Abstract
This article aims to find ethical education in Imam Al-Ghazali's attitude, so that the knowledge of the ethical school is more diverse and more comprehensive. The study technique used is a literature study, the information of which is obtained from a literature review with theoretical and philosophical techniques. Imam Al-Ghazali's moral perspective which is applied to Islamic education today can foster good and well-done values.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan sistem sosial yang menentukan pengaruh efektif keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek fisik, intelektual, dan moral. Sehingga dengan pendidikan seseorang mampu hidup dengan baik di lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan proses yang komprehensif untuk menjadikan seseorang mampu beradaptasi dengan budaya lingkungannya. [1]
Pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk pribadi yang bertanggung jawab, berintelektual tinggi dan berakhlak mulia. Dengan demikian ada beberapa aspek yang perlu ditekankan diantaranya aspek intelektual dan perilaku yang diharapkan setelah melalui proses pendidikan akan terbentuk manusia yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia. [2]
Pendidikan moral dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui bahwa selama keberadaan manusia ada kebenaran dan kejahatan, kenyataan dan kebatilan, keadilan dan ketidakadilan, dan perdamaian dan perang. Untuk menyikapi hal-hal yang kontradiktif tersebut, Islam telah memasang nilai-nilai dan ide-ide yang memungkinkan manusia untuk tetap berada di dalam dunia global. Dengan demikian, manusia mampu memahami kebaikan di dunia dan akhirat, serta mampu berinteraksi dengan orang yang benar dan yang buruk. [3]
Alasan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah bahwa manusia berada di dalam realitas dan terus-menerus pada arah langsung, arah yang telah disebutkan melalui jalan Allah swt. Akhlak mulia adalah niat utama dalam sekolah etika Islam. Pribadi seseorang dapat dikatakan mulia jika gerak-geriknya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Maka itulah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. [4]
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah fitrah atau bentuk jiwa yang pasti meresap dan darinya berbagai gerakan bangkit secara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa keinginan untuk berangan-angan atau angan-angan. Dan sesuai dengan beliau, “bahwa individu atau moralitas tidak bisa begitu saja ada pada diri manusia, namun harus selalu dibiasakan dan dipelihara agar menjadi pola pikir yang baik dalam diri manusia itu sendiri. [5]
Oleh karena itu, tujuan utama dalam persekolahan Islam adalah keberhasilan pria atau wanita yang mulia sehingga dapat menciptakan kehidupan manusia yang harmonis, saling mendukung, jujur dan seimbang dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, penanaman akhlak pada generasi muda dan era muslim bisa menjadi sangat kritis pada usia dini atau anak-anak muda agar kelak setelah mereka tumbuh dewasa mampu muncul sebagai era berikutnya dengan akhlak yang mulia. Kajian ini bermaksud untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana gagasan sekolah etis dalam sudut pandang Imam Al-Ghazali dan implementasinya dalam sekolah Islam.
Metode Penelitian
Jenis studi pada tampilan yang berjudul “Pendidikan Akhlak dari Perspektif Imam Al-Ghazali” ini adalah studi kepustakaan. Dimana studi kepustakaan adalah studi di mana pasokan statistik yang diperoleh dan bidang studi berada di dalam perpustakaan. Namun, perpustakaan ini sekarang tidak lagi harus ditafsirkan secara formal, tetapi semua referensi dan file yang dapat digunakan sebagai aset studi statistik. [6] Pendekatan evaluasi statistik yang digunakan adalah tekstual content atau evaluasi statistik.
Pembahasan
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah cerminan dari agama yang mencakup semua jenis perilaku. Pendidikan akhlak juga harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini agar mereka menjadi manusia yang diridhoi Allah swt dan dapat menghargai semua orang. [7]
Imam Al-Ghazali sangat menganjurkan untuk mendidik anak-anak dan membina akhlak mereka dengan bantuan acara-acara olahraga dan perilaku yang sesuai dengan peningkatan jiwa mereka meskipun mereka tampak dipaksakan, agar anak-anak dapat terhindar dari kesesatan. Karena pembiasaan dan latihan akan membentuk pola pikir positif dalam diri anak, yang selangkah demi selangkah pola pikir menjadi lebih jelas dan kuat, cepat atau lambat tak tergoyahkan karena telah tumbuh menjadi bagian dari kepribadiannya.
