Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Physics
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.2106

The Relationship Between Gratitude And Subjective Welfare In Students Of The Faculty Of Psychology And Educational Sciences Muhammadiyah University Sidoarjo


Hubungan Antara Kebersyukuran Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Gratitude Subjective Well-being Students

Abstract

Recently, students often experience stress due to various demands, such as college assignments and thesiss. This study aims to determine the relationship between gratitude and subjective well-being in students of the Faculty of Psychology and Education, Muhammadiyah Sidoarjo. The method in this study uses a correlational quantitative approach. The sample in this study were students of the Faculty of Psychology and Educational Sciences, Muhammadiyah University of Sidoarjo, totaling 299 students. The sampling technique was carried out by random sampling method. Data collection used two psychological scales with a Likert scale model for gratitude scale and a Positive Affect Negative Affect Schedule for subjective well-being scale. Data analysis using the product moment correlation test technique. The results of this study indicate that there is a significant relationship between gratitude and subjective well-being in students of the Faculty of Psychology and Education, University of Muhammadiyah Sidoarjo, with a correlation coefficient of 0.093 with a significance of 0.017 > 0.05. The determinant coefficient test shows a result of 0.006 (R Square), which explains that in this study, the gratitude variable has an effective effect of 0.6% on subjective well-being. The test results show the hypothesis can be accepted.

I. Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah makhluk yang tidak pernah statis. Semenjak lahir hingga menuju dewasa akhir pasti mengalami perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis [1]. Dalam setiap proses perkembangannya itu manusia memiliki tugas perkembangan yang harus dilewati. Setiap tugas perkembangan yang telah terlewati dengan baik akan membawa individu dalam pemenuhan kebutuhan atau harapan [1]. Hal itu merupakan penyebab atau sarana bagi individu untuk menikmati dan merasa puas dengan kehidupannya. Mahasiswa sebagai kaum intelektual pastinya memiliki banyak tuntutan sosial sebagai kaum intelektual ataupun tuntutan akademis yaitu berupa tugas kuliah [1].

Penelitian dengan tema yang sama juga pernah dilakukan pada mahasiswa, dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif pada kategori cukup bahagia (97,8%) , hanya (2,52%) yang berada pada kategori tinggi [2]. Hal ini menunjukkan banyak mahasiswa yang memiliki kesejahteraan subjektif rendah sehingga banyak mahasiswa yang rentan terhadap dampak rendahnya kesejahteraan subjektif [2]. Banyak mahasiswa yang merasa stres dalam menghadapi tuntutan tersebut terutama tuntutan tugas. Kasus bunuh diri mahasiswa banyak terjadi di Indonesia salah satunya kasus yang terjadi di Sumatera Selatan pada tahun 2018 seorang mahasiswa nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri akibat depresi soal skripsi.

Kepuasan hidup yang menyertakan afek positif dan negatif merupakan salah satu indikator dari subjective well-being [3]. Individu yang puas dalam hidupnya akan banyak merasakan perasaan menyenangkan, mengalami sedikit emosi negatif serta mengalami sedikit emosi negatif yang rendah terhadap wilayah utama dalam hidupnya serta memiliki tingkat subjective well-being yang tinggi [4]. Sedangkan individu yang memiliki tingkat subjective well-being yang rendah di tandai dengan ketidakpuasan terhadap hidup, yang mengalami sedikit kegembiraan dan kerap merasakan emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan. Tinggi rendahnya afek negatif dan afek positif yang dirasakan oleh individu berkaitan dengan kesejahteraan subjektif yang dialaminya [4].

Tabel 1. Tingkat Kesejahteraan Subjektif Mahasiswa Setiap Fakultas

NO FAKULTAS JUMLAH MAHASISWA TINGKAT KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF FAKTOR PENYEBAB
RENDAH TINGGI
1 FAI 10 63% 37% Kurangnya kedamaian dan gelisah
2 FPIP 10 65% 35% Kurangnya kedamaian dan gelisah
3 FBHS 10 60% 40% Kurangnya kedamaian dan gelisah
4 FST 10 57% 43% Kurangnya kedamaian dan gelisah

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo paling tinggi dialami oleh mahasiswa dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP). Dari 10 mahasiswa 65% mahasiswa menyatakan merasa kurang bahagia dan 35% mahasiswa merasa bahagia.Data di atas menyatakan dengan subjek yang lebih besar dapat ditemukan mahasiswa mempunyai rasa ketidak bahagiaan yang lebih banyak. Ketidakbahagiaan ini bisa menjadi kondisi tidak bahagia yang ekstrim dan kondisi tersebut membuka peluang terjadinya kasus bunuh diri pada mahasiswa [4]. Maka dari itu, harus ada upaya meningkatkan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa dengan cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kesejahteraan subjektif [4]. Fenomena ini menunjukkan adanya indikasi kurangnya kesejahteraan subjektif pada mahasiswa yaitu lebih dikuasai oleh afek negatif. Hal ini menjelaskan faktor lain yang dapat mempengaruhikesejahteraan subjektif, yaitu faktor eksternal, seperti lingkungan kerja dan sosial dan faktor demografis, seperti kesehatan, pendapatan, latar belakang pendidikan, dan status perkawinan[5].

Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif tersebut maka setiap orang ingin mencapai kesejahteraan subjektif dalam hidupnya. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat lain [5] menyatakan bahwa kebahagiaan ataupun kesejahteraan subyektif kesejahteraan subjektif dapat dilihat dari adanya emosi yang menyenangkan, emosi yang tidak menyenangkan, kepuasan hidup secara umum [5].kesejahteraan subjektif memiliki empat aspek berupa kepuasan hidup, kepuasan terhadap wilayah penting dalam hidup, afek positif dan rendahnya afek negatif. Individu yang puas terhadap hidupnya secara keseluruhan, puas pada wilayah utama dalam hidupnya, banyak merasakan perasaan menyenangkan, merasakan dan mengalami sedikit emosi negatif serta memiliki respon negatif yang rendah terhadap kehidupan, kesehatan, peristiwa dan keadaan sekitar, akan memiliki tingkatkesejahteraan subjektif yang tinggi. Sedangkan individu yang memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang rendah ditandai dengan ketidakpuasan terhadap hidup, mengalami sedikit kegembiraan, dan kerap merasakan emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan [5].

Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif yang timbul disebabkan karena kurangnya rasa tenang dan kedamaian dalam hidup mereka [6]. Hal ini membuat mahasiswa menjadi kurang semangat, gelisah, emosional yang meluap-luap. Kebersyukuran merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif [6]. Individu dinyatakan mempunyai kesejahteraan subjektif yang tinggi selain merasakan kebersyukuran dalam hidupnya indikator lain adalah mereka jarang sekali mengalami emosi negatif [7]. Keadaan emosi negatif yang tinggi adalah keadaan dimana seseorang merasakan kemarahan, jijik, rasa bersalah, ketakutan dan kegelisahan, sedangkan emosi negatif yang rendah adalah keadaan dimana seseorang merasakan ketenangan dalam kedamaian [7].

Kebersyukuran menurut bahasa yakni mengakui kebijakan dan dapat memiliki arti bertambah atau berkembang, sedangkan menurut terminologi mempunyai arti memperlihatkan pengaruh nikmat Illahi pada diri hambaNya pada terkabulnya dengan beriman, pujian dan sanjungan yangh terucap pada lisannya serta amal ibadah yang dikerjakannya dengan anggota tubuh [8].

Kebersyukuran mempunyai 3 aspek yakni merasakan nikmat, menerima nikmat dan memuji Allah atas nikmat yang telah diberikanNya [9]. Aspek-aspek kebersyukuran tersebut dapat menyajikan kondisi bagaimana kebersyukuran dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif seseorang. Pada aspek pertama, mengenal nikmat dapat menjadikan individu mempunyai kesejahteraan subyektif yang baik ketika individu mengetahui betapa sering nikmat yang di dapatkan pada hidup mereka [10]. Sesungguhnya nikmat yang telah Allah SWT berikan sangatlah banyak, hingga sesuatu hal yang tak nampak paling sederhana pada kehidupan manusia misalnya udara yang digunakan untuk bernafas ialah suatu nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kebersyukuran menunjuk pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya.

Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa. Hipotesis ini berarti semakin tinggi kebersyukuran maka semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif yang dialami mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kebersyukuran maka semakin rendah kesejahteraan subjektif yang dialami oleh mahasiswa tersebut.

II. Metode penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berjumlah 2014 mahasiswa. Sampel dalam dalam penelitian ini adalah 299 mahasiswa yang menggunakan tabel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik random sampling.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala psikologis dengan model skala Likert untuk skala kebersyukuran (α = 0,857) dan skala Positive Affect Negative Affect Schedule untuk skala kesejahteraan subjektif (α = 0,964). Skala kebersyukuran didasarkan pada aspek-aspek kebersyukuran, yaitu mengenal nikmat, menerima nikmat, memuji Allah atas nikmat yang diberikan olehNya. Dan skala kesejahteraan subjektif didasarkan pada aspek afektif meliputi emosi positif dan negatif, aspek kognitif.

Teknik yang digunakan dalam analisis penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Dalam menganalisis data, peneliti menguji korelasi antar faktor yang bertujuan untuk membuktikan bahwa setiap faktor dalam instrumen kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif telah benar-benar mengungkap konstrak yang didefinisikan. Peneitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (0,5) sehingga apabila p < 0,05 maka hipotesis diterima, sedangkan jika p > 0,05 maka hipotesis tidak diterima. Proses analisis ini menggunakan perhitungan statistik komputer dengan software SPSS 20.0 for windows.

III. Hasil dan Pembahasan

Hasil uji normalitas pada output uji Kolmogrov – Sminorv menunjukkan variabel kesejahteraan subjektif sebesar 0,002 < 0,05, maka disimpulkan bahwa distribusinya tidak normal. Nilai sig variabel kebersyukuran yaitu 0,026 < 0,026 maka dikatakan bahwa ditribusinya tidak normal.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis

Correlations
Religiusitas SWB
Spearman's rho Kebersyukuran Correlation Coefficient 1.000 .093*
Sig. (2-tailed) . .017
N 300 300
KesejahteraanSubjektif Correlation Coefficient .093* 1.000
Sig. (2-tailed) .017 .
N 300 300
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisis tersebut diperoleh dari hasil koefisien korelasi rxy = 0,093 dengan signifikansi 0,017 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif, sehingga hipotesis ini dapat diterima.

Tabel 3. Standar Deviasi dan Mean

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KEBERSYUKURAN 300 131 216 186,24 18,220
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF 300 26 90 61,26 14,038
Valid N (listwise) 300

Diketahui pada skala kebersyukuran ditemukan nilai (µ) sebesar 186,24 dan standart deviasi (σ) sebesar 18,220. Pada skala ksejahteraan subjektif ditemukan nilai mean teoritik (µ) sebesar 61,26 dengan standar deviasi (σ) sebesar 14,038.

Tabel 4. Kategorisasi Skor Subjek

Kategori SkorSubjek
Kebersyukuran Kesejahteraan Subjektif
∑ Mahasiswa % ∑ Mahasiswa %
Sangat Rendah 6 2,0 20 6,7
Rendah 104 34,7 73 24,3
Sedang 94 31,3 135 45,0
Tinggi 77 25,7 39 13,0
Sangat Tinggi 19 6,3 33 11,0
Jumlah 300 100% 300 100%

Berdasarkan tabel kategorisasi skor subjek tersebut dalam skala kebersyukuran dapat ditarik kesimpulan bahwa, terdapat 6 mahasiswa yang mempunyai tingkat kebersyukuran sangat rendah, terdapat 104 mahasiswa yang mempunyai tingkat kebersyukuran rendah, terdapat 94 mahasiswa yang mempunyai tingkat kebersyukuran sedang, terdapat 77 mahasiswa yang mempunyai tingkat kebersyukuran tinggi, dan terdapat 19 mahasiswa yang mempunyai tingkat kebersyukuran sangat tinggi.

