Skip to main navigation menu Skip to main content Skip to site footer
Philosophy. Psychology. Religion
DOI: 10.21070/acopen.5.2021.1922

The Relationship Between Self Control and Sexual Behavior in SMK "X" Mojosari Students


Hubungan Antara Kontrol Diri dengan perilaku Seksual pada Siswa SMK "X" Mojosari

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

self control sexual behavior vocational high school students

Abstract

The background in this study is the phenomenon of vocational students who are found to have problems with sexual behavior deviations, the purpose of this study is to determine the relationship between self-control and sexual behavior in vocational students. The variable included in this study is self-control as an independent variable and as a dependent variable for sexual behavior. This study was conducted in vocational training “X” Mojosari, with a sample of 84 students, using Probability Sampling, Proportional Strict Random Sampling. The data collection technique in this study uses the first two psychological scales of the Likert model, i.e., the thurstone scale for the self-control scale and the sexual behavior scale. The hypothesis in this study is that there is a relationship between self-control and sexual behavior in high school vocational training students. Data analysis was performed using the Pearson product moment correlation statistical technique using the Windows SPSS program. The results of the data analysis of this study indicate a correlation coefficient of 0.856 with a significance of 0.000 <0.05 means that there is a positively relationship between self-control and significant and unidirectional sexual behavior. So that the higher the self control, the more also high sexual behavior in students at vocational high school "X" Mojosari, as well otherwise. The contribution effective of self-control to sexual behavior was 73.2%.

I. P ENDAHULUAN

Masa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau dapat dikatakan masa remaja, timbulnya pertumbuhan serta perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, ataupun intelektual merupakan periode pada masa remaja. Sifat khas remaja mempunyai rasa penasaran yang besar membawa remaja untuk mencoba sesuatu yang baru, sisi lain remaja pun, menggemari petualangan serta tantangan dan banyak berani memikul dampak dari tindakan tanpa diawali dengan pemikiran yang matang [1].

Perkembangan seorang remaja seringkali dipengaruhi dari banyaknya masalah yang dirasakan, baik secara internal ataupun eksternal. Siswa SMK memiliki suatu bentuk penyesuaian yang baru yakni berupa berpacaran, tertarik terhadap lawan jenis akan menyebabkan atau mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual apabila tanpa dibekali dengan peningkatan pengetahuan yang tambah detail mengenai hubungan antara laki-laki terhadap perempuan serta seputar seperti apa pergaulan atau pacaran yang sehat [2].

Hasil pengamatan peneliti diarena bengkel praktik sekolah, mengamati kelompok peserta didik SMK “X” Mojosari tengah bercanda, sejumlah peserta didik nampak berpegangan tangan dan melingkarkan lengaannya di pundak rekan mereka walaupun terdapat perbedaan jenis kelamin pada mereka. Sisi lain peneliti pun megadakan wawancara terhadap sejumlah siswa yang tengah ada di bengkel serta kantin sekolah hasilnya membuktikan jika terdapat sejulah tindakan seks pranikah yang dijalankan oleh siswa, misal; perilaku seksual kemudian dikuatkan terhadap hasil wawancara peneliti terhadap salah satu siswa di SMK “X” Mojosari itu, serta perolehannya dituliskan dibawah ini.

Merujuk fakta tersebut, baik data berdasarkan hasil observasi serta wawancara yang dijalankan oleh penulis diperoleh cerminan mengenai perilaku seksual yang dijalankan oleh siswa disekolah ini.

Menurut Wahyudi (2000) [3] Perilaku seksual yakni semua wujud perilaku yang dilatarbelakangi dari dorongan seksual serta melakukan perilaku yang dapat memunculkan kenikmatan dalam syaraf-syaraf yang terletak pada atau di sekitar organ-organ reproduksi guna memperoleh kenikmatan atau kesenangan seksual, hal ini dijalankan oleh seorang pria dan wanita sebelum terdapat pernikahanlesecara sah. Beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku seksual yang banyak dijalankan para remaja dapat di klasifikasikan jadi 4 jenid menurut Masland [4], antara lain 1) Kissing (Ciuman), 2) Necking (mengecup leher dan berpeluk), 3) Petting (menggesekkan alat kelamin) 4) Intercouse (senggama).

