Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2627

Problems Of Learning Islamic Education at Junior High School


Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Abstract

This article aims to analyze the problems of learning Islamic education at SMP Negeri 2 Tarik Sidoarj, so as to find out the problems of learning Islamic education at SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo and provide solutions to the problems of learning Islamic education at SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo. This study uses a qualitative research data obtained from the field. The results of this study show that, (1) The learning process of Islamic Religious Education at SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo is still not running stably or not optimally, (2) The problem that occurs in learning Islamic Religious Education at SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo is the lack of student understanding. on the material provided by the teacher, low student motivation, there are still many students who are not fluent in reading the Qur'an in accordance with Tajweed, and perform the 5 daily prayers regularly. The problem with educators is the lack of competence in mastering the class and lack of competence in mastering learning materials, (3) Efforts made on the Problems of Learning Islamic Religious Education at SMP Negeri 2 Tarik are additional lessons and the inclusion of Reading and Writing the Qur'an (BTQ) in additional subjects, making student diaries containing prayer schedules for 5 times, the school will provide guidance and involve teachers, especially teachers of Religious Education I slams.

Pendahuluan

Problema atau problematika itu berasal dari terejamahan bahasa inggris “Problematic” yang berarti masalah dan persoalan. Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti ada hal yang belum dipecahkan yang kemudian menimbulkan permasalah atau persoalan.[1] Sedangkan pembelajaran itu merupakan inti dari proses pendidikan. Di dalamnya terdapat interaksi antara komponen yang terdisi dari guru, peserta didik, dan juga materi tentunya atau sumber belajar.interkasi dari ketiga komponen tersebut melibatkan sarana prasarana seperti metode atau strategi, media dan penataan kelas, sehingga terciptalah suatu proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang direncanakan sebelumnya.[2]

Dari pengertian “Masalah dan Pembelajaran” tersebut di atas, sebagaimana dikomunikasikan oleh Dimyati dan Sudjiono bahwa Masalah Pembelajaran adalah tantangan atau hambatan yang merusak pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa gagasan Learning Issues merupakan suatu penghalang atau masalah dalam persiapan pendidikan dan pembelajaran yang harus dipecahkan dalam rangka mewujudkan tujuan yang maksimal.[3]

Pendidikan Islam pada saat ini masih dalam kondisi yang sangat mengendur dan peduli. Hal ini sering terjadi karena ajaran Islam menemui keterpurukan dan jauh tertinggal dari ajaran Barat. Melihat kenyataan saat ini, ajaran Islam tidak dapat kembali ke zaman gemilang (Andalusia dan Bagdad) yang mungkin menjadi pusat peradaban Islam, baik dalam bidang budaya, keahlian, maupun pengajaran. Bagaimanapun, yang terjadi saat ini adalah kebanyakan dari mereka mengikuti atau terlatarbelakangi budaya barat.[4]

Ada beberapa kendala dalam menjalankan Ajaran Islam, baik di dalam maupun di luar. Masalah batin ini bermula dari sifat pemikiran bidang PAI itu sendiri, antara lain menyangkut komitmen instruktur PAI untuk mulai membusuk di tempat kerja.[5]

Seperti yang dikatan oleh Syamsul Ma’arif mengapa pendidikan Agama Islam jauh tertinggal dengan barat, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

  1. Orientasi masih terlantar tidak tahu tujuan yang mana mestinya sesuai dengan orientasi Islam. Pendidikan Islam masih menitik beratkan pada ‘ abd atau hamba Allah. Disampingg itu masihh bersifat deventive artinya menyelamatkan kaum muslimin dari segala penecemaran serta pengerusakan yang ditimbulkan oleh gagasan Barat yang datang melalui berbagai displin ilmu yang dapat mengancam standar-standar moralitas tradisonal Islam.
  2. Praktek pendidikan Agama Islam masih memelihara warisan lama sehingga ilmu yang dipelajari adalah ilmu klasik, sedangkan ilmu modernya tidak tersentuh.
  3. Umat Islam masih terlena akan romantisme masa lalu. Dan kebanyakan dari mereka malas melakukan upaya pembaharuan.
  4. Model pembelajaran pendidikan Agama Islam masih menekankan pada pendekatan intelektual verbalistik dan menegasi interaksi edukatis dan komunikasi humanistic antara guru dengan murid.[4, p. 19]

Banyak sekali problematika yang terjadi pada dunia pendidikan, seperti permasalahan kurikulum, pendidikan, proses pendidikan, sarana prasarana. Namun tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Islam adalah bagimana mengimplementasikan pendidikan Agama bukaan sekedar hanya mengajarkannya saja, tetapi juga membuat pengetuhan tersebut menjadi nilai-nilai yang melekat pada peserta didik.[6] Untuk itu para guru diharapkan mampu mengembangkan dan menerapkan metode-metode dan strategi-strategi dalam pembelajaran PAI yang disesuiakan dengan materi yang disampaikan, agar pembelajaran tidak pasif dan peserta didik tidak cepat bosan, apalagi pada sekolah yang pendidikan Agamanya kurang dominan di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo.[6, p. 8-9]

Pemahaman pembelajaran pendidikan Agama Islam pada peserta didik masih mengalami kendala yang mendasar, yaitu masih banyak siswa yang cepat jenuh ketika mendapatkan pembelajaran PAI yang gurunya menerapkan metode itu-itu saja. Minimnya kreatiivitas guru pada pembelajaran PAI sangat mempengaruhi nilai pada siswa.

Berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo tersebut, ditemukan beberapa problematika yang mendasar dalam pembelajaran PAI pada kelas VIII-1, yakni gaya mengajar guru yang dirasa kurang membangun suasana kelas yang aktif, sehingga didapati pada pembelajaran Luring (luar Jaringan) peserta didik sedang berbicara sendiri dan tidak memperhatikan guru ketika menerangkan suatu materi, kemudian peserta didik juga kurang aktif dalam pembelajaran, ini tampak ketika guru memasuki ruangan kelas, siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pemblejaran pendidikan Agama Islam, bahkan ada peserta didik yang tidur-tiduran, hal itu disebabkan karena guru kurang dalam penyampaian materi pelajaran, dan guru masih sebatas transfer knowlagemateri pelajaran Agama Islam. Pada saat pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) pun guru memberikan materi yang sangkat singkat, sehingga kurang bisa memahaminya dan menerima materi dengan benar. Dalam proses dari kedua sistem Luring dan Daring terlihat metode yang digunakan guru dalam mengajar masih monoton, yitu menggunakan metode ceramah saja. Disini, guru juga sebagai pelaksana pembelajaran tidak hanya dituntut untuk men-transfer kan ilmu dan keterampilan, melainkan bertanggung jawab dalam bentuk kepribadian peserta didik.

Ketika siswa tidak aktif, kecenderungan untuk mengabaikan apa yang telah diajarkan lebih menonjol daripada ketika siswa memainkan peran dinamis dalam belajar. Dan prosedur pembelajaran yang dinamis adalah salah satu pengaturan dan masukan modern untuk membentuk pegangan pembelajaran yang dinamis, menyenangkan, patut diperhatikan dan penting.[6, p. 8-9]

Tugas utama pendidik yaitu mendampingi peserta didik berkembanggg kearah yanggg lebih baik. Hal ini berarti bahwa menginternalisasiii nilai-nilai pesertaaa didik, seperti kebijakan, keadilan, kesucian, keindahan, kecerdasan dannn nilai-nilai yang sama dengan makna dan hakikat kebaikan. Sebagaimana dijelaskann dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 151 :

كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ

Artinya : “ Sebagimana kami telah mengutus kepadamu seorang Rosul (Muhammad) dari (kalagan) kamu yang membacakan ayat-ayat kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), serta menegerjakan apa yang belum kamu ketahui ”.[7]

Dari paparan diatas, bahwasanya guru dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan sering menemui probelamatika dalam hal gaya belajar, khususnya pendidikan Agama, mengingat ilmu pengetahuia dan teknologi yang semakin pesat. Hal itu yang menarik peneliti untuk meneliti dan mengkajinya.

Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam pembahasan ini yang berjudul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo” dapat menjadi pertanyaan subjektif. Pertanyaan subyektif adalah pertanyaan tentang pekerjaan yang membuka wawancara untuk mengetahui sikap, pandangan, dan identitas orang atau kelompok. Menanyakan tentang pekerjaan merupakan landasan logis untuk menerjemahkan keajaiban yang terjadi .[8]

Riset ini termasuk dalam tinjauan lapangan, pertanyaan lapangan adalah pertanyaan tentang yang bersumber dari informasi dan pertanyaan tentang menangani pekerjaan di area tertentu.[8, p. 28] Dalam penelitian ini mengambil lokasi penelitian di sekolah SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumnetasi. Sedangkan teknik analisis dan interprestasi data yang digunakan yaitu teknis reduksi data dan penyajian data.

Pembahasan

Pendidikan Nasional, berdasarkan UU no. 20 Tahun 2003 tentang kerangka Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, yakni:

Pendidikan dapat menjadi usaha yang sadar dan terorganisir untuk membuat suasana belajar dan pegangan belajar sehingga ia secara efektif menciptakan potensi dirinya, memiliki kualitas keduniawian, pengendalian diri, identitas. wawasan, akhlak mulia, dan kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, negara dan negara. [9]

Pengajaran keislaman di sekolah dapat menjadi pelajaran yang mengarah pada pembentukan identitas muslim yang memiliki kemampuan kognitif, daya tarik, dan psikomotorik, yang pada saat itu diuntungkan oleh cara berpikir, bertindak dan bertindak dalam taraf hidup. Sehingga diyakini bahwa dalam pembelajaran PAI di sekolah, diperlukan peran serta dari berbagai pihak termasuk instruktur penghitungan, wali, bos PAI, instruktur di bidang lain yang dianggap selain siswa itu sendiri.

Metode latihan pembelajaran agama Islam di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo dilakukan dua kali dalam seminggu. Semua materi pengajaran agama Islam menggabungkan sub-topik mata pelajaran pelajaran agama Islam dengan memanfaatkan program pendidikan K-13. Setelah pencipta melakukan penelitian, melihat dalam pegangan pembelajaran pendidik memasuki kelas online, ia mulai membuka pelajaran dan setelah itu memberi sambutan, gerakan pembelajaran ini dilakukan secara online sejak merebaknya Covid-19. Lalu salah satu siswa membaca bacaan pada BAB yang mereka pelajari, guru melakukan ini dengan alasan agar siswa memperhatikan apa yang dibahas oleh guru. Hal ini sangat kurang efektif, siswa hanya terpaku dengan gilirannya untuk membaca, tidak menutup kemungkinan siswa tersebut paham atau tidak jika hanya menunggu gilirannya untuk membaca materi tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara guru mata pelajaran Agama Islam dan salah satu siswa SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo.

Menurut Bapak Ro’yul Muhtadin selaku guru PAI SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo kelas VIII, memaparkan bahwa proses pembelajaran PAI kurang dari efektif, tidak hanya dalam pembelajaran Online saja, guru PAI juga mendapatkan kendala ketika pembelajaran tatap muka yaitu, banyaknya siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, kemudian ada juga siswa yang ribut, jalan-jalan dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan suatu materi.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah terdapat beberapa problem yang terjadi di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo ini tidak hanya terjadi pada siswa, namun dari sisi lain juga telah menujukkan kejanggalan seperti problem pada pendidik atau guru, antara lain :

Problematika Pada Peserta Didik

Pelajar adalah individu yang perlu mendorong informasi, kemampuan, dan keterlibatan identitas yang baik untuk penyediaan kehidupan yang menyenangkan di masa depan [10], tetapi siswa menghadapi masalah, untuk lebih spesifiknya:

Pertama, kebutuhan pemahaman siswa terhadap materi yang ditampilkan oleh instruktur disebabkan, instruktur tidak menguasai pelajaran dan kurang menguasai siswa yang tidak memperhatikan. Dalam hal ini, kreativitas instruktur sangat dibutuhkan, dan itu sangat mempengaruhi pemahaman siswa dalam menguasai pembelajaran, yang merupakan tujuan paling objektif dalam persiapan pembelajaran. Instruktur juga harus menguasai materi dan benar-benar membuatnya menjadi karakter siswa dengan fondasi yang berbeda. Kedua kurangnya motivasi belajar peserta didik. Ketiga, kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Keempat, kurang disiplin dalam sholat 5 waktu.

Problematika Pada Pendidik Atau Guru

Pertama, minimnya kompetensi guru dalam menguasai kelas dan peserta didik. Kedua, kurang dalam penguasaan materi. Ketiga, problem metode pembelajaran yang kurang varitif dan cenderung monoton yaitu hanya menggunakan metode ceramah.

Berdasarkan penjabaran diatas adapaun upaya-upaya untuk menatasi peroblematika pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo, antara lain :

  1. Untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa, guru berupaya untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, menegur, kemudian menasihati anak-anak saya agar mau belajar.
  2. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai guru berupaya menasehti, agar siswa itu mau untuk belajar dan memberikan nilai yang baik, kemudian pujian kepada pesertta didik atas keberhasilannya.
  3. Mengatasi siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan baik sesuai dengan tajwid, yaitu dengan dilakukannya latihan-latihan kepada siswa dan diadakannya les tambahan seperti BTQ diluar jam pelajaran pendidikan Agama Islam.
  4. Upaya mengatasi problem pada siswa yang malas sholat lima waktu secara rutin yaitu dengan cara dilakukannya latihan atau praktek sholat pada jam pelajaran dan pada saat pondok Ramadhan dan membuat catatan harian siswa kemduian mengisi jadwal sholat 5 waktunya dan ditanda tangani oleh orang tua siswa atau wali siswa masing-masing.

Upaya Probelamatika Pada Guru atau Pendidik

Upaya mengatasi problematika guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang dalam menguasai kelas dan kurangnya kompetensi guru dalam menyamapikan materi pembelajaran, yaitu dengan cara melakukan penilaian pada guru yang mengajar, memanggil guru dan mengevaluasi serta pembinaan pada guru yang bersangkutan, kemudian mengikusertakan dalam acara pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan wawasan dan kompetensi guru dalam mendidik, khususnya dalam bidang studi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo maka dapat disimpulkan :

  1. Permasalahan yang didapatkan peneliti sebelum melakukan penelitian lebih lanjut dalam pendidikan Agama Islam di sekolah SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo yaitu, Pertama Guru yang kurang menguasai dan mengajarkan mata pelajaran Agama Islam dan kurang dalam menguasai kelas pada peserta didik yang dilihat dari rendahnya nilai mata pelajaran PAI pada peserta didik. Kedua, Problem metode pembelajaran yang kurang varitif dan cenderung monoton yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Ketiga, Peserta didik tidak menghormati guru, suasana kelas pada saat Offline kurang kondusif dari beberapa siswa yang tidur-tiduran, dan pada saat kelas Online kurangnya respon terhadap guru yang ketika bertanya. Keempat, Kurangnya pendidikan dalam keluarga, misal orang tua tidak memberikan contoh patuh terhadap Agama. Kelima, Ketertarikan belajar pelajaran Agama Islam disekolah tidak semangat, disebabkan gaya mengajar guru yang monoton, ditambah lagi ibadah peserta didik yang malas tidak ada yang mengontrol dapat dilihat pada wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik yang menyampaikan bahwa jarangnya mereka mebaca Al-Qur’an dan sholat 5 waktu.
  2. Upaya yang dilakukan untuk Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah SMP Negeri 2 Tarik Sidoarjo yaitu memberikan tambahan mata pelajaran BTQ, memberikan buku harian atau catatan ibadah kepada semua peserta didik, mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kreatifitas dan kompetensi guru serta mengadakan evaluasi.

References

  1. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
  2. Miss Bismee Chamaeng, “Problematikka Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di Sekolah Samaerdee Wittaya Provinsi Patani Selatan Thailand”, Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam negeri Walisongo Semarang, 2017.
  3. Damiyati dan Mudjiono, Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
  4. Indah Hari Utami, Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Swasta Al-Maksum Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan”, Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan. 2018.
  5. Muhaimin, Rekuntruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persda, 2009.
  6. Miftahudin, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas”, Skripsi S-1, Universitas IAIN Purwokerto, 2016.
  7. Syaamil Al-Qur’an, Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Per Kata, Jakarta Barat: Syagma Creative Media Crop dan Syaamil Al-Qur’an, 2010.
  8. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012.
  9. Undang-undang, Sistem Pendidikan Nasional No. 20, Bab 1 Pasal 1, Pustaka Mahadika, 2003.
  10. Abuddin Nata, Presfektif Islam Tentang Pola-Hubungan Guru-Murid, Jakarta: Raja Grafindo Persda, 2001.