Kategorisasi skor subjek dalam skala kesejahteraan subjektif dapat ditarik kesimpulan terdapat 20 mahasiswa yang mempunyai kesejahteraan subjektif sangat rendah, terdapat 73 mahasiswa yang mempunyai kesejahteraan subjektif rendah, terdapat 135 mahasiswa yang mempunyai kesejahteraan subyektif sedang, terdapat 39 mahasiswa yang mempunyai kesejahteraan subyektif tinggi, dan terdapat 33 mahasiswa yang mempunyai kesejahteraan sangat tinggi.

Dari sub pembahasan kategorisasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki kebersyukuran cenderung rendah. Hal ini bisa dilihat pada tabel kategorisasi skor subyek yang mana presentase dan jumlah siswa bergerak dari sedang kerendah. Berbeda dengan kesejahteraan subyektif, yang mana Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mempunyai kesejahteraan subjektif cenderung sedang hal ini bisa dilihat dari presentase dan jumlah mahasiswa yang bergerak dari sedang menuju rendah.

  • Hasil Penelitian
  • Pembahahasan

Hasil menunjukkan terdapat hubungan menunjukkan koefisien korelasi 0,093 dengan taraf signifikansi 0,017 (lebih kecil dari 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kebersyukran dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukkan jika kebersyukuran semakin tinggi maka semakin tinggi juga kesejahteraan subjektif pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Hasil penelitan ini sama dengan penelitian yang sebelumnya [2] dengan judul Kebersyukuran dan Kesejahteran Subjektif pada Guru Sekolah Luar Biasa, yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif. Kebersyukuran yang dimiliki mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo berkisar sedang menuju sekitar 34,7%. Hal ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memiliki kebersyukuran tinggi sehingga kesejahteraan subjektif yang dialaminya berada kategori menuju sedang ke rendah sekitar 24,3%.

Terdapat perbadningan rxy korelasi dengan penelitian [8] hasil analisis product moment menunjukkan bahwa ada korelasi antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada pasien asma dalam kehidupan personalnya (r = 0,516). Hal ini berarti semakin tinggi kebersyukuran semakin tinggi kesejahteraan subjektif, semakin rendah kebersyukuran semakin rendah kesejahteraan subjektif dalam kehidupan personalnya. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang diajukan. Nilai koefisien determinan yang diperoleh dari hasil analisa data adalah 0,266, angka tersebut mengandung bahwa kebersyukuran memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan subjektf pada pasien asma dalam kehidupan personalnya sebesar 26,6%.

Pada hasil diatas peneliti menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar rxy 0,093 dengan signifikansi 0,017. Hal tersebut dapat diketahui pada nilai koefisien determinan berarti bahwa pengaruh kebersyukuran terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 0,6%.

Limitasi dari penelitian ini hanya menggali satu variabel X yaitu kebersyukuran. Metode penelitiannya hanya terbatas pada penelitian kuantitatif saja dan jenis analisis hanya terbatas menggunkana skor total setiap aspek dan tidak menjelaskan detail pengaruh per aspek antar variabel dan sampel hanya terbatas pada 1 fakultas saja.

IV. simpulan dan saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilaksanakan, maka bisa diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil koefisien korelasi rxy= 0,093 dengan taraf signifikan 0,017 < 0,05 yang berarti hipotesis pada penelitian ini bisa diterima. Semakin tinggi kebersyukuran maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif yang dimiliki oleh Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Sebaliknya apabila kebersyukuran yang dimiliki rendah, maka kesejahteraan subjektif juga akan rendah.

