Abstract
This study aims to determine the effect of SBI interest rates, Rupiah Exchange Rates, and inflation on the net asset value of equity funds in Indonesia for the 2015-2018 period. This study uses a quantitative approach with analysis tests using multiple linear regression tests, where there are three independent variables and one dependent variable. The type of data in this study uses secondary data, in the form of data taken from the official website of Bank Indonesia. The research sample was determined by purposive sampling method with sample criteria so that it obttained 9 samples of mutual fund products over four years from 2015-2018 so as many as 36 samples of Mutual Fund Products. Based on the results of analysis technique that have been done, the results of 3 independent variables show that the exchange rate of the rupiah and inflation have no effect the net asset value of mutual fund shares, while the value of SBI interest rates effect the net asset value of stock mutual funds.
I. Pendahuluan
Investasi merupakan sebuah komitmen terhadap sejumlah dana maupun sumber daya lainya yang dilakukan pada masa ini, investasi ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Kambono & Marpaung, 2020). Pada umumnya ada dua jenis investasi, yang pertama adalah investasi terhadap aset finansial dan yang kedua yaitu investasi terhadap aset rill. Seiring dengan perkembangan zaman, kini investasi semakin canggih, calon investor dapat dengan mudah mengakses data – data yang diperlukan melalui website resmi yang terpercaya (Hidayat, Muktiadji, & Supriadi, 2019).
Investasi yang sedang digemari pelaku bisnis akhir – akhir yaitu invetasi pada asset finansial, investasi ini digemari lantaran tidak rumit dan likuid (mudah dicairkan). Jenis investasi yang paling digemari di situs online terpercaya yaitu investasi reksa dana. Reksa dana adalah salah satu alternatif bagi para masyarakat pemodal, khususnya pemodal berskala kecil maupun pemodal yang kurang memiliki waktu serta keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa dana dirancang sedemikian rupa sebagai wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai kemauan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu serta pengetahuan yang terbatas (Wulandari, 2020).
Terdapat 4 jenis reksa dana di Indonesia yaitu :
- Reksa dana pendapatan tetap
- Reksa dana pasar uang
- Reksa dana campuran
- Reksa dana saham
Jenis reksa dana yang paling diminati masyarakat di Indonesia yaitu reksa dana saham, seperti yang dikutip dalam situs resmi www.bareksa.com , reksa dana jenis saham selalu memimpin dalam hal dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih dibandingkan jenis reksadana yang lain (Saputri & Ismanto, 2020).
Seperti gambar diatas, Nilai Aktiva Bersih Reksadana saham selalu memimpin pada tahun 2017, dan tahun 2018 di bulan Juli dan Agustus, nilai aktiva bersih ini menunjukkan banyaknya masyarakat minat yang menaruh kepercayaan untuk menginvestasikan sebagian uangnya untuk setiap jenis reksa dana. Dan reksa dana saham lah yang memiliki Nilai Aktiva Bersih tertinggi, oleh karena itu Reksa dana saham paling diminati masyarakat di Indonesia (Saputri & Ismanto, 2020).
Banyak situs online yang dapat kita akses untuk berinvestasi jual beli reksadana diantaranya yaitu :
- PT. DIM (danareksa investment management)
- POEMS (Philips securities Indonesia)
- IndoPermier
- Bareksa dll
Situs diatas merupakan situs resmi yang mempunyai kelebihan dan keurangan masing masing, baik dari informasi tentang reksa dana yang disajikan, macam produk reksa dana dll. Namun pada penelitian ini, penulis mengambil sampel reksadana dari situs Bareksa. Hal ini dikarenakan bareksa merupakan situs jual beli reksadana online yang terlengkap, informasi yang disajikan tentang reksadana pun dapat mudah diakses, dan dapat dibandingkan dengan reksadana yang lainya, baik sejenis maupun tidak sejenis.
Bareksa merupakan marketplace reksadana online terintegrasi pertama di Indonesia yang bernaung di PT. Bareksa Portal Investasi yang didirikan pada tanggal 17 Februari 2013 (Hermawan & Wiagustini, 2016). Meskipun tergolong situs baru, namun bareksa sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dikarenakan belum ada penelitian sebelumnya yang mengambil sampel nya dari situs ini, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil sampel dari situs ini, serta karena penelitian sebelumnya banyak yang mengambil sampel reksa dana berbentuk syariah, penulis memutuskan untuk meneliti reksa dana konvensional.
Ketika para pelaku bisnis akan melakukan investasi pada reksa dana, sebaiknya melihat baik buruknya reksadana tersebut, pada umumnya masyarakat atau calon investor yang kurang memiliki waktu atau ilmu untuk menghitung baik buruknya reksa dana, biasanya menilai baik buruknya reksa dana dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Unit Penyertaan (UP) reksa dana tersebut (Dja’akum, 2014). Suatu reksa dana dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memiliki NAB yang tinggi, karena NAB merupakan suatu simbol kepercayaan para investor terhadap Manager Investasi pengelola reksa dana tersebut, reksa dana yang memiliki NAB yang tinggi akan dianggap lebih bagus dan lebih bisa dalam mengelola dana yang di investasikan (Sepdiana, 2019).
Baik buruknya suatu investasi tentu tidak terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, faktor – faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap NAB reksa dana adalah suku bunga SBI (Bi Rate), nilai tukar rupiah (Kurs), serta inflasi dalam negeri (IDX, 2020). Faktor – faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan terhadap NAB reksadana saham. suku bunga SBI (Bi Rate) berpengaruh terhadap NAB reksadana saham, hal ini sesuai dengan teori di mana saat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) naik, investor akan cenderung mengivestasikan dananya kepada perbankan dalam bentuk tabungan atau deposito karena memilik return yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga Bank Indonesia (BI rate) turun, maka investor akan mengalihkan dana yang dimilikinya kepada investasi yang memiliki return lebih tinggi daripada perbankan. Hal ini mengakibatkan permintaan pada efek meningkat sehingga dapat meningkatkan NAB reksa dana (Darmayanti, Suryantini, Rahyuda, & Dewi, 2018).
Nilai tukar rupiah (kurs) juga memiliki pengaruh terhadap NAB reksa dana (D. Hermawan & Wiagustini, 2016). Hal ini dikarenakan kurs yang meningkat sangat dipengaruhi oleh perekonomian suatu negara yang membaik yang ditandai dengan menigkatnya nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang asing, maka daya beli masyrakat akan meningkat sehingga hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan pasar modal seperti reksa dana. Inflasi memiliki pengaruh terhadap NAB reksa dana hal ini dikarenakan perkembangan reksa dana sangat dipengaruhi oleh biaya-biaya yang harus dibayarkan, biaya tersebut tentunya dipengaruhi oleh tingkat inflasi, dimana tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan biaya biaya sehingga hasil investasi yang akan didapat menurun. Oleh karena itu sangat penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh faktor – faktor tersebut, supaya para pelaku investasi terutama yang melakukan investasi pada reksa dana saham dapat mengambil keputusan investasi yang lebih tepat ataupun melakukan antisipasi lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang signifikan terhadap faktor faktor tersebut (Saputri & Ismanto, 2020).
Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan yang berguna untuk mengetahui hasil temuan yang jika diterapkan pada kondisi lingkungan dan waktu yang berbeda, karena dalam fenomena di atas dan juga penelitian terdahulu masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten. Maka dari itu dalam penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Sahamdengan menggunakan periode waktu dan obyek yang berbeda dari penelitian sebelumnya , sehingga akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula dengan penelitian terdahulu.
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji Pengaruh Suku Bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan Inflasi Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham di Indonesia periode 2015-2018. Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian terdahulu mengenai Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham yang pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variable Pengaruh Suku Bunga SBI, nilai tukar rupiah, Inflasi dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya . Perbedaannya pada populasi, waktu dan sampel yang digunakan yaitu Perusahaan Perbankan di Indonesia Periode 2015-2018. Dari uraian latar belakang diatas, peneliti mengambil judul “Pengaruh Suku Bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan Inflasi Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham di Indonesia periode 2015-2018”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Apakah suku bunga SBI berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham di indonesia periode 2015 – 2018 ?
- Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham di indonesia periode 2015 – 2018 ?
- Apakah inflasi berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham di indonesia periode 2015 – 2018 ?
II . Metode
Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk melihat pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrrumen penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipitesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017b).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di website marketplace reksadana online yaitu www.bareksa.com . Website ini digunakan untuk mengetahui data reksadana saham perusahaan perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian. Dan untuk mengetahui data mengenai suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar dan inflasi pada penelitian ini mengambil data dari website resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Data yang diambil yaitu data yang diperlukan dalam penelitian selama kurun waktu 2015 sampai 2018.
Definisi Operasional, identifikasi variabel dan indikator variabel
Berdasarkan penjelasan diatas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Merupakan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank’ Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan system diskonto/bunga (Hayuningtyas et al., 2020). Dalam penelitian ini digunakan tingkat bunga pasar uang yang dicerminkan oleh tingkat suku bunga 1 bulan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Data suku bunga sertifikat bank indonesia (SBI) yang digunakan adalah data bulanan pada periode tahun 2015-2018 (Rifky, 2020).
Nilai tukar rupiah atau kurs merupakan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainya, nilai tukar bisanya digunakan dalam transaksi yang melibatkan dua negara atau lebih (Fahmi, 2019). Dalam penelitian ini menggunakan kurs tengah terhadap dollar AS. Data nilai tukar rupiah yang digunakan adalah data bulanan pada periode 2015-2018.
Inflasi adalah kecenderunga dari harga – harga untuk naik secara umum dan terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Indeks harga konsumen adalah ukuran tingkat harga sebagai indkator inflasi (Prasetyo & Widiyanto, 2019). IHK dihitung setiap bulan berdasar perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga di seluruh indonesia. Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi bulanan pada periode 2015-2018.
- Suku Bunga SBI (X1)
- Nilai Tukar Rupiah (X2)
- Inflasi (X3)
- Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham (Y)
Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya- biaya operasional kemudian dibagi dengan jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar yang dimiliki investor pada saat tertentu (Syukriah et al., 2017).
- Variabel independent atau variabel bebas (X) yaitu variabel yang memiliki hubungan dengan variabel lain bertindak sebagai indikator penyebab atau yang mempengaruhi variabel yang lainya. Maka variabel indeoendent dari penelitian ini terdiri dari : suku bunga SBI (X1), nilai tukar rupiah (X2) dan inflasi (X3).
- Variabel dependent atau variabel terikat (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas. Didalam penelitian ini variebl dependent yangi digunakan yaitu Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham.
Berdasarkan definisi operasional dan pengukuran variabel yang telah diuraikan sebelumnya maka indikator variabel dapat diejlaskan pada label sebagai berikut :
Tabel 3.5
Indikator Variabel
No. | Variabel | Definisi Variabel | Indikator | Sumber |
1. | suku bunga SBI | merupakan suku bunga yang ditetapkan oleh bank indoensia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto/bunga. | Suku Bunga SBI periode bulanan diambil dari website resmi bank Indonesia, yang dilaporkan setiap 1 bulan sekali. | (Yazid, 2018) |
2. | Nilai tukar rupiah | Nilai tukar rupiah (kurs) merupakan harga suatu uang relative terhadap mata uang negara lain. Kurs yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kurs tengah. | kurs tengah = | (Qudratullah, 2020) |
3. | Inflasi | kenaikan tingkat harga - harga umum secara terus menerus yang mempengaruhi individu, perusahaan maupun pemerintah | INF = x100% | (D. Hermawan & Wiagustini, 2016) |
44444.4. | Nilai Aktiva Bersih Reksa dana | NAB per Unit adalah nilai asset yang dikelola dari suatu reksa dana setelah dikurangi biaya- biaya operasional kemudian dibagi dengan jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar yang dimiliki investor pada saat tertentu. | NABt= | (Saputri & Ismanto, 2020) |
- Indikator Variabel
- Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti ini untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (S. Hermawan & Amirullah, 2016). Dalam penelitian ini populasi diambil adalah reksadana yang terdaftar pada Bareksa dan aktif dalam penelitian periode 2015-2018.
Sedangkan sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian (S. Hermawan & Amirullah, 2016). Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau karakteristik tertentu.
Kriteria dari pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
- Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2018.
- Menyajikan laporan tahunan pada tahun 2015-2018.
- Memiliki informasi tentang suku bunga SBI (X1), nilai tukar rupiah (X2) dan inflasi (X3)dan Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham (Y).
Tabel 3.6
Pemilihan Sampel
Keterangan | Jumlah Perusahaan |
Jumlah populasi perusahaan Reksadana | 14 |
Tidak menyajikan laporan keuangan tahunan periode 2015-2018 Tidak memiliki informasi tentang suku bunga SBI (X1), nilai tukar rupiah (X2) dan inflasi (X3) dan Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham (Y).Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian | (5)(0)9 |
Jumlah observasi 9 perusahaan x 4 tahun | 36 |
Tabel 3.7
Sampel penelitian
NO | Reksadana Saham | Bank Kustodian | Status |
1 | Schroder Dana Prestasi Plus | Deutsche Bank AG | Aktif |
2 | Schroder Dana Prestasi | Citibank N.A | Aktif |
3 | Schroder Dana Istimewa | The Hongkong And Shanghai Banking Corporation | Aktif |
4 | Schroder 90 Plus Equity Fund | Citibank N.A | Aktif |
5 | Manulife Dana Saham | Citibank N.A | Aktif |
6 | Batavia Dana Saham | Deutsche Bank AG | Aktif |
7 | BNP Paribas Pesona | Deutsche Bank AG | Aktif |
8 | BNP Paribas Infrasruktur Plus | Citibank N.A | Aktif |
9 | BNP Paribas Ekuitas | Citibank N.A | Aktif |
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung, melainkan melalui sumber data diluar objek penelitian, antara lain sumber dari :
Tabel 3.8
Jenis dan sumber data
Sumber | Data yang diperoleh | Periode |
Produk reksa dana saham | 2015-2018 | |
Suku Bunga SBI | 2015-2018 | |
Nilai tukar rupiah | 2015-2018 | |
www.bi.go.id | Inflasi | 2015-2018 |
Sesuai data yang digunakan yaitu data sekunder dan menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan sampelnya maka penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu mencatat atau mengkopi data yang tercantum dalam untuk data reks adana tahun 2015-2018. Untuk mencatat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah serta inflasi pada situs www.bi.go.id periode 2015-2018.
- Jenis dan sumber data
- Teknik pengumpulan data
- Teknik analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, namun sebelum menganalisis menggunakan analisis linier berganda, data harus melalui tahap uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, serta analisis koefisien determinasi terlebih dahulu. model statistik analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk menguji hipotesis yang menduga adanya variabel pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat beik secara simultan, dalam penelitian ini penulis menggunakan statistic parametric dan dibantu dengan program SPSS 18, untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan terbebas dari berbagai asumsi, maka model regresi linier berganda yang cocok untuk digunakan (Sugiyono, 2017a). Yaitu:
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 +b 3 X 3 +e
Keterangan :
Y = Nilai Aktiva Bersih reksa dana saham
a = konstanta
X1 = Suku bunga SBI
X2 = Jumlah uang yang beredar
X3 = Inflasi
b = koefisien regresi
Sebelum menganalisis menggunakan uji regresi berganda, terdapat beberapa syarat pengujian :
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian yang berguna untuk menguji generalisasi hasil penelitian dari suatu sampel (Sekaran & Bogie, 2017). Mean, mediasi, maksimum dan minimum yang secara konseptual akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca.
- Uji statistik deskriptif
- Uji asumsi klasik
Syarat dalam parametric yaitu ditribusi data harus normal. Pengujian menggunakan uji kolmogrov-smirnov untuk mengetahui apakah distribusi data pada setiap variable normal atau tidak. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika dignifikasi > 0.05 maka data distribusi normal, dan jika signifikasi <0.05 maka data tidak distribusi normal.
Mutikoleniaritas adalah keadaan dimana antara dua vaiabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak terjadinya multikoleniaritas.
Heteroskidasitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varial dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak terjadinya heteroskidasitas.
- Uji normalitas
- Uji multikoleniaritas
- Uji heteroskedasitas
- Uji autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak terjadi autokorelasi.
Analisis ini digunakan sebagai ukuran sberapa besar variabel independent mempengaruhi variabel dependent . semakin besar jumlah koenfisien determinasi didalam suatu penelitian akan menunjukkan kekuatan masing masing variabel (Basuki, 2019). Seberapa baik garis regresi mencocokan data juga menggunakan koenfisien determinasi (Tatang, Moeljadi, & Elok, 2018). Nilai R2 yang berada pada nilai 0-1. Kemapuan variabel indpendent menjelaskan variasi variabel amat terbatas apabila nilai yang diperoleh kecil. Senaliknya, variabel independent mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependent apabila nilai mendekati 1.
Ha= Suku bunga SBI, jumlah uang yang beredar, dan inflasi berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana saham periode 2015-2018.
Pengambilan keputusan hipotesis :
- Jika nilai sig < 0.05, maka Ho ditolak serta Ha diterima.
- Jika nilai sig > 0.05, maka Ho diterima sehingga Ha ditolak.
III. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 4.5
Analisis Deskriptif
Bi Rate | Kurs | Inflasi | NAB | ||
N | Valid | 48 | 48 | 48 | 48 |
Missing | 0 | 0 | 0 | 0 | |
Mean | 5,7969 | 13578,94 | 4,2300 | 188112,49 | |
Std. Deviation | 1,28479 | 547,693 | 1,42887 | 16850,943 | |
Minimum | 4,25 | 12579 | 2,79 | 147086 | |
Maximum | 7,75 | 15179 | 7,26 | 220439 |
Berdasarkan tabel 4.1 diatas bahwa jumlah data (N) yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 sampel yang berasal dari data NAB yang diperoleh dari website resmi Bareksa, serta Bi Rate, nilai tukar Rupiah, inflasi perbulan yang diperoleh dari website resmi Bank Insdonesias selama tahun 2015 sampai tahun 2018. Berdasarkan hasil tersebut maka semua data sampel dapat diolah dan tidak terdapat kehilangan data. Variabel independent dalam penelitian ini yang pertama ialah Suku Bunga SBI (Bi Rate), berdasarkan tabel diatas bahwa variable Suku Bunga SBI (X1) mempunyai nilai minimum sebesar 4,25 dan nilai maximum sebesar 7,75. Nilai rata-rata sebesar 5,7969, dan standart deviasi sebesar 1,28479. Variabel Nilai Tukar Rupiah-Kurs (X2) mempunyai mempunyai nilai minimum sebesar 12579 dan nilai maximum sebesar 15179. Nilai rata-rata sebesar 13578,94, dan standart deviasi sebesar 547,693. Variabel Inflasi (X3) mempunyai mempunyai nilai minimum sebesar 2,79 dan nilai maximum sebesar 7,26. Nilai rata-rata sebesar 4,2300, dan standart deviasi sebesar 1,42887. Variabel Dependent dalam penelitian ini yaitu Nilai Aktiva Bersih-NAB (Y) mempunyai nilai minimum sebesar 147086 dan nilai maximum sebesar 220439. Nilai rata-rata sebesar 188112,49 standart deviasi sebesar 16850,943.
- Hasil Statistik Deskriptif
- Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini untuk uji normalitas menggunakan 2 cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Adapun untuk hasil analisis dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Tabel 4.6
Uji Normalitas (One-sampel K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
Unstandardized Residual | ||
N | 48 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,0000000 |
Std. Deviation | 1,13912045E4 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,110 |
Positive | ,110 | |
Negative | -,071 | |
Kolmogorov-Smirnov Z | ,765 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,602 | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. |
Dengan melihat tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,602>0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.7
Uji Multikolinearitas
Coefficients a | ||||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | Collinearity Statistics | |||
B | Std. Error | Beta | Tolerance | VIF | ||||
1 | (Constant) | 217085,172 | 47284,110 | 4,591 | ,000 | |||
Bi Rate | -8943,464 | 1963,915 | -,682 | -4,554 | ,000 | ,463 | 2,159 | |
Kurs | 1,917 | 3,409 | ,062 | ,562 | ,577 | ,846 | 1,182 | |
Inflasi | -748,125 | 1859,559 | -,063 | -,402 | ,689 | ,418 | 2,394 | |
a. Dependent Variable: NAB |
Berdasarkan tabel 4.3 diatas bahwa semua variabel independent memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 atau mendekati 1 dan nilai VIF <10. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variable independent dalam model regresi dapat digunakan dalam penelitian ini karewna tidak ditemukan masalah multikolinearitas.
