyawan, perekat organisasi, penekanan strategis dan kriteria keberhasilan, yang paling dominan adalah Hirarchy Culture dan Clan Culture pada IKM Rumah Pia Kejapanan yang terjadi pada hubungan atau budaya organisasi dari Atasan dan karyawan dan antara sesasama karyawan
b. Pemetaan Budaya Organisasi Rumah Pia Kejapanan terhadap Kinerja IKM yang diharapkan berdasarkan yang peneliti inginkan atau harapan yang akan datang dapat dilihat dari dimensi kriteria kuisioner yaitu karakteristik dominan, kepemimpinan, pengelola karyawan, perekat organisasi, penekanan strategis dan kriteria keberhasilan, adalah memaksimalkan Hirarchy culture, market Culture, clan culture dan Adhocracy Culture
c. Hirarchy Culture (X1), Market Culture (X2), Clan Culture (X3) dan Adhocracy Culture (X4) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kinerja IKM sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
d. Hirarchy Culture (X1), Market Culture (X2), Clan Culture (X3) dan Adhocracy Culture (X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja IKM, sehingga dapat disimpulkan masing-masing variabel X berpengaruh secara parsial terhadap variabel Y dan hipotesis keempat telah terjawab.
e. Sementara dalam penelitian ini antara variabel Hirarchy Culture (X1), Market Culture (X2), Clan Culture (X3) dan Adhocracy Culture (X4) yang berpengaruh paling signifikan terhadap kinerja IKM yaitu variabel Hirarchy dan Adhocracy (X4) sehingga dapat disimpulkan hipotesis ketiga didalam penenlitian ini telah terbukti dan dapat diterima.
References
- Mahsun, Mohamad. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik : Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit BPFE-Yogyakarta
- Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
- Umar, Husein. (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
- Tanadi, Monica. (2014) . Pemetaan Budaya Organisasi di PT. Wisata Dewa Tour dan Travel tahun 2013
- Wibowo. (2011). Manajemen Kerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
- Cameron S. Kim and Quinn E. Robert., C. S. (2011). Diagnosing and Changin Organizational Culture : Based on the Competing Values Framework, Third Edition . San Fransisco: Joh Wiley & Sons, Inc.
- Rukanda, Yobi Pratama. (2013). Analisis Pemetaan Budaya Organisasi menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument pada PT Njonja Meneer. Skripsi. Universitas Dionegoro
- Kusumaningtyas dan Darmastuti. (2016). Analisis Pemetaan Budaya Organisasi Mennggunakan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi Vol 56-57 Pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro
- Hidayat, Sammy Fattah. (2011). Budaya Organisasi menurut Kerangka Persaingan Nilai (Competing Value Framework) di Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahman Tangerang. Jurnal Ekonomi. Universitas Indonesia
- Bukhori, Ahmad. (2014). Analisis Pemetaan Budaya Organisasi Menggunakan Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) Pada PT Bandeng Juwana Erlina. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang