Financial performance is the company's ability to manage and control its resources, which is reflected in the financial statements proxied by ROA. Firm value is the level of success of the company in developing the company which is reflected in the share price proxied by PBV. The purpose of this study was to analyze the effect of the independence of the board of commissioners, audit committee, corporate social responsibility and free cash flow on financial performance and firm value. In this study, the population used is a food and beverage sub-sector manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014 – 2018 with a total sample of 11 companies. The results of this study show that the results of the independence of the board of commissioners and the audit committee have no significant effect on financial performance, while Corporate Social Responsibility and free cash flow have a significant effect on financial performance. Meanwhile, the independence of the board of commissioners and corporate social responsibility have a significant effect on firm value, while the audit committee and free cash flow have no effect on firm value.
Di era globalisasi saat ini, pasar modal menjadi incaran para investor yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan – perusahaan yang sudah go public dipasar modal Indonesia. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari para investor dalam menginvestasikan dananya adalah untuk mendapatkan pengembalian dana yang tinggi baik berupa capital gain atau berupa deviden yang akan dibagikan oleh pihak perusahaan kepada investor. Bahkan investor mengharapkan tingkat pengembalian yang relative tinggi atau relative tinggi untuk pengembalian setiap tahunnya. Hal ini yang menjadi tujuan utama manajem di perusahaan selalu menginginkan perusahaanya memperoleh laba yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan. Selain itu harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan tinggi dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan yang dapat dijadikan perospek perusahaan dimasa mendatang sehingga dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap keberhasilan perusahaan. Perusahaan saling berkompetisi dalam upaya meningkatkan daya saing dalam berbagai sektor untuk memperoleh laba semaksimal mungkin untuk menarik para investor untuk berinvestasi. Nilai perusahaan ini diproksikan dengan price book value (PBV) yang digunakan untuk mengukur apakah harga saham disuatu perusahaan dapat dikatakan mahal atau murah [1].
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan yang dapat memberikan informasi dan alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan dan sebagai indikator keberhasilan perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan perusahaan dan penentuan strategi perusahaan pada masa yang akan dating [2]. Laporan keuangan dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang andal dan bermanfaat bila laporan keuangan tersebut memiliki informasi mengenai posisi – posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Perusahaan manufaktur dengan sub sektor food and beverage menjadi salah satu sub sektor yang akan menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi yang akan memberikan pengembalian dana lebih tinggi atau minimal stabil pada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan food and beverage merupakan sektor penunjang perekenomian di Indonesia. Produk – produk yang dihasilkan oleh perusahaan langsung menyentuh kehidupan konsumen, sehingga semakin tinggi tingkat knsumsi masyarakat pada produk makanan dan minuman maka akan meningkatkan laba perusahaan yang akan berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan yang tercermin pada harga saham yang beredar pada pasar modal. Sehingga menjadika sub sektor ini menjadi bagian terpenting yang menjadi prioritad pemerintah dalam mendorong industry sebagai penggerak ekonomi nasional [3].
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian purposive sampling dimana pengambilan sampel perusahaan berdasarkan penilaian peneliti sendiri untuk menentukan anggota populasi dan sampel yang berpartisipasi dalam penelitian [4].
Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sendiri kriteria sampel yang akan diteliti.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada galeri BEI UMSIDA yang terletak di. Jl. Mojopahit No. 666B, Kec. Sidoarjo, Jawa Timur 61217.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia tahun2014 – 2018 pada sub sektor food and beverage tahun 2014 – 2018 dengan jumlah populasi sebanyak 15 perusahaan.
Dalam penelitian ini sampel ditetapkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut berikut :
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif karena data yang akan diperoleh berupa angka, dari angka yang dihasilkan akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dibursa efek indonesia pada tahun 2014 – 2018 [5].
Teknik Pengumpulan Data
A. Studi dokumentasi
Dengan melihat atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat sendiri oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subyek. Data yang dikumpulkan didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan pada bursa efek indonesia periode 2014 – 2018.
B. Studi pustaka
Metode pengumpulan data menggunakan literatur yang berhubungan dengan penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai avuan untuk pengujian hipotesis dan model analisis.
Teknik Analisis
Pada penelitian ini, peneliti menggunkan teknik analisis uji asumsi klasik, statistik deskriptif, linier berganda dan uji parsial dengan bantuan software untuk sistem operasi yang bernama SPSS (Statistical Programfor Social Science) versi 25.
Hasil
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
Independensi Dewan Komisaris | 55 | .333 | .571 | .37236 | .066573 |
Komite Audit | 55 | 3.000 | 4.000 | 3.05455 | .229184 |
Corporate Social Responsibility | 55 | .013 | .532 | .24742 | .133047 |
Free Cash Flow | 55 | -1.877 | 9.165 | .52047 | 1.506968 |
Kinerja Keuangan (Y1) | 55 | -.070 | .830 | .14236 | .146072 |
Valid N (listwise) | 55 |
Hasil ouput dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPPS menunjukan nilai minimum, maximum, mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel dengan variabel terikat pertama yaitu Kinerja Keuangan (KK), diketahui sebagai berikut:
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
Independensi Dewan Komisaris | 55 | .333 | .571 | .37236 | .066573 |
Komite Audit | 55 | 3.000 | 4.000 | 3.05455 | .229184 |
Corporate Social Responsibility | 55 | .013 | .532 | .24742 | .133047 |
Free Cash Flow | 55 | -1.877 | 9.165 | .52047 | 1.506968 |
Nilai Perusahaan (Y2) | 55 | .013 | 30.168 | 5.33685 | 7.046574 |
Valid N (listwise) | 55 |
Hasil ouput dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPPS menunjukan nilai minimum, maximum, mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel dengan variabel terikat kedua yaitu Nilai Perusahaan (Y2), diketahui sebagai berikut:
Uji Multikolinearitas
Coefficients a | ||||
Model | Collinearity Statistics | |||
Tolerance | VIF | |||
1 | Independensi Dewan Komisaris | .780 | 1.283 | |
Komite Audit | .779 | 1.284 | ||
Corporate Social Responsibility | .885 | 1.131 | ||
Free Cash Flow | .970 | 1.031 | ||
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan (Y1) |
Berdasarkan tabel 3 pada variabel dependen pertama yaitu Kinerja Keuangan (Y1) diperoleh output bahwa nilai VIF dari variabel independent dewan komisaris (X1) = 1,283 < 10, komite audit = 2,284 < 10, corporate social responsibility = 1,131 < 10, free cash flow = 1,031 < 10. Dari seluruh variabel nilai VIF lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data diatas tidak terjadi multikolinearitas.
Coefficients a | |||
Model | Collinearity Statistics | ||
Tolerance | VIF | ||
1 | Independensi Dewan Komisaris | .780 | 1.283 |
Komite Audit | .779 | 1.284 | |
Corporate Social Responsibility | .885 | 1.131 | |
Free Cash Flow | .970 | 1.031 | |
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y2) |
Berdasarkan tabel 4 pada variabel dependen pertama yaitu Nilai Perusahaan (Y2) diperoleh output bahwa nilai VIF dari variabel independent dewan komisaris (X1) = 1,459 < 10, komite audit = 2,039 < 10, corporate social responsibility = 1,570 < 10, free cash flow = 1,038 < 10. Dari seluruh variabel nilai VIF lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data diatas tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Model Summary b | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .719a | .517 | .479 | .105455 | 1.410 |
a. Predictors: (Constant), Free Cash Flow , Corporate Social Responsibility, Independensi Dewan Komisaris , Komite Audit | |||||
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan (Y1) |
Berdasarkan tabel uji autokorelasi diatas diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,410. Nilai DW berada diantara -2 sampai dengan 2. Nilai DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2, atau dapat dinotasikan -2 < 1,410 < 2 maka data tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Model Summary b | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .857a | .734 | .713 | 3.778092 | 1.206 |
a. Predictors: (Constant), Free Cash Flow, Corporate Social Responsibility, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit | |||||
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y2) |
Berdasarkan tabel uji autokorelasi diatas diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,206. Nilai tersebut berada diantara -2 sampai dengan 2. Nilai DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2, atau dapat dinotasikan dengan -2 < 1,206 < 2 maka data tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .509 | .195 | 2.604 | .012 | |
Independensi Dewan Komisaris | -.291 | .244 | -.133 | -1.194 | .238 | |
Komite Audit | -.115 | .071 | -.180 | -1.620 | .112 | |
Corporate Social Responsibility | .232 | .115 | .211 | 2.022 | .049 | |
Free Cash Flow | .069 | .010 | .708 | 7.100 | .000 | |
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan (Y1) |
Dari data diatas diperoleh persamaan regresi linar berganda variabel Y1 bebagai berikut:
KK = α + β₁IDK + β₂KA + β₃CSR + β₄FCF + ɛ
Kk = 0,509 – 0,291 IDK – 0,115 KA + 0,232 CSR + 0,069 FCF + ɛ
(1)
Persamaan regresi linear berganda diatas dapat diartikan sebagai berikut:
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | -31.125 | 7.002 | -4.445 | .000 | |
Independensi Dewan Komisaris | 59.121 | 8.747 | .559 | 6.759 | .000 | |
Komite Audit | 2.798 | 2.542 | .091 | 1.101 | .276 | |
Corporate Social Responsibility | 23.239 | 4.109 | .439 | 5.656 | .000 | |
Free Cash Flow | .288 | .346 | .062 | .831 | .410 | |
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y2) |
Dari data diatas diperoleh persamaan regresi linar berganda variabel Y2 bebagai berikut:
NP = α + β₁IDK + β₂KA + β₃CSR + β₄FCF + ɛ
NP = -31,125 + 59,121 IDK + 2,798 KA + 23,239 CSR + 0,288 FCF + ɛ
(2)
Persamaan regresi linear berganda tersebut dapat diartikan bahwa:
Uji Hipotesis
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .509 | .195 | 2.604 | .012 | |
Independensi Dewan Komisaris | -.291 | .244 | -.133 | -1.194 | .238 | |
Komite Audit | -.115 | .071 | -.180 | -1.620 | .112 | |
Corporate Social Responsibility | .232 | .115 | .211 | 2.022 | .049 | |
Free Cash Flow | .069 | .010 | .708 | 7.100 | .000 | |
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan (Y1) |
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :
Variabel Independensi Dewan Komisaris
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) diporeleh nilai t hitung sebesar -1,194 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,051. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -1,194 < 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,238 > 0,05 yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Maka variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Keuangan (Y1).
Variabel Komite Audit (X2)
Sesuai dengan hasil perhitunan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Komite Audit (X2) diperoleh t hitung sebesar -1,620 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,112. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -1,620 < 2,67995 dengan nilai signifikan 0,112 > 0,05 yang artinya Ha ditolak dan Ho diterima. Maka variabel Komite Audit (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan (Y1).
Variabel Corporate Social Responsibility (X3)
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Corporate Social Responsibility (X3) diperoleh t hitung sebesar 2,022 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu 2,022 < 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,049 > 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Maka variabel Corporate Social Responsibility (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan (Y1).
Variabel Free Cash Flow (X4)
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Free Cash Flow (X4) diperoleh t hitung sebesar 7,100 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 7,100 > 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Maka variabel Free Cash Flow (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan (Y1).
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | -31.125 | 7.002 | -4.445 | .000 | |
Independensi Dewan Komisaris | 59.121 | 8.747 | .559 | 6.759 | .000 | |
Komite Audit | 2.798 | 2.542 | .091 | 1.101 | .276 | |
Corporate Social Responsibility | 23.239 | 4.109 | .439 | 5.656 | .000 | |
Free Cash Flow | .288 | .346 | .062 | .831 | .410 | |
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y2) |
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
Variabel Indepensi Dewan Komisaris (X1)
Sesuai dengan hasil perhitugan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) diperoleh T hitung sebesar 6,759 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6,759 > 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Maka variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan (Y2).
Variabel Komite Audit (X2)
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Komite Audit (X2) diperoleh t hitung sebesar 1,101 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,276. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu 1,101 < 2,67995 dengan nilai signifikan 0,276 > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Maka variabel Komite Audit (X2) Tidak Berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan (Y2).
Varibel Corporate Social Responsibility (X3)
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Corporate Social Responsibility (X3) diperoleh t hitung sebesar 5,656 dan nilai t tabel sebesar 2,67995 dengan nilai sigsifikan sebesar 0,000. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5,656 > 2,67995 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Maka variabel Corporate Social Responsibility (X3) Berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan (Y2).
Variabel Free cash flow (X4)
Sesuai dengan hasil perhitungan T yang dilakukan dengan bantuan SPSS diatas, variabel Free Cash Flow (X4) diperoleh t hitung sebesar 0,831 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,410. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu 0,831 < 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,410 > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Maka variabel Free Cash Flow (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan (Y2)
Model Summary b | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .719a | .517 | .479 | .105455 |
a. Predictors: (Constant), Free Cash Flow , Corporate Social Responsibility, Independensi Dewan Komisaris , Komite Audit | ||||
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan (Y1) |
Dari data diatas hasil analisis determinasi berganda diketahui persentase pengaruh variabel bebas yang ditunjukan dengan nilai R-Square adalah 0.517, maka koefisien determinasi berganda 0.517 x 100% = 51,7% dan sisanya 100% - 51,7% = 48,3%%, hal ini berarti naik turunya variabel terikat yaitu kinerja keuangan (Y1) dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu independensi dewan komisaris, komite audit, corporate social responsibility dan free cash flow sebesar 51,7%. Sedangkan sisanya sebesar 48,3% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini
Model Summary b | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .857a | .734 | .713 | 3.778092 |
a. Predictors: (Constant), Free Cash Flow , Corporate Social Responsibility , Independensi Dewan Komisaris , Komite Audit | ||||
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y2) |
Dari data diatas hasil analisis determinasi berganda diketahui persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukan dengan nilai R-Square adalah 0.781 maka koefisien determinasi berganda 0.734 x 100% = 73,4% dan sisanya 100% - 73,4% = 26,6%, hal ini berarti naik turunya variabel terikat yaitu nilai perusahaan (Y2) dipengaruhi oleh independensi dewan komisaris, komite audit, corporate social responsibility dan free cash flow sebesar 73,4%. Sedangkan sisanya sebesar 26,6% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pembahasan
H1: Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuan SPSS, variabel Independensi Dewan Komisaris(X1) diperoleh nilai T hitung sebesar -1,194 dan T tbel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,238. karena nilai T hitung lebih kecil dari T tabel yaitu -1,194 < 2,67995 dengan tingkat signifikan 0.238 > 0.05 maka variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Y1). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa independensi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [6] yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpegaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Jumlah komisaris indepeden yang relative kecil sehingga kurang memaksimalkan pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan dan kurang mampu untuk mencegah terjadinya kecurangan yang dapat merugikan perusahaan sehingga akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Terbukti dari sampel perusahaan yang diteliti mayoritas hanya memiliki 1 komisaris independen. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya tugas dan fungsi sehingga dapat menurunkan kinerja keuangan dan akan meningkatkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [7] dan [8] yang menyatakan bahwa komisaris independent tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
H2: Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Nilai Perusahaan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuann SPSS, variabel Independensi Dewan Komisaris (X1) diperoleh nilai T hitung sebesar 6,759 dan T tabel sebesar 2.67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. karena nilai T hitung lebih besar dari nilai T tabel yaitu 6,759 > 2.67995 dengan tingkat signifikaan 0.000 < 0.05 maka variabel independensi dewan komisaris (X1) berpengarh terhadap Nilai Perusahaan (Y2). Hal ini menunjukan bahwa komisaris independent memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung dengan penelitian [9] yang menyatakan bahwa independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Komisaris independen mampu dalam melakukan pengawasan terhadap masalah yang terjadi antar pemegang kepentingan dalam melakukan tindakan kecurangan. Komisaris independen dianggap mampu untuk menjaga sikap independen yang tidak terpengaruh dari segala sisi. Komisaris independen mampu membawa sikap yang independen yang terfokus pada kepentingan perusahaan yang tidak terbatas terhadap para pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham minoritas maupun asing sehingga mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan juga didorong oleh jumlah komisaris independen semakin besar proporsi dewan komisaris independen maka tingkat pengawasan secara indepeden akan semakin ketat dan kinerja perusahaan akan semakin baik dan terhindar dari tindakan kecurangan. Sehingga mendorong peningkatan nilai perusahaan. [10] Jumlah dewan komisaris yang lebih banyak dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena komisaris dapat berkontribusi lebih banyak untuk mengurangi konflik antar agen dan prisipal sehingga akan meningkatkan nilai saham dan saham yang beredar. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitiann [11] dan [12] yang menyatakan bahawa independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H3: Pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuan SPSS variabel Komite Audit (X2) diperoleh nilai T hitung sebesar -1,620 dan T tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,112. karena nilai T hitung lebih kecil dari T tabel yaitu -1,620 < 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,112 > 0,05 maka variabel Komite Audit (X2) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Y1). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian [13] menyatakan jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. OJK No. 55/PJOK.04/2015 Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite audit, yang terdiri dari paling sedikit 3 orang anggota yang berasal dari Komisaris independen dan pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik yang dipimpin oleh Komisaris Independen. Dalam penelitian ini kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah komite audit. Jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap fungsi komite audit dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan standar yang berlaku. Jumlah komite audit tidak menjamin optimalnya komite audit dalam melakukan fungsi pengawasan, pengendalian dalam meningkatkan kualitas pelaporan keuangan akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan. laporan keuangan yang baik tergantung oleh kemampuan dan kerja sama antar anggota. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian [14] yang menyatakan jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
H4: Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuan SPSS, variabel Komite Audit (X2) diperoleh nilai T hitung sebesar 1,101 dan nilai T tabel sebesar 2.67995 dengan tingkat signikfikan sebesar 0,276. karena nilai T hitung lebih kecil dari nilai T tabel yaitu 1,101 < 2,67995 dengan nilai signifikan sebesar 0,276 > 0.05 maka variabel Komite Audit (X2) tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Y2). Kurang optimalnya fungsi pengawasan dan pengendalian akan mengakibatkan pertanggungjawaban manajemen perusahaan tidak trasnparan yang mengakibatkan menurunya kepercayaan investor sehingga tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan.
H5: Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yangj dilakukan dengan bantuan SPSS, variabel Corporate Social Responsibility (X3) diperoleh nilai T hitung 2,022 dan nilai T tabel sebesar 2.67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049. karena nilai T hitung lebih kecil dari nilai T tabel yaitu 2,022 < 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049 < 0.05 maka variabel Corporate Social Responsibility (X3) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Y1). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [15] yang menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan dilaksakannya CSR ini akan cenderung menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Bagi investor dengan melakukan aktivitas CSR dapat meningkatkan laba perusahaan yang signifikan dibandingkan dengan tidak melakukan aktivitas CSR sehingga kedepannya perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangannya. Dengan melakukan CSR akan menyebabkan pengeluaran biaya yang relative besar sehingga menyebabkan pengeluaran yang dilakukan perusahaan relative besar yang akan berdampak pada laba yang diperoleh perusahaan. Walaupun pengeluaran biaya yang relative besar hal tersebut akan mampu menaikan citra perusahaan dimasyarakat yang akan meningkatkan loyalitas terhadap produk perusahaan. Meningkatnya loyalitas masyarakat akan berdampak pada laba perusahaan yang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [16] yang menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
H6: Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji t yang dilakukan dengan bantuan SPSS variabel Corporate Social Responsibility (X3) diperoleh t hitung 5,656 dan t tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 5,656 > 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka variabel Corporate Social Responsibility (X3) berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Y2). Hasil ini didukung oleh penelitian [17] yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan akan encipkatan hubungan dengan masyarakat menjadi baik, mengurangi pencemaran lingkungan sehingga loyalitas masyarakat terhadap perusahaan meningkat sehingga terciptanya citra baik perusahaan. Dengan citra baik perusahaan ini akan menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan karena semakin baiknya citra perusahaan maka semakin tinggi loyalitas konsumen sehingga akan menjaga tingkat penjualan dalam waktu yang lama. Penjualan yang membaik maka profitabilitas dan nilai saham akan meningkat dan berdampak pada nilai perusahaan.
H7: Pengaruh Free Cash Flow terhadap kinerja keuangan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuan SPSS, variabel Free Cash Flow (X4) diperoleh nilai T hitung sebesar 7,100 dan T tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000. karena nilai T hitung lebih besar dari T tabel yaitu 7,100 > 2,67995 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05 maka variabel Free Cash Flow (X4) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Y1). Semakin tinggi nilai Free Cash Flow mengakibatkan kinerja keuangan meningkat. menajemen perusahaan tidak membagikan free cash flow sebagai deviden kepada para pemegang saham. Kas yang tersisa tersebut digunakan oleh manajemen perusahaan untuk berinvestasi pada asset tetap dan modal kerja sehingga meningkatkan kinerja keuangan karena terdapat penambahan modal. Dengan meningkatnya kinerja keuangan dengan tersedianya Free Cash Flow yang baik maka manajemen perusahaan berhasil dalam mengelola sumber daya keuangan yang tersedia untuk mengembangkan perusahaan.
H8: Pengaruh Free Cash Flow terhadap nilai perusahaan
Sesuai dengan hasil perhitungan Uji T yang dilakukan dengan bantuann SPSS, variabel Free Cash Flow (X4) diperoleh nilai T hitung sebesar 0,831 dan T tabel sebesar 2,67995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,410. karena nilai T hitung lebih kecil dari nilai T tabel yaitu 0,831 < 2.67995 dengan tingkat signifikaan 0,410 > 0.05 maka variabel Free Cash Flow (X4) tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Y2). semakin tingginya nilai free cash flow akan memicu kekhawatiran pemegang saham karena ketersediaan free cash flow yang tinggi diperusahaan akan dipergunakan oleh manajer untui melakukan Tindakan oportunistik untuk memperkaya diri sendiri. Ketika perusahaan memiliki nilai free cash flow yang tinggi akan tetapoi tidak ada proyek yang menguntungkan maka akan muncul kecenderungan manajemen perusahaan melakukan kegiatan penyelaguaan. Penyelagunaan yang cenderung akan dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah melakukan alokasi sumberdaya yang tidak efisien dan adanya perilaku – perilaku yang konsumtif secara berlebih sehingga tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dan membebani pemegang saham. Para pemegang saham sendiri menginginkan free cash flow dialokasikan menjadi deviden yang dibagikan daripada dialokasikan terhadap proyek yang kurang memaksimalkan laba perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan pembahasan hasil yang dilakukan didalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa independensi dewan komisaris, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan corporate social responsibility dan free cash flow berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Kemudian pada nilai perusahaan independensi dewan komisaris dan corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan komite audit dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.