Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2548

Strategy of Takhfidzul Qur'an Learning in Madrosatul Qur'an Islamic Boarding School


Strategi Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Learning strategies Tahfidzul Qur’an madrosatul qur’an Islamic boarding school

Abstract

The aim of this study is to defer the tahdzul Koran learning strategy in madrosatul boarding hut. This type of research is qualitative research the subject of this study is the superintendent of teachers and santri present in madrosatul qur’an Islamic boarding school Surabaya. The data-gathering technique USES the interactive analysis of the data reduction. The display of data and the conclusion of the learning done at madrosatul boarding school. This study revealed that the 1 condemned Qur’an strategy of learning in madrosatul monastery was published in Madrosatul Qur’an message by growing a sense of comfort in memorizing the Qur’an. As for the strategy used in memorizing will not go to the next verse before the verse that is memorized thoroughly. Where as memorized collections were done with two new deposits and one daily amount of pure labor except for the holiday. 2 factors behind the madrosatul qur’an student, asatidza, environment, intelligence and motivation include the individual. While inhibitory factors include lazy, it includes the age, family, hails, hails, and reading.

Pendahuluan

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan Al-Qur’an adalah dengan cara menghafalkan serta mengamalkanya. Dalam menghafalkan Al-Qur’an tentu saja sangatlah tidak mudah dan butuh waktu, metode, dan strategi untuk mengamalkan Al-Qur’an, ada pula macam-macam problematikanya. [1]

Pengajaran Al-Qur’an pada anak merupakan dasar pendidikan Islam pertama yang harus diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada fitrahnya merupakan lahan yang paling terbuka untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam di dalam Al-Qur’an, sebelum hawa nafsu yang ada dalam diri anak mulai mempengaruhinya dan mengajaknya pada kesesatan dalam bentuk maksiat.

Menghafal Al-Qur’an merupakan aktifitas yang dapat dilakukan semua orang. Namun demikian menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu yang mudah namun juga bukan suatu yang tidak mungkin untuk dihafalkanya, karena di zaman nabi banyak para sahabat nabi yang berlomba-lomba dalam menghafalkan Al-Qur’an, dan mereka memerintahkan anak-anak dan istri-istri mereka untuk menghafalkanya. Al-Qur’an sendiri adalah kalam Allah yang berfungsi sebagai petunju dan pedoman bagi umat seluruh alam, untuk memahaminya dengan cara menghafalkan dan mengamalkanya dalm kehidupan sehari-hari kita.

Seorang membaca Al-Qur’an dituntut untuk membaca dengan fasih sesuai Tajwid, ketika seseorang membaca buku, artikel, surat kabar atau teks-teks lain yang sama berbahasa arab. Namun, si pembaca tidak dihadapkan dengan kaidah-kaidah khusus. Maka, jelas bahwa Al-Qur’an benar-benar kalamullah.[2]

Dengan adanya Al-Qur’an yang kita pelajari dan kita hafal itu sangat membantu seseorang untuk melatih dan mengembangkan pemikiran serta daya nalarnya, sehingga dapat menggunakan akal secar optimal.

Pondok pesantren Madrosatul Qur’an ternyata pondok Tahfidz buat kalangan umum baik dari usia muda hingga sampai tua, pondok ini berdiri sejak tahun 2007 hingga sampai sekarang, didirikan oleh yayasan bu haji. pondok pesantren ini kebanyakan santrinya dari luar kota bahkan hingga luar pulau. pondok ini tidak ada pembiyayaan semester bankan bulanan atau uang gedung, semua fasilitas sudah disediakan oleh yayasan Pondok pesantren tersebut. dan santri hanya belajar dan menghafal Al-Qur’an. ada beberapa santri yang dekat dari pondok tersebut ia hanya mengikuti kegiatan pelajaran yang ada di pondok tersebut.seperti ikut mengaji maghrib sampai isya dan tidak sampai tidur di pondok, dan Alhamdulillah pondok Madrosatul Qur’an sudah khataman qubro 3 kali. meskipun sedikit yang sampai lulus pondok pesantren ini penuh dengan sejarah.Pondok ini bukan hanya fokus kehafalan Qur’an saja melainkan para santri diwajibkan untuk berdakwah seperti mengikuti gerakan khuruj fisabilillah.[3]

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul; Strategi Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya.

Dari penjelasan di atas bahwasannya suatu pembelajaran Al-Quran membutuhkan buku yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian di suatu tempat pembelajaran Al-Quran dengan menggunakan judul “Strategi Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya “

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif ini merupakan peelitian yang jenis datanya menggunakan non angka, penelitian kualitatif lebih bersifat memberikan deskripsi atau katagorisasi dan wawancara berdasarkan kondisi penelitian.[4] Penelitian ini berusaha mencari informasi langsung kepada pihak-pihak terkait secara terstuktur, dengan cara mencari informasi dari satu pihak ke pihak lain untuk memperkuat hasil dari penelitiannya tentang Strategi pembelajaran Tahfidzul Quran di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an.

Dalam sebuah penelitian subjek merupakan hal yang sangat penting dan memiliki peran yang sangat strategis. Oleh karena itu, dari subjek penelitian inilah akan didapat data-data yang diperlukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah:

  1. Kepala yayasan kyai Pondok Pesantren Madrosatul Quran Asatidz dan Asatidzah Pondok Pesantren Madrosatul Quran Surabaya.
  2. Santriwan santriwati Pondok Pesantren Madrosatul Quran Surabaya.

Subjek merupakan hal yang penting dan memiliki fungsi yang strategis dalam sebuah penelitian. Dikarenakan akan didapati data-data yang diperlukan oleh peneliti dari subjek penelitian itu. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah :

  1. Pengurus Pondok pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya.
  1. Para Asatidz di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an.
  1. Para Santri di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu Strategi pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok pesantren Madrosatul Qur’an di Surabaya dengan memiliki sumber data. Sumber data adalah sumber dimana dapat diperoleh data tersebut, yang berarti sumber data itu menjelaskan asal usul dari informasi.[5] Sehubungan dengan itu, sumber data ini dibagi menjadi dua yakni :

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan. Sumber data primer juga merupakan Sumber data mendasar dan juga merupakan bukti utama dari kejadian yang telah lalu. Data primer juga dapat diartikan sebagai data yang terkait langsung dengan masalah peneliti dan bahan analisis serta penarikan kesimpulan dalam penelitian.”

Dalam penelitian ini adapun sumber data primer antara lain adalah mengetahui Strategi pembelajaran menghafal Al-Quran dengan mewawancarai ustadz pengajar maupun Pengurus pesantren.

b.Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau data yang di sajikan oleh pihak lain dalam bentuk publikasi maupun jurnal, dapat pula diartiakan sebagai data yang terkait langsung dengan dengan masalah penelitian dan tidak dijadikan acuan utama dalam analisis dan penarikan kesimpulan. Data sekunder ini dapat diperoleh dari sumber buku, dokumen dari pihak lembaga, dan juga dokumen-dokumen foto.”

Salah satu tahap dalam sebuah penelitian adalah mengumpulkan data, karena data merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam memperoleh data-data yang diperlukan antara lain :Teknik wawancara, teknik observasi, dan juga teknik dokumentasi.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an

Pondok pesantren Madrosatul Qur’an terletak di Perak Jalan Ikan Gurami Surabaya, pondok ini juga di sebut pondok da’wah, jamaah tabligh sendiri yaitu gerakan yang dalam kehidupan sehari-harinya mengikuti gerak geriknya nabi muhammad dan para sahabatnya contoh seperti dalam cara berpakaian jubah panjang, gamis, bersorban, sedangkan yang perempuan memakai cadar penutup muka.Banyak masyarakat surabaya bahkan luar negeri yang berdatangan di masjid nurul hidayat,seperti india, pakistan, bangladesh mereka datang ke surabaya semata-mata untuk mempererat saudara. dan biasanya meraka gerak (khuruj fisabilillah) selama 4 bulan di indonesia ke masjid-masjid, masyarakat sekitar surabaya. masyarakat sekitar  tertarik dengan gerakan ini karena praktek-praktek keagamaanya lebih menonjol pada apa-apa yang di contohkan oleh rasulullah dan para sahabatnya. setelah banyak perkembanganya banyak masyarakat sekitar masjid jadi pengikut jamaah tabligh . dan masjid nurul hidayat di jadikan markas / sebagai tempat gerakanya, sehingga yang menjadi target mereka adalah orang-orang yang rumahnya berdekatan dengan masjid tersebut.[6]

Strategi Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya

Sebagaimana informasi yang telah diberikan oleh para asatidz pesantren Madrosatul Qur’an pada tanggal 11 desember 2019 mengatakan bahwa kegiatan para santri adalah:

