Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Education
DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2538

The Relationship Between Emotion Regulation and Academic Procrastination in Students of Vocation High School


Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMK

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Regulasi Emosi Prokrastinasi Akademik

Abstract

This research motivated by phenomenon students experiencing academic procrastination. This study aims to determine the relationship between emotional regulation and academic procrastination of students at SMK Krian 1 Sidoarjo. This type of research is quantitative using correlational approach. The population was students of class X and XI totaling 1412 students, class XII wasn’t studied because they had graduated. The research sample was 213 students using proportionate stratified random sampling technique. The research data collection technique used the emotional regulation scale (ɑ = 0.800) and the academic procrastination scale (ɑ = 0.917). The data analysis technique uses Pearson's product moment correlation with the help of SPSS 22.0. The results of the analysis research data show the correlation coefficient (r xy) of -0.390 with significance of 0.000 <0.05, meaning that there significant negative relationship between emotional regulation and academic procrastination of students at SMK Krian 1 Sidoarjo. The effect of emotion regulation on academic procrastination in the study was 15.2%

Pendahuluan

Pendidikan merupakan komponen utama dalam keberadaan manusia untuk menumbuhkan kemungkinan yang ada di dalam dirinya. Melalui proses pendidikan, manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan dalam perubahan yang terjadi. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 TH.2003 dalam Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 & 2 menerangkan pendidikan merupakan usaha yang sengaja direncanakan dalam menciptakan proses pembelajaran dan belajar bagi peserta didik secara aktif yang berguna membangun potensi yang dimiliki, baik kecerdasan, pengendalian diri, keagamaan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan, serta spiritual yang pasti diperlukan oleh masyarakat, individu, Negara dan bangsa. Salah satu tingkat pendidikan yang dapat ditempuh siswa adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan suatu lembaga pendidikan formal bertujuan menyiapkan siswa siap bekerja, terampil dan produktif pada bidangnya serta dibekali dengan kepribadian yang memiliki moral dan etika[1]. Siswa SMK memiliki umur antara 15 sampai 18 tahun dengan kategori masa remaja pertengahan. Masa remaja merupakan masa dimana perkembangan aspek kognitif yang telah mencapai taraf yang iformal, sehingga aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa SMK merupakan hasil dari berpikir logis [2].

Anak-anak pada usia sekolah SD,SMP, SMA ataupun SMK cenderung mengisi waktu luang dengan menonton televisi dan bermain daripada belajar[3]. Apalagi saat pandemik seperti ini yang semua metode belajarnya yaitu online atau daring sehingga membuat semangat belajar semakin lama semakin menipis dan keinginan untuk belajar akan kalah dengan keinginan untuk bermain. Di zaman seperti ini banyak saluran televisi yang bisa mereka pilih, serta teknologi semakin lama semkain canggih yang dapat memungkinkan anak-anak menonton televisi ataupun bermain handphone daripada belajar.

Siswa tetap dituntut untuk mengerjakan serta menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sesuai format dan waktu yang telah ditentukan meskipun dalam situasi pandemic seperti ini. Pembelajaran di SMk 1 Krian Sidoarjo dilakukan secara luring dan daring. Adapun penyesuaian tersendiri yang dituntut secara kompetensi untuk kemampuan softskill dan hardskill, membuat siswa sulit untuk mengerjakan tugas sehingga siswa sering menunda menyelesaikan tugas ynag telah diberikan oleh guru. Perilaku individu yang cenderung menunda atau tidak segera memulai pekerjaan atau suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi akademik[4]. Menunda-nunda adalah suatu tindakan yang diinginkan oleh individu, meskipun mengerti akibat buruk yang ditimbulkan oleh perilaku prokrastinasi yang individu tersebut lakukan[5]. Perilaku menunda saat menyelesaikan tugas akademik sampai batas waktu yang diberikan akan habis disebut juga prokrastinasi akademik[6].

Hasil penelitian terdahulu pada SMAN 03 Sukoharjo menunjukkan 84% siswa melakukan prokrastinasi akademik dan 16% siswa menaati jadwal belajar dengan tepat waktu[7]. Sedangkan penelitian akademik pada mahasiswa menunjukkan 0% pada kategori rendah, 13% pada kategori sedang, 81% pada kategori tinggi, dan 6% pada kategori sangat tinggi[8]. Uraian tersebut melatar belakangi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar dampak dari regulasi emosi yang dimiliki siswa SMK Krian 1 Sidoarjo terhadap perilaku prokrastinasi akademiknya.

Setiap siswa memiliki proktastinasi akademik yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor eksternal dan internal[9]. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu seperti cara asuh orang tua serta kurangnya pengawasan. Sedangkan faktor internal berasal dari diri individu sendiri yang meliputi kondisi psikologis dan fisik individu. Individu yang mampu meregulasi emosinya dapat terhindar dari perilaku prokrastinasi akademik[10]. Regulasi emosi ialah strategi untuk mengatur emosi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar serta mengikut sertakan komponen-komponen lainnya yang bekerja secara terus menerus hingga sepanjang waktu[11]. Regulasi emosi akan melindungi individu tersebut dari perasaan gugup dan takut akan kekecewaan.

Perubahan emosi bisa menimbulkan rasa cemas dan gugup apabila tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan tekanan kepada siswa SMK Krian 1 Sidoarjo sehingga tidak dapat fokus dalam menyelesaikan tugas akademiknya sehingga menjadikannya sebagai pelaku prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik akan menimbulkan dampak buruk bagi siswa jika dilakukan secara terus menerus. Dampak prokrastinasi akademik bila tidak segera diatasi dapat mengganggu dalam dua hal: 1) Penurunan pencapaian akademik siswa. 2) Muncul rasa cemas yang bisa memberikan tekanan yang dapat membuat proses penyelesaian tugas siswa terhambat.

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan oleh peneliti ialah hubungan yang negatifi antara regulasi emosii dengan prokrastinasi akademik. Hal ini berarti semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi prokrastinasi akademik begitupun sebaliknya, semakin tinggi regulasi emosi makai semakin rendah prokrastinasi akademik.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas X dan XI SMK Krian 1 Sidoarjo yang berjumlah 1412 dan kelas XII tidak diteliti karena sudah lulus. Sampel penelitian berjumlah 213 siswa yang dipilih menggunakan tabel dengan taraf signifikasi 10%. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratifiedi randomi sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan iadalah skala psikologi berupa skala regulasi emosi dan skala prokrastinasi akademik dengan model skala likert yang dimodifikasi dari peneliti sebelumnya. Analisis datai menggunakan teknik korelasi product moment darii Pearson dengan bantuan SPSS 22.0.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil uji normalitas pada tabel 1 dilihat dari output uji Kolmogrov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel regulasi emosi dan variabel prokrastinasi akademik sebesar 0,200 (> 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas untuk variabel regulasi emosi dan variabel prokrastinasi akademik berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 213
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 7.13327397
Most Extreme Differences Absolute .041
Positive .041
Negative -.026
Test Statistic .041
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Table 1.Uji Normalitas

Hasil uji linieritas nilai signifikansi pada kolom linierity ditabel 2, menunjukkan bahwa nilai F sebesar 40.151 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat menjelaskan nilai signifikansi (< 0,05), artinya bahwa variabeli regulasi emosi dan variabel prokrastinasi akademik memiliki hubungani yang linier

ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Prokrastinasi Akademik * Regulasi Emosi Between Groups (Combined) 3626.534 23 157.675 3.278 .000
Linearity 1931.551 1 1931.551 40.151 .000
Deviation from Linearity 1694.983 22 77.045 1.602 .049
Within Groups 9092.339 189 48.108
Total 12718.873 212
Table 2.Uji Linieritas

Pada tabel 3 diketahui hasil uji korelasi (rxy) mendapatkan nilai sebesar -0,390 dengani signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga dapat menunjukkan bahwai terdapat hubungani negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan variabel prokrastinasi akademik. Artinya semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi prokrastinasi akademiki begitu pula sebaliknya semakini tinggi regulasi emosi maka semakin rendah prokrastinasi akademik yangi dimiliki siswa.

Correlations
Regulasi Emosi Prokrastinasi Akademik
Regulasi Emosi Pearson Correlation 1 -.390**
Sig. (1-tailed) .000
N 213 213
Prokrastinasi Akademik Pearson Correlation -.390** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 213 213
Table 3.Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel 4 sumbangan variabel X yaitu regulasi emosi terhadap variabel prokrastinasi akademik sebesar 15,2% Hasil ini diperoleh dari R Square sebesar 0,152 x 100%= 15,2%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh regulasi emosi terhadap prokrastinasi akademik sebesar 15,2% sedangkan sisanya 84,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .390a .152 .148 7.150
Table 4.Sumbangan Efektif

Tabel kategorisasi skor subyek dibawah menunjukkan bahwa dari jumlah 213 siswa, diperoleh 16 siswa dengan kemampuan regulasi emosi sangat rendah, 50 siwa denngan kemampuan regulasi emosi rendah, 100 siswa dengan tingkat kemampuan regulasi emosi sedang, 38 siswa dengan kemampuan regulasi emosi tinggi, dan 9 siswa dengan kemampuan regulasi emosi sangat tinggi. Selain itu dari jumlah 213 siswa , terdapat 17 siswa yang mengalami prokrastinasi akademik kategori sangat rendah, 60 siswa mengalami prokrastinasi di kategori rendah, 73 siswa mengalami tingkat prokrastinasi akademik pada kategori sedang, 42 siswa mengalami prokrastianasi akademik kategori tinggi, dan terdapat 21 siswa yang mengalami prokrastinasi akademik sangat tinggi.

Kategori Subjek Penelitian
Regulasi Emosi Prokrastinasi Akademik
∑ Subyek % ∑ Subyek %
Sangat Rendah 16 7,5% 17 8%
Rendah 50 23,5% 60 28,2%
Sedang 100 46,9% 73 34,3%
Tinggi 38 17,8% 42 19,7%
Sangat Tinggi 9 4,2% 21 9,9%
Jumlah 213 100% 213 100%
Table 5.Kategorisasi Skor Subyek

Dari uraian kategori diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa SMK Krian 1 Sidoarjo yang terdiri dari kelas X dani kelas XI memilikii kemampuan regulasi emosi dan tingkat prokrastinasi akademik termasuk dalam kategori sedang tapi lebih mengarah ke rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi rxy = -0,390 dengan taraf signifikansii 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkani bahwa hipotesisi diterima, yaitu terdapat hubungan negative yang signifikan antara regulasi emosi dengan prokrastinasi akademik. Hipotesis tersebut berarti semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. Sebaliknya, semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah prokrastinasi iakademik.

Hasil penelitian tersebut isesuai dengani penelitian sebelumnya yang menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengani prokrastinasi akademik sebesar -0,751 dengan P = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. Sebaliknya, semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah prokrastinasi akademik.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh [11]. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara regulasi emosi dengani asertivitas (rxy =0,385; p=0,000), maka hipotesis dapat diterima. Artinya semakin tinggi regulasi emosi, makai semakin tinggi asertivitas. Sebaliknya, semakinirendah regulasi emosi, maka semakin rendah iasertivitas.

Hasil kategorisasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMK Krian 1 Sidoarjo yang terdiri dari kelas X dan XI memiliki kemampuan regulasi emosi dan tingkat prokrastinasi akademik termasuk dalam kategori sedang tetapi lebih mengarah ke rendah. Dapat diketahui dari tabel kategorisasi, yang dimana persentase dan jumlah subyek mayoritas berada di kategori sedang tetapi lebih mengarah ke rendah.

Regulasi emosi ialah cara untuk mengatur emosi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar serta mengikutsertakan komponen-komponen lainnya yang bekerja secara menerus hingga sepanjang waktu[12]. Regulasi emosi biasanya digunakan untuk meredam pedoman perasaan dengan mengurangi atau menahan perasaan, dan ketegangan yang secara eksplisit terkait, dengan sorotan khusus pada berkurangnya pertemuan dan perasaan negatif. Seseorangi yang memiliki regulasi emosi idapat mengikuti atau menambah perasaan yang mereka rasakan, baik yang baik maupun yang negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi perasaan baik maupun yang negatif.

