Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.2387

Factors Affecting the ICI during Indonesia's Economic Recession During the Covid-19 Pandemic


Faktor- Faktor yang Mempengaruhi IHSG pada saat Resesi Perekonomian Indonesia Selama Pandemi Covid-19

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

IHSG Inflation Rupiah Rate Interest Rate

Abstract

The study used in this study aims to determine the factors that can affect the JCI, namely the rupiah exchange rate, inflation, and interest rates during the Indonesian economic recession during the Covid-19 pandemic. The research method used in this study uses quantitative and The secondary data used is secondary data from the BEI and BI which was collected from 6 Nov 2020 to 3 Feb 2021 with a data collection technique, namely the documentation method. Saturated sampling is used in the sampling technique. So that obtained as many as 59 samples. While the techniques used in data analysis in this study are classical assumption test and multiple linear regression analysis as hypothesis testing. JCI. However, inflation in a partial test does not have a significant effect on the JCI.

Pendahuluan

Pada tahun 2019, negara- negara di dunia termasuk Indonesia di serang masalah baru yakni dengan merebaknya virus corona atau covid-19 [1]. WHO mengungkapkan bahwa covid-19 adalah sebuah virus yang menyeran dan menginfeksi sistem pernafasan. Untuk meminimalisir penyebaran virus ini, pemerintah menerapkan suatu kebijakan yakni PSBB, Namun, respon masyarakat terhadap kebijakan tersebut menimbulkan aksi spekulasi (panic buying dan panic selling) [2]. Dimana akibat kedua kepanikan tersebut menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga barang. Sehingga perekonomian Indonesia mengalami tekanan berat dibuktikan pada pertumbuhan perekonomian yang negatif selama dua kuartal. Kondisi inilah yang menjadikan Indonesia resmi masuk ke jurang resesi perekonomian[3].

Resesi perekonomian berdampak pada pasar modal. Sebelum melakukan investasi ke dalam pasar modal, investor perlu melakukan analisis makroekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham. Terdapat tiga faktor makroekonomi yang dianggap paling berpengaruh terhadap investasi di suatu negara yaitu kurs rupiah, inflasi, dan tingkat suku bunga[4]. Fluktuasi kurs rupiah dapat memberi pengaruh terhadap pendapatan serta biaya operasional perusahaan sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Disamping Itu, naiknya tingkat inflasi akan berpengaruh pada turunnya keuntungan perusahaan sehingga mengakibatkan tidak kompetitifnya pergerakan harga saham. Serta tingginya tingkat suku bunga akan menyebabkan nilai saham mengalami penurunan akibat dari pengalihan dana dari pasar modal ke pasar uang.

Penelitian ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari penelitian terdahulu karena hasilnya berbeda- beda . Berikut beberapa penelitian yang terkait dengan judul yang peneliti ambil antara lain penelitian yang dilakukan oleh [5]dengan hasil kurs rupiah berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, inflasi pengaruh positif signifikan terhadap IHSG, serta tigkat suku bunga dan PDB pengaruh negatif tidak signifikan terhadap IHSG, selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [6] dan [7] memperoleh hasil inflasi dan tingkat suku bunga ttidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham , sedangkan kurs rupiahnya berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan selanjutnya terletak pada teknik pengambil sampel, obyek, fenomena, serta periode penelitiannya.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampelnya yaitu menggunakan sampling jenuh dengan obyek yang diteliti ialah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan indeks pasar saham yang mencakup harga seluruh saham biasa dan preferen yang tercatat di BEI[8]. Sedangkan fenomena yang diambil pada penelitian ini yaitu pada saat Indonesia resmi dinyatakan masuk ke jurang resesi perekonomian akibat pandemi Covid-19. Dimana data penelitian yang diteliti mulai esok hari setelah indonesia diumumkan masuk ke jurang resesi yaitu tanggal 6 Nov 2020 s/d 3 Feb 2021.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kurs rupiah berpengaruh terhadap IHSG, apakah inflasi berpengaruh terhadap IHSG, serta apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap IHSG. Dari rumusan masalah tersbut, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kurs rupiah terhadap IHSG, pengaruh inflasi terhadap IHSG, serta pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG. Sedangkan manfaat penelitian ini ada dua yakni secara teoritis dimana diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa terkait judul penelitian ini, serta memberikan inspirasi terhadap peneliti selanjutnya dan manfaat praktik dimana berhaarap bagi perusahaan dan investor penelitian ini dijadikan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan.Dengan penjabaran diatas, maka peneliti ingin menguji mengenai faktor- faktor makroekonomi yakni kurs rupiah, inflasi, serta tingkat suku bunga dalam mempengaruhi IHSG pada saat resesi perekonomian Indonesia selama pandemi covid-19.