“Kegiatan dalam keseharian para santri mulai bangun tidur hingga mau tidur, santri di wajibkan bangun jam 03.10 utuk sholat tahajud bersama dan juga sekalaian menyiapkan setoran hafalan baru. untuk jadwal setoran habis sholat shubuh hingga sampai jam 06.30, setelah itu sarapan pagi dan istirahat, selanjutnya dimulai kegiatan lagi jam 08.00 sampai jam 10.00 buat setoran lama, setelah itu istirahat sampai dhuhur, makan siang dan di mulai kegiatan lagi jam 13.00 sampai ashar kegiatan itu buat setoran lama untuk disetorkan ke para asatidz agar supaya hafalan yang sudah di hafal tidak lupa. sholat ashar dan santri mengikuti pelajaran kitab-kitab klasik hingga samapai jam 16.00, sesudah pelajaran santri makan sore dan menunggu sholat maghrib, setelah sholat maghrib seperti biasa para santri membaca surat penting seperti surat Al-Waqi’ah, Ar-Rahman dan Al-Mulk hingga sholat isya. Setelah itu santri makan malam dan dilanjutkan mengaji membuat hafalan baru hingga jam 21.00, untuk disetorkan setelah sholat shubuh. Namun untuk hari liburnya di mulai malam jumat hingga malam sabtu, malam jumat santri diwajibkan mengikuti pengajian jamaah tabligh di masjid deket pesantren contoh pengajianya seperti mendengarkan ceramah, dan berkumpul bersama masyarakat sekitarnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 Mei 2020 bahwasanya pada saat persiapan proses menghafal Al-Qur’an para santri di berikan arahan,motivasi dan juga di tes membaca Al-Qur’an agar supaya para Asatidz bisa mengetahui bacaan santri tersebut.[7]

Berdasarkan hasil dari observasi pada tanggal 20 Januari 2020 bahwasanya ketika para santri sudah memiliki setoran hafalan baru maka selanjutnya para santri untuk menyetorkan kepada para asatidz di jam yang ditentukan seperti setelah sholat shubuh. Disini setelah sholat shubuh para santri diwajibkan menyetorkan hafalan barunya minimal 1 halaman. Jikapun ada dari salah satu santri masih belum mendapatkan hafalan barunya maka santri tersebut dikenakan sanksi. Setoran hafalan baru ini dimulai dari setelahnya sholat shubuh hingga sampai jam 07.00. [8]

  1. Tahap Persiapan
  2. Tahap Setoran
  3. Penutup

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20 Januari 2020, yaitu setelah tahap setoran hafalan baru,para santri di suruh menutup doa, ta’lim dan juga diadakan musyawarah harian serta bagi-bagi tugas.evaluasi biasanya membahasa tentang kegiatan hri sebelumnya yang belum diselesaikan.[9].

Faktor Pendukung dalam Belajar Menghafal Al-Qur’an

Mengahafal bukan hal yang sangat asing baik dari sekolahan maupun dari pesantren. Dalam Pondok pesantren dibutuhkan keseriusan dalam menghafal, terutama menghafal Al-Qur’an karena dalam menghafal butuh konsentrasi sangat tinggi agar supaya mudah dipahami dan di hafal. Sebagaimana informasi yang telah diberikan oleh para Asatidz pada tanggal 11 Desember 2019.

“Banyak orang yang bilang bahwa mengha f al Al-Qur’an sangatlah sulit, tentunya orang yang berhasil meghafal Al-Qur’an tidak terlepas dari faktor pendukung dari berbagai segi. berikut faktor dalam pelaksanaan strategi menghafal Al-Qur’an menurt para asatidz dan santri:

  1. Keseriusan
  2. Tidak gonta ganti Mushaf Al-Qur’an
  3. Fokus dalam Menghafal Al-Qur’an
  4. Kemampuan dalam menghafal Al-Qur’an sangatlah penting
  5. Kesungguhan dalam belajar
  6. Keseriusan dalam menghafal
  7. Selalu di suport oleh orang tua dalam belajar”[10]

Faktor Penghambat dalam Proses Belajar Menghafal Al-Qur’an

Di dalam proses belajar menghafal Al-Qur’an para A satidz mengalami banyak faktor penghambat santri menghafal Al-Qur’an. faktor penghambat menghafal Al-Qur’an itu datangnya dari santri sendiri maupun dari luar santri, sehingga para A satidz di tuntut untuk men c ari solusi yang tepat. faktor penghambat biasanya itu :

  1. Mengantuk
  2. Bermalas-malasan
  3. Terlalu banyak bermain dan bergurau
  4. Hafalan sering tersusul oleh temanya
  5. Bacaan yang masih belum lancar
  6. Kurangnya keseriusan dalam menghafal Al-Qur’an

Hasil dari wawancara baik dari para Asatidz dan juga para santri yang ada di pesantren tersebut yaitu perlu kita ketahui bahwa faktor-faktor baik dari keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an maupun dari hambatan dalam proses menghafal Al-Qur’an itu sebenarnya berasal pada diri santri-santri tersebut. Contoh seperti faktor internal, seperti: tidak adanya niat yang serius, kurangnya kemampuan, dan kurangnya keseriusan dalam menghafal Al-Qur’an. Sedangkan faktor eksternal sendiri berasal dari luar santri, contohnya seperti sering bermain bersama teman yang lain.

Dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an motivasi para Asatidz sangatlah penting bagi para santri yang bisa membangkitkan minat dan semangat santri untuk mencapai tujuan pembelajaran menghaf Al-Qur’an 30 juz dalam waktu kurun yang tertentu. biasanya motivasi ini diberikan untuk mengembalikan semangat para santri untuk menghafal Al-Qur’an, baik dari semua para santri dalam forum maupun face to face atau secara langsung.

Hal yang diinginkan oleh para Asatidz dalam menghafal Al-Qur’an sudah sangat cukup dengan memberikan target pada santri. karena tanpa ada terget hafalan para santri semakin berkurang karena tidak ada terget dalam menyelesaikan hafalannya .

Pada dasarnya dalam menghafal Al -Qur’an bekerjanya otak untuk menangkap dan menyimpan dengan kuat sehingga kecerdana otak sangatlah berpengaruh dalam prosesnya menghafal Al-Qur’an. santri yang memiliki kecerdasan dan juga kemampuan dalam menghafal sangat membantu dirinya dalam belajar me nghafal . berdasarkan hasil dari wawancara para A satidz Pondok Pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya tidak telalu membedakan antara tingkat kecerdasan yang rendah maupun tinggi dalam hal perlakuan khusus ataupun pilih kasih. hal yang membedakan. hal ini yang membedakan jika santri dirasa memiliki kemampuan dan kecerdasan yang lebih, maka target yang harus dicapai dalam belajar menghafal lebih tinggi, jika santri yang memilki kemampuan kecerdasanya sedang maka akan ditentukan hafalanya oleh para A satidz lebih rendah. namn ada santri yang memiliki kemampuan dalam menghafal sangat cepat akan tetapi sangat lalai sehingga hafalanya tertinggal oleh santri yang kemampuan dalam menghafal sangat rendah namun rajin

Kesimpulan

Strategi dalam menghafal Al Qur’an di Pondok pesantren Madrosatul Qur’an

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis melakukan peneliti di pondok pesantren Madrosatul Qur’an Surabaya, dapat kita simpulkan sebagai berikut:

Sebenarnya tidak memiliki strategi kolektif / tidak memiliki strategi khusus dalam proses menghafal, akan tetapi para santri bisa menghafal sesuai target bahkan tidak ada kendala dalam menghafal Al-Qur’an yang diterapakan oleh pondok pesantren ini. pengasuh pondok pesantren Madrosatul Qur’an memberikan fasiitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh santri seperti perlengkapan,lingkungan, dan juga para Asatidz yang selalu mendukung serta mensuport para santri agar supaya bisa memenuhi target menghafal agar supaya proses menghafal Al-Qur’an berjalan dengan lancar.

Faktor Pendukung

Dalam hal ini terdapat faktor pendukung dalam proses pembelajaran menghafal Al-Qur’an. Faktor pendukung ini adalah faktor yang keberadaannya dapat membantu dalam meningkatkan hasil dari proses pembelajaran tahfidzul Qur’an. Faktor pendukung di pondok pesantren Madrosatul Qur’an yaitu:

  1. santri
  2. para asatidz
  3. lingkunganya
  4. motivasi
  5. kecerdasan

Faktor Penghambat

Dalam mengatasi kesulitan menghafal Al-Qur’an para santri memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya, ada yang dibuat tidur sejenak suapaya menghilangkan pikiran_pikiran yang menggangu dalam menghafal, adapula yang berolah raga agar bisa fokus dalam menghafal, adapula sholat malam minta bantuan dari Allah berdoa agar supaya dipermudah urusanya, dan banyak lagi cara mengatasi kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an

Faktor penghambat di pondok pesantren Madrosatul Qur’an yaitu :

  1. rasa malas pada diri sendiri
  2. sering bermain
  3. Keluarga
  4. pergaulan
  5. hafalan yang sering kesusul temanya
  6. gonta-ganti mushaf Al-Qur’an
  7. bacaanya

References

  1. Mahfudz. 1996. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
  2. Al-Hikmah Bobos Dukupuntang Cirebon), Jurnal Ilmiah Holistik Vol 14 Number 02. Cirebon.
  3. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47. 2008. Tentang Wajib Belajar. Ttp., tnp.
  5. Prasetyawan, Rony. 2016. “Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al- Wafa Palangkaraya”.
  6. Qasim, Amjad. 2017. Sebulan Hafal Al-Qur’an. terj. Abu Fawwaz Munandar. Solo: Zamzam. Nawbuddin.
  7. Abdu Rabb, dan H.A.E. Koswara (pent.),1992. Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Tri Dayanti.
  8. Rosihotun, Lis. 2016. “Metode Pembelajaran Tahfidz Di SD Islam Plus Masyitoh
  9. Sholahuddin, Mahfudz. 1996. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
  10. Al Qattan Manna Khalil. 2009. Studi ilmu-lmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa.