Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Education
DOI: 10.21070/acopen.10.2025.11076

Strengthening Link and Match 8+i Program in Vocational Education


Penguatan Program Link and Match 8+i dalam Pendidikan Vokasi

Program Studi Magister Pedagogi, Universitas Muhammadiyah Malang
Indonesia
Program Studi Magister Pedagogi, Universitas Muhammadiyah Malang
Indonesia
Program Studi Magister Pedagogi, Universitas Muhammadiyah Malang
Indonesia

(*) Corresponding Author

Link and Match Vocational Education Industry Partnership Film Production

Abstract

General background: The alignment of vocational education with industry needs is vital for producing competent graduates. Specific background: In Indonesia, the Link and Match program serves as a national strategy to bridge the gap between Vocational High Schools (SMKs) and business and industry (DUDI). Knowledge gap: However, limited empirical evidence exists on how this program is operationalized in the context of creative industries, particularly film production. Aim: This study explores the implementation of the Link and Match program at SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, focusing on the film expertise concentration. Results: Through qualitative analysis involving interviews, observations, and document reviews, the study finds that collaboration with three industry partners—PT Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema, and Paradise Picture—has been realized via curriculum alignment, project-based learning, guest teaching, internships, certification, and technology adaptation. Novelty: The study highlights the comprehensive adoption of the 8+I concept, emphasizing the integration of real industry practices into school-based learning, yet reveals a lack of scholarship support post-graduation. Implications: These findings inform policymakers and educators about effective practices and critical gaps in vocational-industry synergy, especially in creative sectors.

Highlights:

  • Strengthens vocational relevance through real industry collaboration.
  • Implements the 8+I concept across film-focused education.

  • Reveals scholarship support as a missing program element.

Keywords: Link and Match, Vocational Education, Industry Partnership, Film Production

Pendahuluan

Berdasarkan Pasal 1 dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi diri mereka, termasuk dalam aspek spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh individu, masyarakat, bangsa, maupun negara. Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai upaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara optimal. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan, yang selanjutnya disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan jenjang pendidikan formal yang berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia melalui pendidikan vokasional [1]. Melalui tenaga kerja terampil berkompeten dibidangnya yang dihasilkan oleh SMK diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja terampil yang dapat terserap dalam bidang keahlian masing-masing dan mendukung sektor dunia usaha dan dunia industri [2].

Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) memegang peran penting dalam mengembangkan pembelajaran di SMK sehingga tujuan pendidikan SMK dapat tercapai. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK dapat dilakukan melalui kemitraan dengan DUDI guna menyiapkan tenaga kerja yang siap mengisi lapangan kerja dan memiliki profesionalisme tinggi. Kemitraan tersebut dapat dijalin dalam bentuk perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan SMK yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja meliputi pengembangan kurikulum, kolaborasi guru tamu, sertifikasi kompetensi, pemenuhan peralatan sesuai dengan standar industri hingga penyaluran lulusan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian [3] yang menyatakan bahwa salah satu faktor kunci keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMK adalah adanya kerja sama atau kemitraan dengan DUDI selaku penyedia lapangan kerja.

Keberhasilan tersebut diukur berdasarkan banyaknya lulusan SMK yang mampu bekerja di DUDI atau berwirausaha secara mandiri [4]. Namun, pada kenyataannya lulusan SMK menjadi lulusan dengan tingkat pengangguran tertinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Februari 2024, jumlah pengagguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang. Dari jumlah ini, paling banyak diduduki oleh tamatan SMK. Secara terperinci, jumlah penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 214 juta orang. Dari jumlah itu yang tercatat sebagai angkatan kerja sebanyak 149,38 juta orang, tetapi yang terserap atau bekerja hanya 142,18 juta orang sehingga sisanya 7,2 juta orang masih menganggur. Berdasarkan dara statistic diatas, jumlah pengangguran terbanyak di duduki oleh tamatan SMK sebesar 8,62 %. Disusul oleh tamatan SMA sebesar 6,73 %, Diploma IV, S1, S2, S2 sebanyak 5,63 %. Sementara itu, pengangguran yang paling rendah adalah lulusan pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 2,38 % disusul oleh tamatan SMP sebesar 4,28 % dan Diploma I/II/III sebanyak 4,87 %. Hasil penelitian yang dilakukan oleh [3] juga menyatakan bahwa rendahnya keterserapan lulusan SMK seringkali disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keahlian yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan DUDI.

Dengan tingginya angka pengangguran, dan rendahnya kualitas kerja dari lulusan SMK menunjukkan adanya mismatch (ketidaksesuaian) antara pendidikan sebagai penghasil lulusan dan dunia kerja sebagai pihak yang menyediakan lowongan pekerjaan. Perlu adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara SMK dan DUDI untuk mencari solusi pada hal tersebut. [5] mengatakan bahwa kesenjangan tersebut disebabkan karena hubungan kemitraan yang terjalin antara pendidikan kejuruan dan DUDI masih belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya komunikasi dan kerjasama yang baik antara SMK dan DUDI sehingga lulusan yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan kompetensi di dunia industri dan pasar kerja. Sinergi yang lebih erat diharapkan dapat memperkecil kesenjangan tersebut dan meningkatkan tingkat penyerapan kerja lulusan SMK. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari [6] mengenai perlunya komunikasi dan kerjasama yang baik antara SMK dan DUDI sejalan dengan temuan bahwa ketidakmampuan lembaga pendidikan dalam merespons permintaan dunia kerja menyebabkan mismatch. Kurangnya fleksibilitas pendidikan kejuruan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan industri yang pesat menjadi faktor utama yang menimbulkan ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia industri. Oleh karena itu, peningkatan kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara kedua pihak sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kebijakan pemerintah untuk mengatasi mismatch salah satunya adalah diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Bangsa. Inpres ini mengatur langkah revitalisasi SMK, sebagai berikut: (1) Revitalisasi sumber daya manusia; (2) Membangun Sistem Administrasi Sekolah (SAS) berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM); (3) Link and match dengan industri; (4) Kurikulum berbasis industri; (5) Teaching factory; (6) Penggunaan media video tutorial dan portofolio berbasis video; (7) Uji sertifikasi profesi; (8) Pemenuhan sarana dan prasarana; (9) Mengembangkan kearifan lokal, dan (10) Peran SMK sebagai penggerak ekonomi lokal [7]. Selain itu didukung oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang link and match dengan Industri. Secara filosofis, link and match mencerminkan wawasan pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pada masa depan, keunggulan, profesionalisme, nilai tambah dan efisiensi dengan tujuan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Secara teoritis, proses ini melibatkan keterkaitan (link) dan kesesuaian (match) kompetensi antara pendidikan dan industri, sehingga lulusan dapat diterima dan berdaya saing di pasar kerja. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara dunia pendidikan dan dunia kerja, seperti kalangan industri, menjadi hal yang mutlak agar implementasi link and match berjalan efektif dan transformasi pendidikan vokasi dapat berjalan sesuai harapan [8].

Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian sebelumnya. Pertama, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [9] , yang menyoroti bahwa program link and match konsep 8+i dilaksanakan melalui tahap perencanaan, koordinasi antara sekolah dengan DUDI, pembuatan surat perjanjian kerjasama (MoU), penyusunan program kerjasama, pelaksanaan program, serta evaluasi. Kedua, terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh [5], yang menekankan pemahaman yang mendalam mengenai proses implementasi program sekolah vokasi unggul melalui pendekatan link and matchkonsep 8+i. Pada penelitian ini dijelaskan secara umum model link and match yang dilakukan oleh SMK Pusat Keunggulan yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Ketiga, penelitian ini mendukung temuan [1] yang menyatakan bahwa adanya program link and match sangat penting dalam menjalin kerjasama SMK dengan DUDI dengan ragam pendekatan seperti Competency Based Training (CBT) dan strategi program MoU dengan DUDI, penyelarasan kurikulum, Praktek Kerja Industri (PKL), dan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) sehingga link and match menjadi lebih efektif dan menguntungkan kedua belah pihak. Meskipun terdapat kesamaan, disisi lain juga terdapat perbedaan yang signifikan. Pada penelitian ini, peneliti ingin berfokus pada satu konsentrasi keahlian unggulan yang ada pada sekolah peneliti yaitu SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Konsentrasi keahlian unggulannya adalah Produksi Film yang telah melahirkan banyak karya melalui produk Teaching Factory (TEFA). Penelitian ini menghadirkan sudut pandang baru dengan mengkaji implementasi program link and match di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, sehingga memperluas cakupan pemahaman dan praktik implementasi program link and match secara inklusif dan kontekstual serta hasil yang dicapai dalam setiap tahapan yang dilakukan. Jika penelitian terdahulu lebih banyak menyoroti tahapan prosedural seperti MoU, pelaksanaan PKL, dan evaluasi umum, maka penelitian ini menggali secara mendalam dinamika sekolah bersama DUDI berdasarkan link and match konsep 8+i diantaranya penyusunan kurikulum, pembelajaran project riil, guru tamu, PKL siswa, sertifikasi kompetensi siswa, update teknologi, TEFA, komitmen serapan dan beasiswa.

SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen merupakan salah satu sekolah kejuruan tingkat menengah penerima program pemerintah SMK Pusat Keunggulan sektor Industri Kreatif untuk konsentrasi keahlian Produksi Film sejak tahun 2021 – 2023. Konsentrasi Keahlian Produksi Film ini mempunyai misi “Mencetak lulusan yang kreatif dan inovatif, mampu bekerja secara profesional sesuai dengan bidangnya serta mampu menciptakan lapangan kerja sediri, serta adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja di masa mendatang diantaranya sinematografi, editing, visual efek, tata artistik, dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)”. Hal tersebut mendorong SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen menjalin kerjasama (link and match) dengan industri, baik industri besar, menengah, maupun kecil. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan relevansi lulusan SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen sesuai dengan kebutuhan industri. Bentuk kerjasama yang dilakukan meliputi penyusunan kurikulum, Praktek Kerja Lapangan, kolaborasi guru tamu, sertifikasi kompetensi, pemenuhan peralatan sesuai dengan standar industri hingga penyaluran lulusan. Menggandeng 3 industri rekanan yaitu PT Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradse Picture telah mampu menjadikan konsentrasi keahlian Produksi Film menjadi salah satu konsentrasi unggulan di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Beberapa keunggulannya adalah telah menjalankan Teaching Factory (TEFA) : (1) Produksi film yaitu film layar lebar “Cita-Citaku Setinggi Balon” Tahun 2021 dan film -film pendek untuk platform youtube; (2) Jasa videography diantaranya video clip musik band lokal, video clip musik instansidan video dokumentasi dan highlight sekolah-sekolah; (3) Jasa video advertising di antaranya video iklan produk kopi dan video company profile instansi-instansi; (4) Jasa live streaming event instansi-instansi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Program Link And Match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) Di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen”. Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka penulis telah merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian antara lain : 1) Bagaimanakah pelaksanaan program link and match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen?; 2) Bagaimanakah hasil dari pelaksanaan program link and match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen?.

Metode

Berdasarkan judul penelitian “Implementasi Program Link and Match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen”, metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti ingin mendeskripsikan, menganalisa sesuai kondisi alamiah di tempat penelitian sehingga mampu mengkaji lebih dalam temuan fakta di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan [10] dimana pada penelitian dengan karakteristik kualitatif memiliki tujuan untuk menceritakan keadaan secara apa adanya dalam keadaan yang wajar sesuai kondisi di lapang. Melalui metode ini, akan dideskripsikan implementasi, hasil pelaksanaan, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program link and match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Penelitian dilakukan di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen yang beralamat di Jln. Bromo Gg. Masjid Rt.11 Rw. 05 Sukun Utara, Kec. Kepanjen, Kab. Malang Prov. Jawa Timur. Waktu Penelitian direncanakan mulai tahap persiapan, pengumpulan, analisis data hingga penarikan kesimpulan pada Agustus - Desember 2024. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun ke lapangan baik melalui grand tour question, focuses dan selection untuk melakukan pengumpulan data, analisis kemudian terakhir membuat kesimpulan [11]. Ketika terjun ke lapangan, peneliti menggunakan perlengkapan yang bisa mendukung dalam pengumpulan data, seperti buku catatan, kamera, alat perekam, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya dokumen, observasi sistematis dan wawancara secara terbuka kepada subjek penelitian (kepala sekolah, waka kurikulum, waka humas, kepala program keahlian, guru kejuruan, DUDI, peserta didik dan alumni) terhadap pelaksanaan program link and match DUDI di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Data dokumen tersebut meliputi : 1) Dokumen kurikulum; 2) Modul Ajar yang sudah diselaraskan industri; 3) Pedoman Teaching Factory; 4) Pedoman PKL siswa; 4) Pedoman sertifikasi kompetensi guru dan siswa; 5) Dokumen serapan lulusan, dan 6) Dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian. Sedangkan proses pencarian data melalui wawancara dilakukan kepada subyek penelitian yaitu kepala sekolah, waka kurikulum, waka humas dan kepala konsentrasi keahlian. Setelah pengumpulan data, dilakukan teknik analisis yang merujuk pada pendapat Miles, Huberman & Saldana (2014) melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data (verifikasi data) [12] .

Hasil dan Pembahasan

A. Pelaksanaan Program Link and Match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen

SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen telah melakukan link and match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dengan menggandeng 3 rekanan industri diantaranya (1) PT. Mixpro Sinema Utama, (2) Equator Cinema dan (3) Paradise Picture. Bentuk link and match yang dilakukan tertuang pada Memorandum of Understanding (MoU) antara SMK Muhamamdiyah 5 Kepanjen dengan mitra industri yaitu PT. Mixpro Sinema Utama. Sedangkan 2 industri rekanan lainnya yaitu Equator Cinema dan Paradise Picture tidak melakukan MoU, tetapi telah sepakat melakukan kerjasama penyesuaian pembelajaran dengan kebutuhan industri. Berikut adalah rincian pelaksanaan program link and match dengan konsep 8+i :

No Konsep link and match 8+i Industri
PT. Mixpro Sinema Utama Equato r Cinema Paradise Picture
1 Kurikulum Ada Ada Ada
2 Pembelajaran Berbasis Project Rill Ada Ada Ada
3 Guru tamu Ada Ada Ada
4 Praktik Kerja Lapangan (PKL) Ada Ada Ada
5 Sertifikasi Kmpetensi Ada Tidak ada Tidak ada
6 Magang guru dan Update Teknologi Ada Ada Ada
7 Teaching Factory Ada Tidak ada Tidak ada
8 Komitmen serapan Bersifat informasi Bersifat informasi Bersifat informasi
9 Beasiswa Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Table 1.Rincian pelaksanaan program link and match dengan konsep 8+i di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen

SMK Muhamadiyah 5 Kepanjen dalam meningkatkan relevansi dengan kebutuhan dunia kerja maka dibutuhkan adanya keterkaitan (link) dan kesesuaian (match) sehingga kompetensi lulusan SMK dapat diterima dan cocok sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Dalam hal ini kerjasama di jalin dengan 3 industri rekanan yaitu PT. Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradise Picture. Program ini disusun untuk mengoptimalkan peran SMK dalam mempersiapkan lulusannya agar mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja serta berkompetisi dan mengembangkan dirinya secara sukses di bidang pekerjaan yang digelutinya [10]. Selain itu kebijakan program link and match merupakan upaya penggalian kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja pada masa yang akan datang yang diharapkan paradigma orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tetapi menjadi lebih demand minded (kebutuhan pasar) [13]. Hasil penelitian ini selaras dan diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [14] yang menyatakan bahwa program link and match antara sekolah dengan DUDI dilakukan untuk meningkatkan kompetensi lulusan agar lebih siap memasuki dunia kerja. Penelitian [1] juga menjelaskan bahwa optimalisasi pelaksanaan link and match sekolah dengan DUDI perlu dilakukan untuk menyelaraskan kompetensi yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan nyata di dunia kerja, membentuk budaya kerja professional sejak dini sehingga mampu meningkatkan kesiapan kerja bagi lulusan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan link and match konsep 8 +i bukan hanya sebagai strategi teknis menjembatani sekolah dengan DUDI, tetapi juga sebagai pendekatan strategis dan sistemik untuk menciptakan pendidikan vokasi yang relevan, adaptif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

B. Hasil Pelaksanaan Program Link and Match Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen

Menjalin link and match (kerjasama) sekolah dengan DUDI sangat diperlukan guna mendukung terselenggaranya pembelajaran di SMK. Upaya tersebut di dukung oleh hasil observasi dimana sekolah dan industri melakukan koordinasi terkait penetapan link and match konsep 8 +i. Agar lulusan SMK memiliki kompetensi yang berkualitas sesuai bidang keahliannya dan tuntutan dunia kerja, pelaksanaan proses pembelajaran harus melibatkan kerja sama antara SMK dan DUDI. Dengan demikian, siswa dapat menguasai kemampuan belajar baik melalui kegiatan di sekolah maupun di DUDI. Hal ini sejalan dengan cuplikan hasil wawancara dengan waka kurikulum sebagai berikut :

“… link and match merupakan bentuk jalinan kerjasama atau sinergitas antara SMK dengan industri, karena memang SMK mempersiapkan anak- anaknya untuk bisa bekerja di industri. Sehingga memang harus ada sinergitas atau kerjasama khusus dengan industri dalam proses pembelajaran untuk mencetak lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri…” (W/01/WK/10102024)

Bentuk link and match yang dilakukan tertuang pada Memorandum of Understanding (MoU) antara SMK Muhamamdiyah 5 Kepanjen dengan mitra industri yaitu PT. Mixpro Sinema Utama yang bergerak di bidang perfilman beralamatkan di Sleman – Yogyakarta. Tujuan utama pelaksanaan program tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan antara keterampilan yang diajarkan di sekolah dan yang dibutuhkan industri, memastikan bahwa lulusan SMK telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga mampu mewujudkan lulusan siap kerja dan dapat langsung berkontribusi di dunia kerja secara profesional. SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen telah melakukan link and match dengan PT. Mixpro Sinema Utama sejak tahun 2020 pada saat ditetapkan sebagai SMK Center of Excellence (CoE) sektor ekonomi kreatif bidang perfilman berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Nomor 12736/D2.5/KU/2020 Tahun 2020, tahun 2021 – 2023 ditetapkan sebgaai SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sektor ekonomi kreatif bidang perfilman oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek dengan Surat Keputusan Nomor 22/D/O/202I tahun 2021, Nomor 22/D/O/2022 tahun 2022 dan Nomor 54/D/O/2023 tahun 2023. Program-program ini dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya dukungan dari pengelolah sekolah dan juga industri. Bentuk dukungan tersebut tertuang pada kutipan wawancara berikut :

“…pengelolah sekolah diantara kepala sekolah, waka kurikulum, kepala program keahlian dan guru kejuruan berperan dalam menjalin kerjasama dengan industri sesuai link and match konsep 8+i meliputi penyelarasan kurikulum, melakukan pembelajaran berbasis project rill, adanya guru tamu dari industri, kegiatan PKL siswa, sertifikasi kompetensi siswa, pengembangan TEFA, guru selalu update teknologi sesuai perkembnagan industri hingga melakukan komitmen serapan. Sekolah dan industri harus saling bersinergi dan berkolaborasi secara kontinyu untuk mencetak lulusan yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan industri. (W/03/KS/10102024)

Terdapat dua industri rekanan lainnya yaitu Equator Cinema dan Paradise Picture. Kedua industri ini tidak melakukan MoU, tetapi telah sepakat melakukan kerjasama dalam penyelarasan kurikulum dan guru tamu. Hal tersebut sesuai dengan kutipan wawancara berikut ini :

“… industri rekanan selain PT. Mixpro Sinema Utama, ada juga Equator Cinema dan Paradise Picture yang sama-sama bergerak di industri perfilman tetapi lokal Jawa Timur. Kami tidak melakukan MoU, hanya sepakat bekerjasama untuk peyelarasan kurikulum dan mendatangkan guru tamu untuk proses pembelajaran siswa.” (W/05/KS/10102024)

Link and match merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan vokasi yang bertujuan untuk menghubungkan antara dunia pendidikan dan industri kerja. Melalui program ini, pelajar SMK mempraktikkan ilmu yang didapatkan di sekolah langsung di lapangan industri, sehingga mereka memperoleh keterampilan dan pengalaman praktis yang mempersiapkan mereka untuk memasuki pasar kerja dengan kesiapan yang optimal. Dalam dunia vokasi, link and match berarti menghubungkan pendidikan vokasi dengan industri kerja, sehingga terdapat relevansi atau kesinambungan antara penempu pendidikan vokasi dalam hal ini siswa SMK dengan industri yang memerlukan tenaga kerja sesuai bidangnya. Terdapat beberapa pihak yang saling berkaitan untuk mewujudkan program link and match ini, antara lain pendidikan kejuruan, dunia industri, dan pemerintah [14]. Untuk menciptakan SMK yang berkualitas, penting dilakukan implementasi link and match antara sekolah dan industri secara bertahap dan berkelanjutan melalui berbagai bentuk kerja sama. Paket link and match konsep 8+i adalah keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi digambarkan sebagai berikut [5] :

Figure 1.Program link and match konsep 8+i

1. Kurikulum

Keterlibatan industri dalam penyusunan kurikulum di sekolah sangatlah penting untuk menciptakan kesesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri. Kriteria mitra industri yang bisa digunakan dalam program ini harus bisa mencakup relevansi industri dengan jurusan di SMK, berkomitmen pada pengembangan pendidikan, mampu memberikan pelatihan dan mampu melakukan kolaborasi dalam pengembangan kurikulum. Kriteria mitra industri yang bisa digunakan dalam program link and match ini dijelaskan pada wawancara berikut :

“…kriteria mitra industri yang digunakan harus bisa mencakup relevansi industri dengan jurusan di SMK, berkomitmen pada pengembangan pendidikan, mampu memberikan pelatihan dan mampu melakukan kolaborasi dalam pengembangan kurikulum.”(W/12/KS/10102024)

“.. mitra industri yang akan dijadikan rekanan harus sesuai dengan bidang kejuruan di SMK, berperan aktif dalam pengembangan pendidikan terutama memberikan pelatihan untuk guru, komitmen kerjasama sejak perencanaan hingga melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran.” (W/10/KK/14102024)

Proses penyusunan dan pengembangan kurikulum bersama PT. Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradise Picture telah dilakukan untuk memastikan bahwa kurikulum sudah mencakup kompetensi yang di butuhkan di industri. Proses ini melibatkan diskusi antara pihak sekolah dan industri untuk menentukan kompetensi yang dibutuhkan dan menyusun kurikulum yang sesuai sehingga nantinya bisa di dokumentasikan hasil sinkronisasi kurikulum yang akan diterapkan disekolah. Pada akhirnya, kurikulum yang sudah disusun bersama industri telah memuat aspek softskill, hardskill dan karakter kebekerjaan. Selanjutnya dilakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur kesesuaian kurikulum yang telah disusun dan dikembangan sesuai kebutuhan industri dengan melakukan evaluasi terhadap kompetensi lulusan, umpan balik dari industri dan penyesuaian kurikulum berdasarkan pengembangan terbaru di industri. Hal ini dijabarkan pada hasil wawancara berikut ini :

“… industri mengukur kesesuaian kurikulum dengan melakukan evaluasi terhadap kompetensi lulusan, umpan balik dari industri dan penyesuaian kurikulum berdasarkan pengembangan terbaru di industri.” (W/13/WK/10102024)

Penyelarasan kurikulum antara sekolah dengan DUDI sudah dilaksanakan dengan baik. Ketiga industri rekanan diantarnya PT. Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradise Picture telah melakukan sinkronisasi kurikulum yang selanjutnya diwujudkan dalam Kurikulum Operasional Sekolah (KOS). Sekolah melakukaan koordinasi dengan DUDI dalam menyusun kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa sehingga dapat mencetak lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan siap kerja sesuai bidang keahliannya [10] . [8] menyatakan bahwa menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dilakukan agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pengguna lulusan. Hasil penelitian ini selaras dan diperkuat oleh penelitian [5] yang menyatakan bahwa guna meningkatkan kualitas keterampilan siswa maka diperlukan upaya penyelarasan kurikulum. Kurikulum harus direncanakan, dilaksanakan dan di evaluasi bersama industri. Penelitian [15] juga menyatakan bahwa untuk dapat memenuhi kompetensi lulusan sesuai dengan kriteria DUDI, perlu dilakukan penyelarasan kurikulum antara sekolah dan DUDI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyelarasan kurikulum dapat tercapai manakala terjadi kerjasama antara pihak DUDI dengan pihak sekolah terjalin secara intensif dan kondusif serta idealnya “saling menguntungkan” bagi kedua belah pihak.

2. Pembelajaran Berbasis Project Rill

Pembelajaran berbasis project riil diawali dengan penyusunan modul ajar yang melibatkan kolaborasi antara guru dengan praktisi industri. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan dengan kebutuhan industri dan dapat diterapkan dalam konteks nyata. Penentuan project rill yang relevan dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan industri dan kemampuan siswa. Hal ini juga melibatkan diskusi dengan industri untuk memastikan bahwa project tersebut mampu memberikan pengalaman yang berharga bagi siswa. Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pembelajaran project rill ini dijelaskan pada kutipan wawancara dengan kepala konsentrasi keahlian berikut ini :

“… memberikan pengalaman praktis kepada siswa, mengarahkan siswa agar dapat menghasilkan produk yang tidak hanya untuk pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk tantangan di dunia kerja.” (W/02/KK/14102024)

Pelaksanaan pembelajaran project rill disekolah melibatkan siswa secara aktif dalam setiap tahapan project mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan mereka serta relevansi proyek untuk kebutuhan industri. Pengukuran keberhasilan siswa dalam pembelajaran project rill dapat diukur berdasarkan hasil akhir project, umpan balik dari industri dan kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan.

Pembelajaran berbasis project rill memberikan wahana belajar sesuai dengan tantangan perkembangan yang ada di DUDI. Pembelajaran project juga harus melibatkan DUDI sehingga bisa dilakukan dengan menyesuaikan kompetensi yang perlu ditingkatkan oleh siswa sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja [8]. Keterlibatan DUDI dalam pembelajaran berbasis projek ini dapat dilaksanakan dengan membangun kemitraan dan komunikasi yang baik dengan dunia kerja sehingga dapat mengurangi peluang munculnya mismatch. Pelaksanaan pembelajaran seperti ini sudah dilakukan bersama PT. Mixpro Sinema utama dalam pembuatan film layar lebar, sedangan bersama industri Equator Sinema dan Paradise Picture dilakukan pembuatan film -film pendek untuk platform youtube, jasa videografi diantaranya video clip musik band lokal, video clip musik instansi dan video dokumentasi dan highlight sekolah-sekolah, jasa video advertising diantaranya video iklan produk kopi dan video company profile instansi-instansi serta jasa live streaming event instansi-instansi. Pembelajaran seperti ini memberikan dampak yang sangat positif bagi siswa. Siswa mampu berperilaku secara professional serta meningkatkan kompetensinya secara terus menerus sesuai dengaan tuntutan DUDI sehingga nantinya lulusan ini dapat mengisi peluang kerja dan mampu bersaing di DUDI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [16] yang menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis projek rill (real project-based learning) merupakan suatu pendekatan di mana siswa belajar melalui pengerjaan proyek-proyek nyata yang mencerminkan situasi di dunia kerja. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini mengintegrasikan teori dengan praktik untuk mengembangkan keterampilan praktis dan persiapan siswa dalam menghadapi tugas dan tantangan di dunia industri [17].

3. Guru Tamu

Guru tamu merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran melalui penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan kehadiran tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, baik dengan cara mendatangkan maupun mengundang mereka untuk memberikan wawasan dan pengalaman praktis kepada siswa [18]. Peran guru tamu/ instruktur dari industri adalah membawa pengalaman nyata di kelas dan memberikan wawasan tentang praktik terbaik dan tantangan yang dihadapi di lapangan sehingga siswa dapat belajar dari pengalaman secara langsung. Pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan mendatangakan guru tamu dari industri tidak terjadwal secara tetap, tetapi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya pada saat pembelajaran berbasis proyek dimana siswa membutuhkan pemahaman dan pengalaman lebih terkait produksi film sesuai yang dijelaskan pada kutipan wawancara berikut ini :

“… pelaksanaan guru tamu disini memang tidak terjadwal secara tetap, kami menyesuaikan sesuai kebutuhan siswa. Misalnya siswa sedang melakukan pembelajaran proyek membutuhkan pengalaman tentang penyutradaraan, tata artistic, tata suara, tata cahaya ataupun editing.” (W/07/KK/14102024)

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan guru tamu melibatkan persiapan materi ajar yang relevan. Materi ajar ini ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan industri dan perkembangan terbaru dalam bidang terkait serta dilakukan pembelajaran dengan interaksi langsung dengan siswa serta penerapan metode pembelajaran sesuai dengan konteks industri. Kehadiran guru tamu merupakan salah satu sumber belajar yang dapat difungsikan dalam proses pembelajaran. Guru tamu dimaksudkan adalah praktisi yang memberikan pembelajaran langsung kepada siswa disekolah sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan yang dimilikinya sehingga siswa memiliki pandangan secara luas dan nyata tentang dunia kerja [1]. Menurut [19], penjelasan guru tamu lebih banyak sudut pandang dari sisi perusahaan. Guru tamu yang dihadirkan berlatar belakang praktisi pada perusahaan perfilman.