H1 : Kurs (nilai tukar) rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kurs rupiah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas di pasar saham ataupun pasar uang. Jika Kurs rupiah masih berfluktuasi melemah, maka akan menyebabkan pasar bursa meradang seiring dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi cukup dalam [11].

H2 : Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Inflasi yang tinggi biasanya terjadi karena kondisi ekonomi yang overheated. Dimana kondisi ekonomi mengalami permintaan produk yang melebihi kapasitas penawaran produk sehingga mengakibatkan kenaikan harga produk secara keseluruhan serta turunya profitabilitas perusahaan. Pada saat inflasi mengalami kenaikan maka berdampak pada turunnya kentungan suatu perusahaan sehingga mengakibatkan pergerakan harga saham tidak kompetitif. Alasannya karena penurunan laba perusahaan dapat menyebabkan kurang tertariknya investor dalam berinvestasi pada perusahaan [4].

H3 : Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Tingginya tingkat suku bunga merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Karena meningkatnya tingkat suku bunga dapat mengubah peta hasil investasi artinya, akan menyebabkan meningkatkan suku bunga yang telah disyaratkan atau investasi pada suatu saham. Selain itu, meningkatnya tingkat suku bunga juga bisa mengakibatkan investor menarik investasinya pada saham serta memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito [4]. Dari hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah

Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan metode penelitian yang telah disusun sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat [3].

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada BEI untuk mencari data mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta Bank Indonesia (BI) untuk mencari data kurs rupiah, inflasi serta tingkat suku bunga.

Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis variabel yakni independen yang terdiri dari kurs rupiah (x1) diukur dari rata- rata kurs rupiah bulanan yang ada pada BI, inflasi (x2) diukur dari rata- rata tingkat inflasi yang ada pada BI, tingkat suku bunga (x3) diukur dari tingkat suku bunga rata- rata bulanan yang ada pada BI, serta IHSG (y) diukur dari data harian yang ada pada BEI sesuai dengan periode penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 6 November 2020 – 3 Februari 2021. Dengan demikian,populasi pada penelitian ini berjumlah 59. Sedangkan untuk sampelnya karena disini peneliti menggunakan teknik sampling jenuh yaitu dengan menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel[3]. Maka dari itu sampel penelitian ini adalah seluruh saham yang ada pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak tanggal 6 November 2020 sampai dengan 3 Februari 2021. Dengan demikian, sampel pada penelitian ini berjumlah 59 sampel.

Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Untuk data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diambil dari data harian periode penelitian pada Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan untuk data inflasi dan tingkat suku bunga diambil dari data bulanan Bank Indonesia. Data ini dikumpulkan mulai tanggal 6 November 2020 hingga 3 Februari 2021.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penilitian ini yaitu dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan pencatatan serta pengolahan dari data-data yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Dimana untuk uji asumsi klasiknya nya menggunakan lima uji yakni uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan linearitas. Sedangkan untuk uji hipotesisnya menggunakan uji parsial (uji T) untuk mengetahui bagaimana pengaruh tiap variabel independen (secara terpisah) terhadap variabel dependen [3].

Hasil dan Pembahasan

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah data tersebut berdistribusi secara normal. Hasil output SPSS yang diperoleh :

Unstandardized Residual
N 59
Normal Parameters a,b Mean -,0000098
Std. Deviation 135659966,38093020
Most Extreme Differences Absolute ,091
Positive ,053
Negative -,091
Test Statistic ,091
Asymp . Sig. (2-tailed) ,200c,d
Table 1.Hasil Uji NormalitasData Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji normalitas. Apabila nilai signifikan nya lebih besar dari nilai probabilitas (0,05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel bebas. Hasil output SPSS yang diperoleh :

Unstandardized Coeffients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. Ce VIF
1 (Constant 260577731847,069 16927018703,899 15,394 ,000
X1 -15769564,732 1051201,076 -1,678 -15,001 ,000 ,284 3,527
X2 326007646,387 217935004,889 ,105 1,496 ,140 ,723 1,384
X3 -8617757835,026 669142688,087 -1,554 -12,879 ,000 ,244 4,106
Table 2.Hasil Uji MultikolinearitasData Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji multikolinearitas. Apabila tolerance nya lebih besar dari 0,10, serta VIF nya kurang dari 10, maka variabel bebasnya tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Tujuan dari uji autokorelasi adalah untuk meneliti ada atau tidaknya korelasi dapat dideteksi dari nilai Durbin-Watson. Hasil output SPSS yang diperoleh :

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,897a ,805 ,794 139310662,37022 ,501
Table 3.Hasil Uji AutokorelasiData Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji autokorelasi. Apabila (4- dw) > du, maka data tersebut tidak terjadi autokorelasi negatif.

Uji Heterokedastisitas

Tujuan uji hetekedastisitas yaitu untuk menguji ada atau tidaknya heterokedastisitas pada data tersebut dengan menggunakan Scatterplot. Hasil output SPSS yang diperoleh :

Gambar 2. Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji heterokedastisitas. Apabila titik- titik yang ada pada grafik scatterplot merata ada diatas dan dibawah angka nol serta titik- titik tersebut tidak membentuk suatu pola, maka data tersebut dinyatakan terbebas dari masalah heterokedastisitas.

Uji Linearitas

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi memiliki hubungan linear antara variabel dependen dengan independen. Hasil output SPSS yang diperoleh :

ANOVA
Sum Of Squares Df Mean Square F Sig.
Unstandardized Residual Between Groups (Combined) ,000 3 ,000 ,000 1,000
Linearity ,000 1 ,000 ,000 1,000
Devition From Linearity ,000 2 ,000 ,000 1,000
Unstandardized Predicted Value Within Groups 1067410335751556220,000 55 19407460650028296,000
Total 1067410335751556220,000 58
Table 4.Hasil Uji LinearitasData Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji linearitas. Apabila nilai signifikannya lebih besar dari nilai proabilitasnya (0,05), maka ketiga variabel independen memiliki hubungan yang linear terhadap variabel dependen.

Uji Hipotesis

Regresi Linear Berganda : Merupakan regresi yang di dasarkan pada hubungan antara dua variabel atau lebih serta untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dan dependen [12]. Berikut persamaan yang digunakan dalam regresi ini :

Y= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Notasi:

Y: IHSG

α: Nilai Y jika X = 0 (konstanta)

X1: Kurs Rupiah

X2: Inflasi

X3:Tingkat Suku Bunga

b: Koefisien regresi linear berganda

X: Subyek pada variabel bebas

e: Error

Untuk menguji hipotesis, alat uji regresi berganda yang digunakan yaitu :

Uji Parsial (Uji T)

Merupakan uji yang dilakukan demi tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel x secara terpisah terhadap variabel y [12] Hasil output SPSS yang diperoleh :

Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerence VIF
1 (Constant) 260577731847,069 16927018703,899 15,394 ,000
X1 -15769564,732 1051201,076 -1,678 -15,001 ,000 ,284 3,527
X2 326007646,387 217935004,889 ,105 1,496 ,140 ,723 1,384
X3 -8617757835,026 669142688,087 1,554 -12,879 ,000 ,244 4,106
Table 5.Hasil Uji ParsialData Peneliti yang diolah (2021)

Jika dikaitkan dengan dasar pengambilan keputusan yang ada pada uji parsial. Maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. Variabel kurs rupiah (X1) memiliki nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05, maka H1 diterima. Artinya bahwa variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap variabel y.
  2. Variabel inflasi (X2) memiliki nilai sig. sebesar 0,140 > 0,05, maka H2 ditolak. Artinya bahwa variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y.
  3. Variabel tingkat suku bunga (X3) memiliki nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05, maka H3 diterima. Artinya vahwa variabel X3 berpengaruh signifikan terhadap variabel Y.