  • Simpulan
  • Saran

Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan rasa syukur mereka sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif pada diri mereka sehingga mahasiswa tersebut dapat membetengi diri dari dampak negatif kesejahteraan subyektif yang rendah dengan cara selalu mengucapkan syukur ketika mendapatkan kebahagiaan ataupun kesusahan.

Pentingnya bagi pihak universitas untuk menerapkan selalu rasa bersyukur merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif dengan salah satu cara selalu mengucap syukur dalam hati dan juga lisan.

  • Bagi Mahasiswa
  • Bagi Universitas
  • Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang berhubungan dengan kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif ialah topikyang baik untuk di teliti. Seperti yang sudah dibahas dalam penelitian ini bahwa kebersyukuran memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan subyektif. Namun masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subyektif yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Maka, untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk membuat penelitian tentang kesejahteraan subjektif bisa menggunakan variabel lain, misalnya religiusitas, dukungan sosial , atau variabel yang bisa mempengaruhi kesejahteraan subyektif. Serta memakai subyek penelitian lain yang lebih menarik.

v. Ucapan Terima Kasih

ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada keluarga dan teman-teman penulis yang senantias memberikan dukungan, do’a serta kasih sayang kepada penulis. Penulis sampaikan terimakasih juga kepada dosen pembimbing yang telah membimbing, meberikan banyak ilmu, solusi serta dukungan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Tak lupa penulis juga sampaikan terima kasih kepada responden yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membantu penelitian ini.

References

  1. M. N. Khuluq, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. 2017.
  2. M. Irsyad, S. N. Akbar, P. S. Psikologi, F. Kedokteran, and U. L. Mangkurat, “Asuhan Di Kota Martapura the Relationship Between Gratitude and Subjective Well-Being,” vol. 2, 2019.
  3. R. Ayudahlya and F. A. Kusumaningrum, “Kebersyukuran dan kesejahteraan subjektif pada guru sekolah luar biasa,” Psikologika J. Pemikir. dan Penelit. Psikol., vol. 24, no. 1, pp. 13–26, 2019.
  4. Khairudin, K., & Mukhlis, M. Peran Religiusitas dan Dukungan Sosial terhadap Subjective Well-Being pada Remaja. Jurnal Psikologi, 15(1), 85. (2019).
  5. Wibisono, M.”Hubungan Antara Kebersyukuran Dan Kesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa”, Skripsi [Online]. Universitas Islam Indonesia. (2017).
  6. T. Pridayati and E. Indrawati, “Hubungan antara forgiveness dan gratitude dengan psychological well-being pada remaja,” J. IKRA-ITH Hum., vol. 3, no. 3, pp. 197–206, 2019.
  7. Kusumawardhani D.A dan Sulistyani Rr, R, "Hubungan Antara Kebersyukuran dan Kesejahteraan Subektif Pada Pasien Asma". Naskah Publikasi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia 1-30 (2017).
  8. T. L. Ratnayanti and E. Wahyuningrum, “Hubungan Antara Gratitude Dengan Psychologi Calwellbeing Ibu Yang Memiliki Anak Tunagrahita Di Slb Negeri Salatiga,” Satya Widya, vol. 32, no. 2, p. 57, 2016.
  9. Astuti, Y. (2016). Subjective Well-Being Pada Remaja Dari Keluarga Broken Home. Jurnal Penelitian Humaniora, 17(2), 161.
  10. Kurnianita, N P, “Hubungan Rasa Syukur Dan Harga Diri Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil,” Universitas Surabaya, Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya, Vol.7, no. 1, (2018)
  11. Berlita, D. A, “Hubungan Antara Sikap Syukur Dengan Kesejahteraan Subjektif Siswa MAN Yogyakarta 1”, Skripsi [Online], Universitas Negeri Yoyakarta, (2014).