Adapun cara mengajarkan akhlak pada anak, dalam hal ini ayah dan ibu memegang posisi yang sangat vital dalam memberikan pelatihan spiritual secara keseluruhan. Selain itu, akhlak anak bergantung pada perilaku dan perilaku ayah dan ibu serta saudara-saudaranya di rumah. Anak-anak akan meniru perilaku ibu dan ayah mereka. Anak-anak akan meniru perilaku dan perilaku ayah dan ibu serta saudara-saudaranya. Jika anak-anak sering melihat ayah dan ibu mereka saling membantu dan rukun, maka anak-anak dengan mudah berperilaku seperti itu juga.
Demikian pula, ungkapan-ungkapan yang sering didengar melalui sarana anak-anak, mungkin bisa dengan mudah ditirukan melalui sarana tersebut. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus mampu menjadi busana yang berfungsi bagi anak-anaknya, termasuk kesopanan dalam berbicara dan dalam berperilaku sehari-hari. Dalam pembinaan pelatihan etika di rumah, ayah dan ibu dapat mendidik dari hal-hal kecil terlebih dahulu, termasuk berbakti kepada ayah dan ibu, mematuhi kata-kata ayah dan ibu, berperilaku baik kepada ayah dan ibu dan saudara kandung, dan sebagainya. [8]
Orang tua adalah pelatih non-publik utama dalam gaya hidup anak. Karakter ayah dan ibu, pola pikir dan gaya hidup mereka adalah faktor miring dari sekolah, yang memungkinkan Anda untuk benar-benar memasukkan pria atau wanita dari anak yang sedang berkembang. Sikap anak-anak terhadap bimbingan guru spiritual dan sekolah spiritual di fakultas sangat dirangsang melalui cara sikap ayah dan ibu mereka terhadap guru iman dan guru spiritual pada khususnya. [9]
Jadi perkembangan anak sangat dirangsang melalui sarana dari lingkungan sanak saudara sendiri, khususnya ayah dan ibu. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus melatih nilai-nilai melalui cara-cara penerapan moral dalam gaya hidup, memberikan contoh dan contoh serta membiasakan anak-anak untuk memiliki moral yang baik sejak usia dini.
Pembinaan akhlak menurut Imam Al Ghazali dapat diterapkan dalam pembinaan anak-anak, dimana Imam Al-Ghazali menganjurkan agar anak-anak dilatih dan dibina akhlaknya dengan kegiatan-kegiatan dan perilaku olahraga yang mungkin sesuai dengan peningkatan jiwanya walaupun tampak fisiknya. dipaksakan, itu bermanfaat agar anak-anak muda terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menipu. Latihan dan pembiasaan ini akan membentuk pola pikir yang pasti dalam diri anak, dengan tujuan untuk secara teratur menjadi lebih jernih dan kuat, dengan tujuan agar tidak lagi goyah karena telah menjadi bagian dari kepribadiannya. [10]
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis terkait pendidikan Akhlak anak menekankan akan peran orangtua pada kehidupan kesehari-harian anak sendiri yang mana nantinya anak akan mengikuti arahan dan pembiasaan seperti yang dilakukan oleh orang tuanya, maka dari itu mendidik anak harus ikhlas dengan hati yang tulus yang mana nantinya anak akan tumbuh dewasa dengan memiliki akhlak yang baik untuk masa depannya.
Dalam implementasi pada pendidikan anak sendiri, Imam Al-Ghazali sangat menekankan dengan mendidik akhlak anak dengan melalui latihan-latihan pada keseharian dan kemudian setelah dilakukakan latihan dapat diajarkan atau didik dengan pembiasaan dengan ajaran akhlak yang baik yang mana nantinya anak akan terbiasa memiliki akhlak yang baik dan anak setelah terbiasa dengan ajaran yang baik maka kelak dewasa anak itu sendiri akan tumbuh sebagai manusia yang berakhlakul karimah.
References
- Mahmud, Akhlak Mulia, Depok: Gema insani, 2004.
- Haq, Y, dan Suryadarma, Pendidikan Akhlak menurut Imam Al-Ghazali, Jurnal At-tadib, 2 , Desember, 2015
- Hamim, Pendidikan Akhlak: Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih dan Imam Al-Ghazali, Jurnal Ulumuna, 1 ,Maret, 2017
- Mahmud, Akhlak Mulia, Depok: Gema insani, 2004.
- Rahman, Metode Mendidik Akhlak Anak Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali, Jurnal Studi Gender dan Anak, 2 , Oktober, 2019
- Musfiqon, M. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012
- Mahmud Yunus. Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hidakarya Agung, 2006.
- Setiawan, Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali, Jurnal Kependidikan, 1 , Mei, 2017
- Mansur, Pendidikan anak usia dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007
- Hasyim Ashari, Konsep pendidikan Akhlak perspektif Imam Al-Ghazali, Skripsi: IAIN Ponorogo, 2020