Maka, hasil persamaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Indeks Harga Saham Gabungan(Y) =

26057771847,069 – 15769564,732X1 + 326007646,387X2 – 867757835,026X3 + e

Pengaruh kurs rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (H1)

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji T diketahui bahwa kurs rupiah memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap IHSG. Selama pandemi covid- 19, kurs rupiah akan terus berada pada posisi rentan sehingga menyebabkan kepanikan di pasar global yang akan membuat dana asing kaburKetika kurs rupiah terhadap dolar mengalami peningkatan, maka perusahaan yang berorientasi ekspor akan mengalami kerugian Karena turunya harga barang Indonesia di luar negeri sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan perusahaan.Oleh karena itu, para investor akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan.

Pengaruh inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (H2)

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji T diketahui bahwa secara parsial variabel inflasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal Ini dapat terjadi karena saat resesi perekonomian selama pandemi Covid- 19 tingkat inflasi lebih rendah dari bulan sebelumnya , dimana pada bulan Oktober tingkat inflasi sebesar 0,95 sedangkan pada bulan November tingkat inflasi Indonesia sebesar 0,28. Hal ini menunjukkan bvahwa dari rendahnya tingkat inflasi disebabkan karena menurunnya daya beli masyarakat yang diakibatkan dari penyusutan cadangan keuangan sehingga berdampak pada menurunnya laba perusahaan.

Pengaruh tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (H2)

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji T diketahui bahwa secara parsial variabel tingkat suku bunga (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Perusahaan yang memiliki tingginya tingkat leverage maka akan memperoleh dampak yang sangat berat terhadap kaikan tingkat suku bunga. Kenaikan tersebut dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap haregta saham perusahaan yang terkait.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji parsial, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Kesimpulan

  1. Hipotesis 1 diterima, variabel kurs rupiah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG
  2. Hipotesis 2 ditolak, variabel inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel IHSG
  3. Hipotesis 3 diterima, variabel tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG.

Saran

Setiap adanya fluktuasi pada kurs rupiah dan tingkat suku bunga,perusahaan harus lihai dalam mencari strategi agar bisa berkelanjutan memberikan dampak positif bagi perusahaan, serta untuk penelitian selanjutnya agar menambahkan periode serta variabel pada penelitian agar didapatkan hasil yang komprehensif

References

  1. W. Zhou, Buku Panduan Pencegahan Corona Virus. Wuhan Center for Disease Control and Prevention, 2020.
  2. Baharuddin and F. A. Rumpa, Jangan Takut Virus Corona. Jakarta: Andi, 2020.
  3. Sugiyono, Metode Penelitian, 255th ed. Bandung: Alfabeta, 2017.
  4. E. Tandellin, Pasar Modal. 2017.
  5. N. W. S. Asih and M. Akbar, “Analisis Pengaruh Inflasi,Suku Bunga,Nilai Tukar(Kurs) dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto(PDB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) Studi Kasus pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” vol. 17, no. April, pp. 43–52, 2016.
  6. R. Maronrong and K. Nugrhoho, “Pengaruh Inflasi,Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap Harga Saham Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Otomotif terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017,” J. STEI Ekon., vol. 26, no. 02, pp. 277–295, 2017.
  7. D. Kartikaningsih, Nugraha, and Sugiyanto, “Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Sektor Infrastruktur Pada Masa Pandemi Covid-19,” J. Ilm. Akunt. dan Keuang., vol. 3, no. 1, pp. 53–60, 2020.
  8. M. Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, 2nd ed. Jakarta: Erlangga, 2015.
  9. I. Fahmi, Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal. Jakarta: Wacana Media, 2012.
  10. Tazwan, “Manajemen Perbankan,” 2010.
  11. S. S. Kewal, “Pengaruh Inflasi,Suku Bunga ,Kurs,dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG),” J. UNY, 2012, [Online]. Available: http://journal.uny.ac.id/indeks.php/economia/article/view/801/625.
  12. I. Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS 25. Semarang, 2018.