- Uji Normalitas
- Uji Multikolinearitas
- Uji Autokolerasi
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
Model Summary b | ||||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson | |
1 | ,730 | ,533 | ,501 | 6,034 | 1,919 |
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Kurs, Bi Rate |
b. Dependent Variable: NAB |
Sumber : data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai dari Durbin Watson sebesar 1,919 yang berada pada rentang du < d < 4-du yaitu 1,6708 < 1,919 < 2,3292. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokolerasi dalam penelitian ini.
Tabel 4.9
Uji linier Berganda
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 217085,172 | 47284,110 | 4,591 | ,000 | |
Bi Rate | -8943,464 | 1963,915 | -,682 | -4,554 | ,000 | |
Kurs | 1,917 | 3,409 | ,062 | ,562 | ,577 | |
Inflasi | -748,125 | 1859,559 | -,063 | -,402 | ,689 | |
a. Dependent Variable: NAB |
Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan melalui ruus sebagai berikut :
NAB = α+β1 Bi Rate + β2 Kurs + β3 Inflasi + €
NAB = 217085,172 + -8943,464 Bi Rate + 1,917 Kurs + -748,125 Inflasi + €
Berdasarkan rumusan masalah regresi diatas dapat dirtikan sebagai berikut :
- Nilai konstanta sebesar 217085,172 menyatakan jika tidak ada 3 variabel independent, maka NAB sebesar 217085,172.
- Nilai koefisien sebesar -8943,464 menyatakan bahwa penambahan Suku Bunga SBI-Bi Rate sebesar 1 akan menurunkan NAB sebesar 8943,464.
- Nilai koefisien sebesar 1,917 menyatakan bahwa penambahan Nilai Tukar Rupiah-kurs sebesar 1 akan meningkatkan NAB sebesar 1,917.
- Nilai koefisien sebesar -748,125 menyatakan bahwa penambahan Inflasi sebesar 1 akan menurunkan NAB sebesar 748,125.
Tabel 4.10
Uji Parsial (Uji t)
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 217085,172 | 47284,110 | 4,591 | ,000 | |
Bi Rate | -8943,464 | 1963,915 | -,682 | -4,554 | ,000 | |
Kurs | 1,917 | 3,409 | ,062 | ,562 | ,577 | |
Inflasi | -748,125 | 1859,559 | -,063 | -,402 | ,689 | |
a. Dependent Variable: NAB |
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan uji hipotesis secara parsial atau individu sebagai berikut :
- Suku Bunga SBI-Bi Rate 0,000 < 0,05 maka H1 diterima, sehingga dapat diartikan bahwa variabel Bi Rate berpengaruh terhadap NAB dengan ketentuan bahwa t-hitung>t tabel 4,554>2,01410.
- Nilai Tukar Rpuiah-Kurs 0,577 > 0,05 maka H2 ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa variabel Kurs tidak berpengaruh terhadap NAB dengan ketentuan bahwa t-hitung<t tabel 0,562<2,01410.
- Inflasi 0,689 > 0,05 maka H3 ditolak, sehingga dapat diartikan bahwa variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB dengan ketentuan bahwa t-hitung<t tabel 0,402<2,01410.
Tabel 4.11
Koefisien Determinan (R 2 )
Model Summary b | ||||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson | |
1 | ,730 | ,533 | ,501 | 6,034 | 1,919 |
Uji Autokolerasi
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Kurs, Bi Rate |
b. Dependent Variable: NAB |
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien datarminan pada penelitian ini sebesar 0,533 atau 53,3%, sehingga variabel Suku Bunga SBI-Bi Rate (X1), Nilia Tukar Rupiah-Kurs (X2), dan Inflasi (X3) dapat menjelaskan nilai NAB dan sisanya 46,7% dijelaskan oleh variabel lain.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisi diatas , maka peneliti dapat melakukan pembahasan bahwa :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga SBI berpengaruh negative signifikan terhadap NAB, dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti berada dibawah tarif signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Choirum Miha dan Nisful Laila yeng membuktikan bahwa Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap NAB reksa dana. Penelitian ini sejalan dengan dengan Yesika Novita Lintang Gumilang yang menunjukkan bahwa Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap NAB Reksa dana.
Suku bunga menjadi bagian penting dalam berinvestasi. Karena saat suku bunga Bank Indonesia (Bi rate) naik, investor akan cenderung mengivestasikan dananya dari investasi reksa dana saham, dan beralih ke investasi perbankan dalam bentuk tabungan atau deposito karena memiliki return yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga Bank Indonesia (BI rate) turun, maka investor akan mengalihkan dana yang dimilikinya kepada investasi yang memiliki return lebih tinggi daripada perbankan. Hal ini mengakibatkan permintaan pada efek meningkat sehingga dapat meningkatkan NAB reksa dana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap NAB, dengan siginifikasi sebesar 0,577 yang berarti berada diatas tarif signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ainun Nasikhah yang membuktikan bahwa nilai tukar rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan terhadap NAB Reksadana. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Ulin Nuha, Istifadah dan Lilik Faridah yang menerangkan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap NAB Reksadana. Fenomena ini menerangkan bahwa naik turunya nilai tukar rupiah terhadap USD tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana.
Pada penelitian ini nilai tukar rupiah (Kurs) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana, hal ini dikarenakan pada periode penelitian kondisi kurs rupiah terhadap USD masih dalam keadaan stabil, tidak ada kenaikan dan penurunan yang tajam. Sehingga nilai tukar rupiah belum mampu mempengaruhi nilai NAB reksa dana saham. Selain itu jika terjadi peningkatan dan penurunan yang tajam terhadap nilai tukar rupiah, maka pengaruhnya tidak langsung kepada NAB reksadana saham. Melainkan pengaruhnya terhadap iklim pasar uang. Apabila mata uang rupiah melemah terhadap USD maka akan terjadi inflasi. Dimana uang rupiah banyak beredar di masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya permintaan terhadap mata uang rupiah. Saat kondisi seperti ini pemerintah mengambil sebuah kebijakan yaitu kebijakan moneter. Isi dari kebijakan tersebut yaitu meningkatkan suku bunga perbankan, guna menarik uang yang beredar pada masyarakat hingga mencapai titik stabil. Kebijakan moneter menguntungkan reksadana campuran karena reksadana campuran dapat beralih ke surat-surat berharga pemerintah dengan sistem bunga.
- Suku Bunga SBI terhadap NAB
- Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB
- Inflasi Terhadap NAB
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana saham, dengan signifikasi sebesar 0,689 yang berarti berada diatas tarif signifikasi 0,05 atau 5%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina Utami Dwi Ratna Ayu Nandari yang membuktikan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan positif terhadap NAB reksa dana.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Saraswati yang menyebutkan bahwa inflasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana.
Inflasi berakibat buruk terhadap perkonomian suatu negara karena dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap nilai simpan (tabungan) karena melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat, meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk kebutuhan non-primer dan barang-barang mewah, serta mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan lainya (Adiwarman Karim, 2008; 139). Terjadinya inflasi juga akan menyebabkan menurunnya total real return investasi, pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana, terdapat kemungkinan tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power).
V . Kesimpulan
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa dana saham saham di Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab 4, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Suku Bunga SBI berpengaruh negative signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa dana saham. jika Suku bunga SBI tinggi maka masyarakat dan investor akan mengalihkan dananya pada sektor perbankan misal menabung dan deposito karena memiliki return yang lrbih tinggi, dan jika Suku Bunga SBI rendah masyarakat dan investor akan beralih dari perbankan ke investasi efek, hal ini mengakibatkan terjadi nya peningkatan pada NAB Reksa dana saham.
- Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa dana saham. karena pada periode penelitian nilai tukar rupiah dalam keadaan stabil tidak ada kenaikan dan penurunan yang berarti, jika nilai tukar rupiah mengalami kenaikan dan penurunan yang berarti, hal ini tidak akan langsung berimbas ke NAB Reksa dana melainkan pada iklim pasar uang.
- Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa dana saham. Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi, pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana, terdapat kemungkinan tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power).
Saran
- Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel dengan mengikut sertakan reksa dana dalam jenis lainya, misal pendapatan tetap, campuran, pasar uang.
- Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan variabel independent lainya yang mungkin mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksadana, misalnya : Ukuran reksa dana, umur reksa dana, Return reksa dana, IHSG, dll.
- Memperpanjang periode penelitian sehingga dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang, sehingga menggambarkan kondisi yang terjadi sesungguhnya terjadi.
- Menggunakan periode penelitian yang memungkinkan terjadinya inflasi seperti di masa pandemi
UCAPAN TERIMA KASIH
- Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan baik materil maupun do’a dan kasih sayang.
- Bapak Wiwit Hariyanto, SE,. M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
References
- H. Kambono and E. I. Marpaung, “Pengaruh Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia,” J. Akunt. Maranatha, 2020.
- L. Hidayat, N. Muktiadji, and Y. Supriadi, “Pengaruh Pengetahuan Investasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi Di Galeri Investasi Perguruan Tinggi,” JAS-PT (Jurnal Anal. Sist. Pendidik. Tinggi Indones., 2019.
- Ay. Wulandari, “Pengaruh Motivasi Investasi Dan Pengetahuan Investasi Terhadap Minat Investasi Mahasiswa Di Pasar Modal,” J. Chem. Inf. Model., 2020.
- R. N. Saputri and D. Ismanto, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ukuran Reksa Dana Dan Umur Reksa Dana Terhadap Kinerja Reksa Dana Tahun 2014-2018,” J. Sains Sosio Hum., 2020.
- D. Hermawan and N. Wiagustini, “PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, UKURAN REKSA DANA, DAN UMUR REKSA DANA TERHADAP KINERJA REKSA DANA,” E-Jurnal Manaj. Univ. Udayana, 2016.
- C. S. Dja’akum, “Reksa Dana Syariah,” Az Zarqa’, 2014.
- N. Sepdiana, “Kinerja Reksa Dana Syariah Di Pasar Modal Indonesia,” JAS (Jurnal Akunt. Syariah), 2019.
- IDX, “Reksa Dana,” Block Caving – A Viable Altern., 2020.
- N. P. A. Darmayanti, N. P. S. Suryantini, H. Rahyuda, and S. K. S. Dewi, “PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN,” J. Ris. Ekon. dan Bisnis, 2018.
- Sugiyono, “Sugiyono, Metode Penelitian,” Penelitian, 2017.
- R. D. Hayuningtyas, N. M. Wibowo, and C. Kartika, “Pengaruh Suku Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Return Saham Melalui Struktur Modal,” J. Manajerial Bisnis, 2020.
- A. Rifky, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Dan Inflasi Terhadap Harga Saham,” J. IKRA-ITH Ekon. Vol 3 No 3 Bulan Novemb. 2020, 2020.
- A. Fahmi, “Pengaruh capital inflow , inflasi , suku bunga , ekspor , dan impor terhadap nilai tukar rupiah,” Kinerja, 2019.
- D. Prasetyo and Widiyanto, “Pengaruh inflasi, nilai tukar Rupiah, suku bunga bank indonesia dan harga emas terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah,” Konf. Ilm. Mhs. Unissula 2, 2019.
- S. Syukriah, A. Muhammad, and A. Syukriy, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Suku Bunga Kredit, dan Modal Bank terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat Konvensional di Indonesia,” J. Megister Akunt., 2017.
- M. Yazid, “Inflasi, KURS, Dan Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,” J. EKOMBIS, 2018.
- M. F. Qudratullah, “Hubungan antara Suku Bunga, Produk Domestik Bruto, Inflasi dan Indeks Harga Saham Syariah di Pasar Modal Indonesia,” Pros. Konf. Integr. Interkoneksi Islam dan Sains, 2020.
- S. Hermawan and Amirullah, “Metode Penelitian Bisnis Bandung,” CV Alfa Beta, 2016.
- Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Cv Alfabeta. 2017.
- U. Sekaran and R. Bogie, Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2017.
- K. Basuki, “metode penelitian,” ISSN 2502-3632 ISSN 2356-0304 J. Online Int. Nas. Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta, 2019.
- A. G. Tatang, Moeljadi, and S. U. Elok, “Metode Penelitian Keuangan,” Mitra Wacana Media, 2018.