Guru tamu yang berasal dari dunia industri merupakan manifestasi dari kemitraan strategis antara sekolah dan industri. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran yang dibimbing oleh tenaga ahli dari industri, perlu dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara sekolah dan pihak industri terkait, guna memastikan kerjasama yang formal dan terencana [2]. Pelaksanaan pembelajaran dengan mendatangkan guru tamu di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, belum dilakukan secara terjadwal. Pemenuhan guru tamu dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga dirasa belum memenuhi standar minimal yang sudah di tentukan oleh stuktur kurikulum. Dalam hal ini sekolah diharapkan mampu lebih meningkatkan hubungan dengan industri dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendatangkan guru tamu / tenaga professional dari industri.

4. Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan pengembangan konsep bersama yang dilakukan sekolah dan DUDI dalam mengintegrasikan pembelajaran sekolah dengan praktek di industri. Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berpedoman pada tahapan perencanaan PKL dilakukan dengan pemilihan mitra industri, penataan siswa berdasarkan kompetensi, pembekalan materi sofskill dan hardskill serta kedisiplinan siswa. Bersama dengan industri , membuat rencana pembelajaran dengan melakukan analisis capaian kompetensi sesuai dengan kebutuhan PKL di industri. Mengacu ada kurikulum merdeka, PKL masuk ke dalam struktur kurikulum dan menjadi mata pelajaran. Pelaksanaan PKL dilakukan selama 6 bulan pada kelas XII semester 1 dengan pengawasan dari sekolah dan industri, memastikan bahwa siswa tersebut mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah disusun bersama dan disepakati oleh sekolah dan industri. Tetapi apabila seiring berjalannya waktu, jika terdapat industri yang meminta siswa PKL sewatu-waktu maka pemberangkatan PKL dilakukan dikelas XI dengan terlebih dahulu melakukan pembekalan secara intensif kepada siswa tersebut. Selanjutnya pada tahapan proses penilaian keberhasilan PKL dilakukan berdasarkan kinerja siswa selama PKL, hasil umpan balik dari industri dan guru pendamping serta penilaian terhadap keterampilan dan pengetahuan yang diperolah siswa selama PKL berlangsung. Penilaian ini nantinya akan diterbitkan sertifikat dan rapor yang ditandatangani langsung oleh industri.

Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Mennegah , ditetapkan PKL menjadi salah satu mata pelajaran sebagai tempat pembelajaran di dunia kerja. Pada kurikulum merdeka yang sudah dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, PKL menjadi mata pelajaran yang harus diikuti oleh seluruh siswa SMK dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 semester atau 16 minggu efektif di kelas XII. Pada pelaksanaannya PKL di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen dilakukan selama 6 bulan pada kelas XII semester 1. Pelaksanaan PKL memberikan tempat kepada siswa untuk lebih mengenal dunia kerja secara luas dan nyata. Sesuai dengan pendapat [20] yang mengatakan bahwa dari pelaksanaan kegiatan PKL ini, siswa dapat memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja. Menurut [21] Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan sarana strategis bagi siswa SMK untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang kondusif melalui pengalaman langsung di dunia industri. Kegiatan ini secara khusus bertujuan membentuk kedisiplinan kerja siswa serta memberikan wawasan nyata mengenai dinamika dunia profesional. Selain itu, program ini juga menjadi media untuk memperoleh masukan dan umpan balik yang konstruktif guna menunjang peningkatan kualitas pelatihan, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang relevan dengan bidang keahlian siswa [22].

5. Sertifikasi Kompetensi

Sertifikasi kompetensi dalam hal ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri sehingga mampu meningkatkan daya saing, validasi kompetensi, mendukung kesesuain kompetensi PT. Mixpro Sinema Utama melakukan sertifikasi kompetensi mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan non teknis (soft skills). Hal ini dijelaskan pada kutipan wawancara berikut ini :

“… industri yang melakukan sertifikasi kompetensi yaitu PT Mixpro Sinema Utama dengan uji sertifikasi secara mandiri berdasarkan SKKNI. Nantinya jika anak-anak kompeten akan diberikan sertifkat sebagai bentuk dari validasi kompetensi yang dimilikinya.” (W/30/KK/14102024)

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang digunakan dalam pelaksanaan sertifikasi kompetensi mandiri dengan PT. Mixpro Sinema Utama adalah SKKNI Bidang penyutradaraan film, bidang tata artistik film, bidang tata suara film, bidang manajemen produksi film, bidang penulisan skenario film, bidang tata cahaya film, bidang editing film dan bidang Grip. Teknis pelaksanaan sertifikasi kompetensi dilakukan melalui pengujian berbasis kerja dengan simulasi kejadian nyata yang ada di industri. Siswa yang kompeten akan mendapatkan sertifikat kompetensi sebagai bukti kemampuannya, sedangkan yang belum kompeten hanya mendapatkan surat keterangan telah mengikuti dari uji sertifikasi mandiri dari industri. Sertifikasi Kompetensi dilakukan oleh siswa kelas XII yang biasa disebut dengan Uji Kompetensi Keahlian (UKK). Sertifikasi kompetensi ini dilaksanakan sebagai langkah awal mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja, sebagaimana dalam [23] sertifikasi kompetensi diberikan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja, tetapi pelaksanaan sertifikasi harus disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. Hal ini di dukung oleh penelitian [24] yang menyatakan bahwa pelaksanaan sertifikasi kompetensi bagi siswa SMK merupakan hal yang esensial untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa pada jenjang tertentu, sesuai dengan bidang keahlian yang telah mereka tempuh selama proses pembelajaran. Penilaian ini mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta selaras dengan dinamika dan kebutuhan DUDI. Dapat disimpulkan bahwa, sertifikasi kompetensi ini berfungsi sebagai indikator ketercapaian standar kompetensi lulusan, sekaligus menjadi sumber informasi penting bagi para pemangku kepentingan mengenai kualifikasi dan kesiapan calon tenaga kerja dalam memasuki dunia kerja yang professional.

6. Magang Guru dan Update Teknologi

Kegiatan yang sudah dilakukan sekolah bersama industri diantaranya workshop dan pelatihan, kolaborasi dalam projek yang melibatkan teknologi terbaru sehingga guru dapat mengupgrade pengetahuan dan keterampilannya terkait dengan teknologi terbaru yang ada pada industri. Pelatihan guru ini dikemas dalam kegiatan magang guru selama 1 bulan di industri dengan harapan guru mampu memahami kebutuhan dan tren terbaru dari industri sehingga mereka dapat menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Hal ini didukung oleh kutipan wawancara berikut ini :

“…dengan adanya teknologi terbaru pada industri, guru harus melakukan magang guru selama kurang lebih 1 bulan di industri. Guru nantinya memiliki pengalaman secara langsung dari industri sehingga dapat mengintegrasikan teori dan praktik nyata dalam pembelajaran di sekolah. “ (W/35/KK/14102024)

Dari proses magang guru juga dilakukan uji kompetensi yang merupakan langkah terakhir untuk mengukuhkan pengalaman dan kompetensi yang telah diperoleh selama magang. Melalui uji ini, guru tidak hanya diuji dalam aspek kompetensi nya saja, tetapi juga dalam kemampuan manajerial, komunikasi, dan empati sehingga nantinya bisa mengaplikasikan pembelajaran di sekolah dengan baik sesuai kebutuhan industri. Hasil akhir dari uji sertifikasi ini adalah di terbitkan sertifikat magang guru oleh industri.

Pelaksanaan program magang bagi guru bertujuan untuk meningkatkan relevansi kompetensi kejuruan yang dimiliki oleh guru SMK dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia industri. Melalui kegiatan magang, guru memperoleh gambaran langsung mengenai kualifikasi lulusan yang dibutuhkan oleh DUDI [3]. Namun realitas dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru SMK yang belum memiliki pengalaman magang di DUDI sehingga terdapat kesenjangan antara kompetensi yang diajarkan di sekolah dengan tuntutan kompetensi yang nyata di dunia kerja. Padahal, kegiatan magang memberikan manfaat yang signifikan, khususnya bagi guru kejuruan, karena memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan memperkuat kompetensi-kompetensi esensial dalam proses pembelajaran guna menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. [25]. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh [26] dijelaskan bahwa keterlibatan guru dalam pengalaman industri dapat berdampak positif pada kualitas pengajaran dan relevansi kurikulum. Hal tersebut sejalan dengan penelitian [27] yang menyatakan bahwa guru yang terlibat dalam magang secara langsung di industri mampu mengaplikasikan pengetahuan terbaru dalam praktik pengajaran mereka sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis proyek yang lebih relevan dengan situasi nyata industri. Oleh karena itu, magang industri adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kompetensi guru kejuruan, meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri sehingga mampu meningkatkan relevansi materi pembelajaran yang perlu disampaikan kepada siswa sehingga dapat mempersiapkan lulusan menghadapi tuntutan industri.

7. Teaching Factory (TEFA)

Produk TEFA yang sudah dikembangkan bersama industri mencakup berbagai proyek nyata yang melibatkan siswa dalam proses produksi, pemasaran dan distribusi sehingga mereka mendapatkan pengalaman secara langsung. Peran industri dalam pengembangan TEFA sangat penting dikarenakan mereka menyediakan sumber daya, pengalaman, dan pengetahuan yang diperlukan untuk memastikan bahwa program tersebut relevan dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaksan oleh kepala konsentrasi keahlian melalui kutipan wawancra berikut ini :

“… karena mereka menyediakan sumber daya, pengalaman, dan pengetahuan yang diperlukan untuk memastikan bahwa program tersebut relevan dan sesuai dengan kebutuhan pasar. (W/35/KK/14102024)

Produk TEFA SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen dengan PT Mixpro Sinema Utama diantaranya film layar lebar berjudul “Cita-citaku Setinggi Balon pada Tahun 2021 dan “Misteri Kotak Suara” yang saat ini masih proses editing film dan akan launching Januari – Februari 2025. Selain itu terdapat unit produksi yang sudah dijalankan oleh SMK Muhammdiyah 5 Kepanjen diantaranya (1) film -film pendek untuk platform youtube; (2) Jasa videography diantaranya video clip musik band lokal, video clip musik instansidan video dokumentasi dan highlight sekolah-sekolah; (3) Jasa video advertising daintaranya video iklan produk kopi dan video company profile instansi-instansi; (4) Jasa live streaming event instansi-instansi.

Teaching Factory (TEFA) menuntut pendidikan kejuruan untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan memfasilitasi sarana dan prasarana pembelajaran yang menyerupai lingkungan kerja di industri sehingga siswa akan memperoleh pengalaman praktik yang nyata. Konsep pembelajaran TEFA ini diharapkan mampu menjadi alternatif solusi untuk mengatasi kesenjangan yang selama ini terjadi antara kebutuhan standar kompetensi yang menjadi tuntutan industri dengan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan pendidikan kejuruan, karena pembelajaran TEFA ini mengacu pada prosedur yang berlaku di dunia industri, sehingga dengan konsep pembelajaran tersebut, karakter dan budaya kerja yang dimiliki oleh siswa dapat dibangun dan dikembangkan [28]. Dengan menerapkan konsep teaching factory, proses pembelajaran di sekolah kejuruan dapat mereplikasi suasana dan kondisi kerja sebagaimana yang terjadi di lingkungan industri. Melalui pendekatan ini, peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan produksi yang menyerupai praktik industri nyata. Konsekuensinya, lingkungan pembelajaran yang tercipta mencerminkan situasi aktual dunia kerja, sehingga peserta didik dapat lebih siap secara kompetensi dan mental dalam menghadapi tuntutan dunia usaha dan dunia industri. [29].

8. Komitmen Serapan

Komitmen serapan lulusan yang menjadi kesepakatan antara sekolah dengan mitra industri yang tertuang pada MoU (Memorandum of Understanding) bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki kesempatan kerja dalam bidang perfilman. Di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, keterserapan lulusan di bidang perfilman cukup tinggi meskipun terdapat tantangan terkait rendahnya jumlah produksi dan penghasilan yang ditawarkan di area Malang. Industri film menyediakan peluang kerja yang luas, terutama bagi lulusan yang memiliki portofolio yang baik sehingga mereka dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Namun Sebagian besar lulusan memilih untuk bekerja di luar kota , seperti Yogyakarta atau Jakarta guna memperoleh penghasilan yang lebih kompetitif.

Proses rekruitmen lulusan yang sudah dilakukan bersama industri rekanan dilakukan melalui jejaring yang sudah terjalin antara sekolah dengan industri perfilman. Hal ini dijelaksan dalam kutipan wawancara dengan waka humas sebagai berikut :

“…Ada kerjasama dengan rekanan industri yang memungkinkan lulusan untuk terlibat dalam produksi film. Selain itu, ada juga workshop yang diadakan untuk memperkenalkan lulusan kepada industri, di mana mereka dapat mengirimkan CV dan melamar untuk posisi yang dibutuhkan dalam produksi film. (W/01/WH/14102024)

Hal yang terpenting dalam proses ini adalah portofolio yang dimiliki oleh siswa sebagai bahan pertimbangan untuk bisa diterima di dunia kerja. Semakin banyak portofolio siswa tersebut, maka peluang untuk penempatan kerja sesuai dengn bidangnya juga semakin tinggi sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh positif terhadap tracer study SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Berdasarkan hasil analisis tracer study menunjukkan bahwa keterserapan lulusan siswa dalam dalam bidang perfilman yang sesuai dengan kompetensinya cukup baik, meskipun ada fluktuasi dalam minat lulusan untuk bekerja di industri film. Hal ini disebabkan karena beberapa lulusan memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tidak ada hubungannya dengan bidang merekasaat ini.

Dalam rangka meningkatkan tingkat keterserapan lulusan SMK di dunia kerja, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang sangat krusial. Dunia kerja membutuhkan SDM yang tidak hanya memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri, tetapi juga mampu berkembang secara berkelanjutan guna menghadapi dinamika dan tantangan di lingkungan kerja yang terus berubah [5]. Pertumbuhan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang pesat turut meningkatkan tingkat persaingan di dunia kerja, khususnya bagi individu yang memiliki kompetensi dan tingkat produktivitas tinggi. Oleh karena itu, pendidikan—terutama pendidikan kejuruan seperti SMK—memegang peranan penting dalam menyiapkan calon tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing di pasar kerja. Untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara profesional, proses pendidikan harus diselaraskan dengan kebutuhan dan standar dunia industri. Tingginya tingkat serapan lulusan oleh dunia kerja dapat dijadikan indikator keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikannya. Keberhasilan ini hanya dapat diwujudkan apabila terdapat komitmen dan kerja sama yang erat antara dunia kerja dan lembaga pendidikan kejuruan dalam menyerap lulusan SMK ke dalam dunia kerja [28]. Komitmen DUDI dalam menyerap lulusan dilaksanakan secara berkelanjutan khususnya bagi siswa yang telah mendapatkan sertifikasi kelulusan uji kompetensi keahlian. Pelaksanaan komitmen serapan didasarkan pada MoU yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Sebelum memperoleh komitmen serapan, siswa terlebih dahulu dibimbing oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengidentifikasi minat profesi yang sesuai, kemudian menjalani proses seleksi berupa tes psikologi dan wawancara. Di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, konsentrasi keahlian perfilman telah berhasil menjalin komitmen serapan dengan dunia industri, meskipun jumlahnya masih perlu ditingkatkan guna memperluas peluang kerja bagi lulusan.

9. Beasiswa Industri

Dalam hal ini ketiga industri rekanan PT. Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradise Picture belum ada program yang mengarah kepada pemberian beasiswa kepada siswa ataupun lulusan yang sudah bekerja pada industri tersebut. Kerjasama yang dijalin dengan industri ini melipti kegiatan-kegiatan yang bersifat pembiayaan in-kind, dimana dukungan/ Kerjasama yang dilakukan diberikan dalam bentuk penyelenggaraan workshop, magang, dan casting call untuk produksi film. Selain itu, ada juga dukungan dalam bentuk penyediaan alat dan fasilitas yang diperlukan untuk produksi, sehingga lulusan dapat belajar dan berkontribusi langsung dalam proyek-proyek film. Beasiswa industri juga tersedia, meskipun lebih banyak ditawarkan untuk jurusan lain yang tidak terkait langsung dengan perfilman. Pemberian beasiswa pada perfilman ini berupa pembiayaan in-kind, dimana dukungan ini diberikan dalam bentuk fasilitas dan jasa seperti workshop, magang guru, casting call dan penyediaan fasilitas untuk produksi film sesuai dengan standar industri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini :

“…pemberian beasiswa pada perfilman ini berupa pembiayaan in-kind, dimana dukungan ini diberikan dalam bentuk fasilitas dan jasa seperti workshop, magang guru, casting call dan penyediaan fasilitas untuk produksi film sesuai dengan standar industri”. (W/04/WH/14102024)

Bentuk kerja sama antara dunia kerja dan pendidikan kejuruan dapat diwujudkan melalui pemberian beasiswa kepada siswa maupun lulusan, serta dukungan berupa penyediaan fasilitas pembelajaran seperti peralatan laboratorium atau bengkel praktik. Kerja sama ini berperan penting dalam memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Melalui kemitraan tersebut, pendidikan kejuruan memiliki peluang untuk menyesuaikan kualitas peserta didik dengan kebutuhan aktual industri. Lebih jauh, kolaborasi yang terbangun dengan dunia kerja dapat mendorong peningkatan kompetensi lulusan SMK, sehingga mereka lebih siap dan unggul dalam memasuki pasar kerja [4]. Tetapi dalam hal ini, di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen belum ada program yang mengarah kepada pemberian beasiswa kepada siswa ataupun lulusan yang sudah bekerja pada industri tersebut. Kerjasama yang dijalin dengan industri ini melipti kegiatan-kegiatan yang bersifat pembiayaan in-kind, dimana dukungan/ kerjasama yang dilakukan diberikan dalam bentuk penyelenggaraan workshop, magang, dan casting call untuk produksi film. Selain itu, ada juga dukungan dalam bentuk penyediaan alat dan fasilitas yang diperlukan untuk produksi

Berdasarkan uraian pelaksanaan dan hasil implementasi link and match konsep 8+i antara SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen dengan tiga industri rekanan merupakan strategi penting dalam menjembatani kesenjangan antara kompetensi lulusan dan kebutuhan pasar kerja. Melalui sinergi kedua belah pihak, telah terjadi peningkatan relevansi kurikulum, kesiapan kerja lulusan, dan kepuasan pengguna tenaga kerja. Salah satu dampak paling nyata dari pelaksanaan link and match adalah meningkatnya tingkat penyerapan kerja lulusan SMK. Ketika kurikulum dan proses pembelajaran di SMK disesuaikan dengan standar industri, lulusan menjadi lebih siap kerja dan relevan dengan kebutuhan dunia usaha. Hal ini berdampak langsung pada meningkatnya jumlah lulusan yang terserap di sektor formal dalam waktu relatif singkat setelah kelulusan. Berikut dibuktikan dengan data tracer study lulusan tahun pelajaran 2003/2024 sebagai berikut.

Figure 2.Data Tracer Study lulusan Tahun Pelajaran 2023/ 2024 SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen

Dari data diatas dapat di lihat bahwa dari dari total 152 siswa, terdapat 46 siswa yang telah bekerja sesuai dengan bidangnya, 52 siswa telah bekerja pada bidang yang tidak selaras dengan bidangnya dan 54 siswa sejumlah melanjutkan ke studi lanjut. Siswa yang melakukan studi lanjut dapat dijabarkan sejumlah 39,1 % (20 siswa) yaitu sejumlah melakukan studi lanjut sambil wirausaha, 30,4% (17 siswa) melakukan studi lanjut sambil bekerja dan 30,4% (17 siswa) melakukan studi saja. DUDI yang terlibat dalam program link and match cenderung lebih puas terhadap kualitas lulusan yang mereka rekrut dari SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen. Hal ini karena keterlibatan industri dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan di SMK memberi mereka kendali dan kepercayaan atas proses pembentukan kompetensi siswa. Kepuasan industri tercermin dari hasil wawancara bersama industri mitra berikut ini.

“...ketika SMK melibatkan industri dalam penyusunan kurikulum, magang guru, hingga PKL siswa, maka saya lihat lulusan yang dihasilkan menjadi lebih siap kerja, baik secara teknis maupun soft skill. Kami merasa bahwa kesenjangan antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri mulai mengecil, sehingga pastinya dapat meningkatkan kepercayaan kami terhadap SMK sebagai mitra dalam upaya pemenuhan tenaga kerja di industri kami. Ke depannya, kami akan selalu siap mengawal SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen ini untuk terus meningkatkan kompetensi siswanya.” (W/05/DUDI/12112024)

Dari hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa implementasi link and match telah memberikan dampak langsung pada peningkatan kompetensi siswa, baik secara teknis (hard skills) maupun non-teknis (soft skills) sehingga mampu memberikan evaluasi positif terhadap performa kerja lulusan di industry dan keinginan industri untuk terus melakukan kerjasama dalam hal peningkatan kompetensi siswa .