Regulasi emosi dapat dikatan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik. Dalam penelitian ini sumbangan efektif regulasi emosi terhadap prokrastinasi akademik yaitu sebesar 15,2% artinya regulasi emosi hanya berpengaruh sebesar 15,2% terhadap prokrastinasii akademik. Sisanya yaitu 84,8% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktorilain yang tidak menjadi fokus pada penelitian ini.

Penelitian ini dapat membuktikan bahwa adanya hubungan negatif antara regulasi emosi dan prokrastinasi akademik pada siswa SMK Krian 1 Sidoarjo. Tetapi penelitian ini juga tidak lepas dari kekurangan seperti kajian yang menggunakan regulasi emosi terhadap prokrastinasi akademik. Variabel regulasi emosi dalam penelitian ini hanya memilki sedikit pengaruh terhadap prokrastinasi akademik.variabel lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik salah satunya adalah kontrol diri dan kecerdasan emosi. Selain itu penggunaan metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala psikologi melalui google form sehingga peneliti tidak dapat mengawasi secara langsung yang menyebabkan siswa mungkin tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan jawaban.

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitiani dan juga pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapatihubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi denganiprokrastinasi akademik padaisiswa SMK Krian 1 Sidoarjo. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi rxy = -0,390 dengan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan prokrastinasi akademik. Hipotesis tersebut berarti semakin rendah regulasi emosi makaisemakin tinggi prokrastinasii akademik. Sebaliknya, semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah prokrastinasi akademik. Adapun sumbangan efektif variabel regulasi emosi terhadap variabel prokrastinasi akademik yaitu sebesar 15,2%. Hal ini berarti bahwa regulasi emosi dapat berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik.

References

  1. P. Yesiana, “Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa,” Psikologi, 2020.
  2. D. Ariyanto, O. Wiharna, and R. A. M. Noor, “Studi Eksplorasi Sarana dan Prasarana Praktik pada Mata Pelajaran Pemeliharaan Chasis dan Pemindah Tenaga Di SMK,” J. Mech. Eng. Educ., vol. 4, no. 2, p. 163, 2018.
  3. A. Santrock, John W., Perkembangan masa hidup; Jilid 2 = Life-span development. Jakarta: Erlangga, 2002.
  4. D. Kepada et al., “Hubungan Self-Control Dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Ambon Oleh Prisilia Tuparia Tugas Akhir,” 2010.
  5. M. N. Ghufron, “Prokrastinasi akademik mahasiswa ditinjau dari regulasi diri dalam Belajar,” J. Empir. Res. Islam. Educ., vol. 2, no. 1, pp. 136–149, 2014.
  6. Ilyas, “Perilaku prokrastinasi akademik siswa di sma islam terpadu,” J. An- nida’, vol. 41, no. 1, pp. 71–82, 2017.
  7. P. Puswanti, “Upaya Mereduksi Prokrastinasi Akademik Melalui Konseling Kelompok Melalui Pendekatan Behavioristik Pada Siswa SMK,” PSIKOPEDAGOGIA J. Bimbing. dan Konseling, vol. 3, no. 1, p. 11, 2014.
  8. Triyono, “Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa SMA,” Skripsi thesis, Univ. Muhammadiyah Surakarta., no. January, p. 43, 2014.
  9. S. Muyana and U. A. Dahlan, “Prokrastinasi Akademik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling,” pp. 45–52, 2018.
  10. Akhlis nurul Majid, “Hubungan Antara Kontrol Diri(Self Kontrol) Dengan Prokrastinasi Akademik Dalam Menelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Ftik Jurusan Pai Angkatan 2012,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, p. 11, 2017.
  11. I. T. Wibowo, “Kecenderungan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Surabaya Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,” Psikologi, pp. 1–15, 2017.