Menurut Cristy dan Sudarji (2018) [5] perilaku itu bisa memunculkan dampak negatif untuk remaja misalnya 1). Penyakit menular seksual (PMS) 2). Mengalami keguguran hingga kematian dini pada usia remaja,namun hanya sedikit remaja terfikirkan akan hal tersebut. 3). Kehamilan yang tidak diinginkan/diluar nikah sampai menjadikan penyebab pengguguran kandungan atau aborsi 4). Kelainan seksual

Menurut Purnaman (2004) [6] ada berbagai faktor penyebab remaja menjalan tindakan/perilaku seksual, dimana faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut dibagi atas 2, diantaranya: 1) Faktor Internal : Tingkat perkembangan seksual, pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, motivasi dan kontrol diri /pengendalian diri 2) Faktor Eksternal : Terdapat tekanan dan lingkungan negatif yang datang dari rekan, terpaparnya remaja terhadap media pornografi baik dari media masa ataupun media sosial, Minimnya keberartian dan keberhargaan diri yang didapat remaja akan lingkungan sekelilingnya yakni yang berasal dari dalam keluarga.

Ancok dan Nashori [3] menyatakan bahwa kontrol diri selaku kendali diri yang didefinisikan selaku keterampilan seseorang guna memandu, mengarahkan serta mengatur tindakannya untuk menghadapi stimulus lewat pertimbangan kognitif alhasil bisa membawa ke arah dampak baik serta bebas dari dampak buruk. Pada aspek ini adalah hasil atas hubungan relasi remaja terhadap orang lain dengan berkelanjutan. Kemudian Ancok dan Nashori pun menyatakan 3 aspek kontrol diri, antara lain: mengungkapkan ada 1). Kontrol perilaku, 2). Kontrol Kognitif 3). Kontrol pada penentuan keputusan.

Selain kejadian tersebut serta kajian teori yang dikaji sebelumnya penulis ini juga terinspirasi atas penelitian yang topiknya hampir sama, layaknya penelitian yang dijalankan oleh [7] mendapatkan kejadian adanya siswa SMK yang menjalankan perilaku seksual pada sela-sela jam pergantian antara lain necking (mengecup dan berpelukan) serta kissing (ciuman). Sementara berdasarkan penelitian yang dijalankan oleh [8] mengungkapkan jika peserta didik/ laki -laki memilikirj sikap yang lebih positif akan perilaku seks pranikah daripada siswa wanita, baik itu permissiveness with affection atau without affection. Lebih lanjut pun terlihat jika siswa pria nampaknya lebih bebas untuk melakukan perilaku seksual daripada peserta didik perempuan. Hal tersebut senada terhadap penelitian yang dijalankan oleh Aidala, dkk mengungkapkan jika laki - laki disebut selaku figure yang termasuk rawan akan perilaku seksual pranikah, juga lebih rawan daripada terhadap wanita sebab pada wanita lebih mendapat banyak akibat atau dampak Saat menjalankan hubungan intim pranikah [9].

II. M ETODE P ENELITIAN

Penelitian kuantitatif korelasional dirasa tepat dipilih sebagai metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini. Yang berarti bahawa penelitian korelasional yakni penelitian yang dimaksudkan guna mengetahui sejauhmana variasi dalam 1 varibel berhubungan terhadap variasi dalam satu atau beberapa variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi [10].

Subjek penelitian yakni peserta didik seluruh jenjang kelas, yakni kelas 10, 11, 12 (X,XI,XII) yang jumlahnya 110 peserta didik. Teknik pengambilan sampling data yakni memakai Probability Samplingyang berarti sample data dipilih secara acak sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitianmenggunakan cara Proportionate Stratifed Random Sampling serta memakai tabel Isaac serta Michael menggunakan taraf kesalahan 5% (lima persen) alhasil didapat sampel sejumlah 84 peserta didik guna kelas 10,11,12 ( X,XI,XII). Jadi jumlah sampel guna tiap kelas X (se[uluh) yakni sejumlah 31 (tiga puluh satu) serta guna setiap kelas XI (sebelas) yakni sejumlah 32 (tiga puluh dua), sementara guna kelas XII (dua belas) 21,3 sebab nilainya pecahan maka di bulatkan jadi 21 alhasil total sampel guna setiap kelas X,XI,XII yakni 84.

Teknik pengumpulan data menerapkan 2 skala yakni skala likert terhadap kontrol diri serta skala Thurstone terhadap perilaku seksual. Skala kontrol diriyang dikemukakan [11] berlandaskan aspek dari Calhoun & Acocella Pengujian dilakukan menggunakan validitas isi beserta perubahan nilai validitas yang bergerak dari 0,369 – 0,729 serta nilai reabilitas 0,876. Skala pada perilaku seksual yang dibuat oleh peneliti berlandaskan aspek dari [4] yang diuji memakai validitas isi dengan nilai validitas yang bergerak dari 0–2,32 serta nilai reabilitas 0,819. Adapun penggunaan validitas lain selain validitas isi juga menggunakan pertimbangan berlandaskan professional judgement guna menetapkan keselarasan item-item yang tersedia terhadap pedoman tersusunya skala. Analisis data guna uji asumsi prasyarat yakni memakai uji normalitas untuk menilai data serta linearitas unutk mengetahui linearnya variabel sementara analisis data guna uji hipotesis memakai korelasi produk moment pearson menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18 for windows.

III. H ASIL DAN P EMBAHASAN

Sebelum mengadakan uji hipotesis dijalankan uji prasyarat antara lain yakni : a) Uji normalitas dimaksudkan guna mengetahui hasil distribusi data tersebut dapat tersalurkan dengan normal maupun tidak. Hasil analisis diperoleh jika Kontrol diri mempunyai distribusi yang terbilang normal dengan skor 0,560>0,05. Berdasarkan hasil analisis uji normalitas data, perilaku seksual terdistribusi dengan normal sebab skor 0,835> 0,05 Alhasil bisa dinyatakan jika seluruh data terdistribusi normal. b) Uji linearitas dilakukan guna mengetahui hubungan linear pada dua atau lebih variabel yang pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa varibel tersebut linear atau tidak.. Hasil analisis data kontrol diri mempunyai pola linear pada data tersebut sebab skor deviation from linearity sejumlah 0,142 > 0,05 yang menunjukan bahwa nilai tersebut linear.. c) analisis deskriptif data hasil penelitian yaitu Adapun kategori yang digunakan dalam penelitian ini ialah kategorisasi jenjang hal tersebut dimaksudkan guna memposisikan seseorang pada perkumpulan-perkumpulan yang letaknya berjenjang berdasarkan sebuah kontinum berlandaskan atribut yang diukur [12]. Kontinum jenjang dalam penelitian ini memakai 3 jenjang yaitu dari jenjang rendah ke tinggi hasil penelitian bisa dinyatakan dalam tabel dibawah ini. [12]. Kontinum jenjang dalam penelitian ini memakai 3 jenjang yaitu dari jenjang rendah ke tinggi hasil penelitian bisa dinyatakan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Kategorisasi Subyek

Kategori Jumlah Subjek Pada Masing-Masing Skala
Kontrol diri Perilaku seksual
∑ Subjek % ∑ Subjek %
Rendah 0 0 12 14,30
Sedang 41 49 16 19
Tinggi 43 51 56 66,7
TOTAL 84 100.00 84 100.00

Merujuk tabel ketegorisasi skor subyek tersebut maka bisa diambil kesimpulan jika subyek SMK “X” Mojosari yang jumlahnya 84 subyek mempunyai kontrol diri yang tinggi yaitu sejumlah 51%, lainnya 49% subyek dengan kategorisasi sedang serta 0% subyek rendah, halnya juga terhadap perilaku seks pranikah yaitu mempunyai kategori yang tinggi sejumlah 66,7% untuk lainnya 19% sedang, serta 14,30% rendah .

Pasca uji prasyarat dipenuhi selanjutnya peneliti mengadakan uji hipotesis yakni terdapat korelasi antara kontrol diri pada perilaku seksual siswa SMK “X” Mojosari hasil penelitian bisa dipahami dari tabel 2 analisis korelasi product momen pearson.

Tabel 2. Analisis korelasi product momen pearson

Correlations
kontrol diri perilaku seksual
kontrol diri Pearson Correlation 1 .856**
Sig. (1-tailed) .000
N 84 84
perilaku seksual Pearson Correlation .856** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tabel 3. Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .856a.732 .72912 .412

Nilai signifikansi Kontrol Diri didapati nilai 0,000yang berarti nilai 0,000 < 0,05 serta nilai rxy yakni 0,856. Yang menunjukan bahwa hipotesis tersebut dapat diterima berarti terdapat korelasi antara kontrol diri dengsn perilaku seksual.

Berdasarkan data dari uji koefisien determinasi dalam bagan tersebut menyatakan 0,732 (R Square) jika pada penelitian ini variabel kontrol diri memberikan pengaruh sejumlah 73,2% terhadap variabel perilaku seksual.

Berdasarkan hasil hipotesis dan koefisien determinasi tersebut bisa dipahami jika uji hipotesis menyatakan jika terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku seksual diperoleh hasil nilai signifikansi sejumlah 0,000. 0,000 < 0,05 alhasil hipotesis penelitian ini dapat diterima menggunakan nilai koefisien korelasi sejumlah 0,856. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya hubungan antara kontrol diri dengan perilaku seksual. Dengan taraf sumbangsih kontrol diri dengan perilaku seksual sejumlah 73,2%, sementara lainnya 26,8% dipengaruhi faktor lain.

Bentuk penyesuaian yang muncul pada remaja berupa berpacaran, tertarik terhadap lawan jenis akan menyebabkan atau mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual apabila tanpa dibekali dengan tambahan pengetahuan yang rinci mengenai hubungan diantara laki-laki terhadap perempuan serta seputar seperti apa pergaulan atau pacaran yang sehat [1]. Permasalahan tersebut akhirnya terlihat ketika siswa berpacaran, khususnya pada pola pergaulan mereka yang hampir tanpa batas. Pergaulan tersebutlah yang dapat mendorong terjadinya kontak perilaku-perilaku seksual.

Perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor eksternal serta faktor internal. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilakus eksual yakni penyebaran muatan pornografi yang bertambah meluas, kurangnya pengetahuan tentang seks pranikah yang diberikan oleh orang tua, tekanan atau paksaan dari teman atau pacar [6]. Sementara itu factor internal yang dapat mempengaruhi perilaku seksual merupakan sikap permisif, minimnya kontrol diri, tidak bias menentukan langkah tentang kehidupan seksual, tidak dapat bersikap asertif kepada rayuan teman atau pacar.

Salah satu faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi tingginya perilaku seksual adalah teman sebaya. Karakteristik remaja salah satunya adalah mempunyai hubungan yang matang dengan teman sebaya. Jika teman sebayanya aktif melakuan perilaku seksual, maka remaja itu akan terdorong guna melakukan tindakan seksual sesuai dengan yang dilakukan oleh kelompoknya. Remaja hendak berupaya untuk beradaptasi serta menyatu dengan kelompoknya supaya bisa diterima pada kelompok tersebut.

Hal tersebut senada terhadap penelitian yang dijalankan oleh [13] tentang “Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja” bahwa terdapat signifikasi hubungan positif antara konformitas dan perilaku seksual pranikah di usia remaja dengan rxy 0,748. Menurut Monks [14] ada hubungan perilaku seksual pranikah dan konformitas memiliki hubungan artinya jika konformitas menghadirkan pengaruh kepada perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal itu timbul sebab remaja tengah ada masa perkembangan sosialnya, remaja mulai memisahkan diri akan orang tua serta menuju ke arah rekan sebaya. Remaja mengangkat teman sebaya selaaku penasehat untuk semua hal perbuatan serta lokasi bercerita yang dapat memahami juga bisa mengerti untuk semua keadaan seputar dirinya. Kekompakan antar perteman sebaya jadi bersignifikasi sangat tinggi alhasil semuanya yang teman kelompoknya jalankan, dilakukan pula oleh remaja itu sendiri. Didalam kelompok teman sebaya, remaja menggantungkan terhadap teman sebaya selaku sumber kebahagiannya alhasil ketertarikan terhadap teman sebaya jadi sangat erat, selanjutnya hendak dibarengi terhadap adanya perilaku konformitas, yang mana remaja hendak berupaya guna beradaptasi serta menyatu terhadap kelompok supaya remaja bisa diterima dalam kelompok tersebut [14]. Konformitas yang timbul dalam kelompok teman sebaya itu bisa menghadirkan kesempatan yang tambah besar untuk remaja guna bertindak, bilamana perilaku kelompok teman sebayanya aktif menjalankan tindakan seksual pranikah maka besar pula peluang remaja itu mencontoh perilaku kelompoknya itu guna menjalankan tindakan yang sama.

Hal ini sejalan dengan 3 aspek control diri, aspek kognitif untuk mengola suatu informasi, yang kemudian berpengaruh dalam aspek pengambilan keputusan dan akhirnya menghasilkan sebuah perilaku. Untuk menentukan keputusan guna berperilaku beresiko seiring berjalannya waktu berkurang dengan meningkatnya usia serta kematangan untuk berfikir, selain itu remaja untuk mementukan keputusan yang memiliki resiko akan lebih tinggi saat Bersama dengan kelompok atau teman-temannya. Ditambah lagi dengan sifat khas dari remaja yang suka akan tantangan dan dipenuhi rasa keingintahuan yang besar.

Faktor internal dari perilaku seksual yang juga memiliki pengaruh adalah kepribadian. Aspek kepribadian yang berpengaruh terhadap perilaku seksual antara lain kecerdasan emosi, minat, motif, pengetahuan, dan usia. Menurut Myles 1983 kontrol perilaku seksual remaja berpacaran, dapat dipengaruhi harga diri yang merupakan aspek kepribadian seorang remaja [15]. Menurut Masters dan Johnson dalam penelitan yang dilakukan oleh [15] dengan judul “Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin” adanya proses perubahan fisik, sosial dan psikologis, harga diri pada masa remaja cenderung kearah yang negatif. Perubahan tersebut akan membawa remaja dalam cara menilai diri sendiri dan menilai “siapa saya‟ dengan “bagaimana orang lain melihat saya‟. Dengan adanya perbedaan perubahan fisik antara remaja laki-laki dan remaja peremuan, maka terdapat penilian yang tidak sama juga terhadap perubahan sosial, psikologis serta perilaku perilaku pada individu. Hal ini yang akan menjadikan harga diri remaja yang berkaitan dengan masalah individu masing – masing, tidak terkecuali masalah perihal seksualitas. Kepribadian laki-laki lebih cenderung banyak menjalankan perilaku seksual, hal tersebut disebabkan rayuan sampai pengaruh rekan-rekannya [16]

Hasil dari kategori pada penelitian ini pun bisa diketahui jika subjek yang mempunyai tingkat perilaku seksual kategori tinggi sebanyak 66,7% sementara itu 19% sedang, dan 14,30% rendah. Hal ini menunjukkan kebanyakan dari populasi telah melakukan perilaku seksual.

Merujuk pemaparan tersebut maka bisa disimpulkan jika tingginya perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu pengaruh dari teman sebaya yang dapat mempengaruhi aspek kognitif dan aspek pengambilan keputusan, yang dapat menghasilkan sebuah perilaku. Serta harga diri yang cenderung negatif yang disebabkan adanya perubahan pada masa pubertas, yang menyebabkan adanya perbedaan perubahan sosial dan psikologis diantara kedua jenis kelamin dan membentuk harga diri remaja yang berhubungan terhadap permasalahannya contohnya yakni persoalan seksualitasnya.

IV. K ESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa ditarik atas hasil dan pembahasan untuk penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara kontrol diri dengan perilaku seksual siswa SMK “X” Mojosari. Hal tersebut dinyatakan dari hasil analisis yang menyatakan koefisien relasi rxy 0,856 dengan signifikansi yakni 0,000.0,000 < 0,05 alhasil hipotesis penelitian ini diterima. Dengan taraf sumbangsih kontrol diri dengan perilaku seksual sebesar 73,2%, untuk lainnya 26,8% dipengaruhi faktor lain.

Dari hasil penelitian yang telah dijalankan maka peneliti menyumbangkan saran yang bisa bermanfaat diantaranya: a). Untuk Siswa : Hasil penelitian ini harapannya bisa mendorong siswa lebih protektif terhadap semua bentuk pergaulan yang terdapat padda lingkungan sekolah ataupun lingkungan diluar sekolah. Serta banyak melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kontrol diri dengan cara melakukan perilaku positif, memotivasi diri sendiri, menetapkan tujuan hidup yang lebih baik. b). Untuk Orang Tua : Hasil penelitian ini harapannya supaya orang tua tambah memberikan wawasan mengenai seks terhadap anak, memperhatikan serta lebih memotivasi anaknya guna tambah protektif guna menentukan teman seta mempertimbangkan dampak sebelum menentukan teman, orang tua musti lebih memfilter serta teliti terhadap siapa anaknya berteman. c). Untuk Sekolah : Hasil penelitian ini harapannya supaya sekolah bisa memilih aktivitas-aktivitas yang baik terhadap siswa contohnya kegitan positif misal penyuluhan bahaya seks pranikah maupun acara keagamaan. d). Untuk Peneliti berikutnya : Diharapkan peneliti berikutnya bisa menemukan factor lain yang bisa mempengaruhi perilaku seksual dan bisa mempertimbangkan jenis kelamin pada siswa.

References

  1. Noor, R. (2016). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja Pada Siswa SMK Istiqomah Muhammadiyah 4 Samarinda. Samarinda: Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
  2. Dewi, A. K. (2014). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Semarang: Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
  3. Mufidah, L. (2008). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Pranikah Siswa SMKN 2 di Kota Malang. Malang: Fakultas Psikologi Unversitas Islam Negeri Malang.
  4. Masland, P. (2004). Apa Yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks. Jakarta : Bumi Aksara.
  5. Christy, K., Sudarji, S. (2018). Gambaran Harga Diri Remaja Putri Yang Melakukan Seks Pranikah. Journal Psibernetika, Vol. 11 No.1. Universitas Bunda Mulia.
  6. Leonardhi, A. (2018). Hubungan Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Mengakses Situs Porno Pada Remaja. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
  7. Rahardjo, W., Saputra, W., Hapsari, Indria. (2015). Harga Diri, Sexting Dan Jumlah Pasangan Seks Yang Dimiliki Oleh Pria Lajang Pelaku Seks Beresiko. Jurnal psikologi. Vol. 42 (2).
  8. Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  9. Fitriani, S. (2014). Pengaruh Kepuasan Imbalan Kontrol Diri Terhadap Perilaku Etis Dalam Bekerja Pada Penegak Hukum. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
  10. Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  11. Apsari, A. R., Purnamasari, S. E. (2017). Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja.Jurnal Psikologi, Vol. 19 No. 01: 1693-2552. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
  12. Soetjiningsih, C. H. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Disertasi. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
  13. Santrock, john w. (2012). No Title. In Life span deveplopment perkembangan masa hidup edisi ketiga belas jilid 1. alih bahasa benedictine wisdyasinta (13th ed.). jakarta: Erlangga.