Dalam pelaksanaan implementasi link and match dengan industri tentunya terdapat faktor pendukung dan penghambat yang menyertainya. Faktor – faktor pendukung diantaranya adanya (1) adanya dukungan penuh industri, (2) komitmen sekolah dengan industri, (3) kebutuhan pasar kerja yang jelas dan (4) keterlibatan aktif sekolah. Sedangkan faktor-faktor penghambatnya diantaranya : (1) penempatan siswa di luar kota kurang mendapat dukungan dari orang tua, (2) lokasi industri rekanan yang jauh dengan sekolah, (3) kurang memahami tentang program, (4) kurangnya pemahaman tentang kebutuhan industri, (5) keterbatsana Sumber Daya Manusia (SDM) dan (6) perbedaan ekspektasi antara sekolah dengan industri. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut diantaranya (1) sosialisasi kepada orang tua menjelaskan manfaat program, (2) membangun komunikasi yang baik antara sekolah dengan industri (3) memberi pelatihan kepada guru sehingga mampu meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan standar industri, (4) melakukan evaluasi program secara berkala untuk memastikan kesesuaian dengan idustri, memperkuat komunikasi.

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen telah melaksanakan program link and match dengan 3 industri rekanan diantarnya PT. Mixpro Sinema Utama, Equator Cinema dan Paradise Picture. 2. Dalam menerapkan program link and match konsep 8+i untuk memaksimalkan kemitraan dengan DUDI pada konsentrasi keahlian perfilman di SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen diantaranya telah dilaksanakan sinkronisasi kurikulum bersama industri, pembelajaran dilakukan dengan industri berbasis project riil, pelaksanaan guru tamu sesuai kebutuhan siswa di sekolah, pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama 6 bulan di industri, pelaksanaan sertifikasi kompetensi siswa, magang guru dan update teknologi, pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) dan Unit Produksi (UP) dan melaksanakan komitmen serapan. Sedangkan untuk beasiswa masih belum ada program yang mengarah kepada pemberian beasiswa kepada siswa ataupun lulusan yang sudah bekerja pada industri tersebut. Kerjasama yang dijalin dengan industri ini melipti kegiatan-kegiatan yang bersifat pembiayaan in-kind, dimana dukungan/ kerjasama yang dilakukan diberikan dalam bentuk penyelenggaraan workshop, magang, dan casting call untuk produksi film. Selain itu, ada juga dukungan dalam bentuk penyediaan alat dan fasilitas yang diperlukan untuk produksi film. 3. Sebagai saran untuk penelitian berikutnya yaitu pengembangan penelitian pada pentingnya perluasan MoU terutama dalam hal peningkatan keterlibatan industri dalam aspek yang belum optimal dalam penelitian ini, diantaranya adalah pada aspek komitmen serapan dan beasiswa industri. Keberlanjutan dan penguatan implementasi program link and match konsep 8+i perlu terus didorong sebagai bagian dari transformasi pendidikan vokasi yang adaptif terhadap dinamika pasar kerja.

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih disampaikan kepada Ketua Program Studi Magister Pedagogi, pendamping utama dan pendamping pembimbing, dosen Program Studi Magister Pedagogi di Universitas Muhammadiyah Malang, serta kepada pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian.

References

  1. M. Maulina and N. H. Yoenanto, “Optimizing Link and Match as an Effort to Align Vocational Schools with Business and Industry,” Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, vol. 10, no. 1, pp. 28–37, 2022, doi: 10.21831/jamp.v10i1.48008.
  2. F. Munthe and Y. Mataputun, “Analysis of School Collaboration with Business and Industry in Improving the Quality of Vocational School Graduates,” Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), vol. 7, no. 4, pp. 586, 2021, doi: 10.29210/020211479.
  3. M. Rojaki, “The Role of Business and Industry in Vocational Education to Prepare Human Resources for the Workforce,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 7, no. 1, pp. 1590–1598, 2023. [Online]. Available: https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/5463
  4. P. A. Waluwandja, Y. M. Anabokay, Y. M. Fanggidae, J. Mesah, A. A. Kolnel, and Y. Taebenu, “Implementation of the IDUKA (Link and Match) Program in Vocational Schools,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, vol. 7, no. 1, pp. 11–23, 2024. [Online]. Available: http://ejournal.upg45ntt.ac.id/index.php/ciencias/index
  5. W. Ahmanda, A. Maulana, R. E. Murtinugraha, and S. Arifah, “Implementation of the Center of Excellence Program from the 8+i Link and Match Concept Perspective,” Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan, vol. 2, no. 2, pp. 59–74, 2022, doi: 10.17509/jptb.v2i2.51290.
  6. A. Tessa and M. A. Humaedi, “Strengthening Link and Match through the Vocational School Center of Excellence Program: A Case Study of SMKN 1 Bantul,” Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, vol. 16, no. 2, pp. 93–108, 2024, doi: 10.24832/jpkp.v16i2.751.
  7. K. E. Maria, “Implementation of Industry, Business, and Employment Programs in Schools,” Diadik: Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, vol. 12, no. 2, pp. 475–482, 2022.
  8. R. Desriandi, Y. Herpanda, N. Gistituati, and A. Bentri, “Implementation of the 2013 Curriculum and Link and Match Program in Vocational High Schools (Case Study at SMK Negeri 1 Sutera, Pesisir Selatan District),” Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol. 6, no. 6, pp. 1964, 2022, doi: 10.33578/pjr.v6i6.9074.
  9. M. Rojaki, H. Fitria, A. Martha, K. Sama, D. Usaha, and D. Industri, “Management of Vocational School Collaboration with Business and Industry,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 5, no. 3, pp. 6337–6349, 2021.
  10. R. A. D. Septiani and D. Wardana, “Implementation of the 15-Minute Reading Literacy Program Before Learning to Increase Reading Interest,” Jurnal Perseda, vol. 5, no. 2, pp. 130–137, 2022. [Online]. Available: https://doi.org/10.37150/perseda.v5i2.1708
  11. F. Nasution, A. E. Pohan, T. Nughroho, A. Rafii, and S. Mery, “Management of Link and Match Program Implementation at SMK Negeri 1 Batam,” Cahaya Pendidikan, vol. 8, no. 2, pp. 74–87, 2022.
  12. W. M. Emilya, “School and Industry Cooperation Strategy to Improve Vocational Graduates’ Competence,” Jurnal Social Sains Multidisciplinary Analysis, vol. 3, no. 2, pp. 148–158, 2024.
  13. A. G. Prawiyogi and R. A. Toyibah, “Strategies for Improving Student Competence through the Competency Certification Model,” ADI Business and Digital Interdisciplinary Journal, vol. 1, no. 1, pp. 78–86, 2020, doi: 10.34306/abdi.v1i1.103.
  14. F. N. Mahmudah and A. R. Baswedan, “Concept Map of Employability of Vocational Education Graduates,” Bersatu: Jurnal Pendidikan Bhinneka Tunggal Ika, vol. 2, no. 2, pp. 207–219, 2024.
  15. S. Munir, H. Anwar, M. Fazis, and U. Mahmud Yunus, “Management of the Center of Excellence Program at SMKN 1 Sungai Rumbai,” Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, vol. 12, no. 1, pp. 131–154, 2024.
  16. F. Andayani, “Link and Match Implementation Through Project-Based Learning with PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara at SMK Negeri 1 Tanjung Palas,” Academia: Journal of Innovation and Academic Research, vol. 1, no. 1, pp. 89–97, 2021, doi: 10.51878/academia.v1i1.485.